Konten dari Pengguna

Membaca Buku Teori Sosial: Sebuah Kiat Sederhana untuk Mempermudah Hidup

Muh Akbar
Bermukim di Makassar. Memiliki minat pada kajian seputar Sosiologi, Pendidikan, dan Politik.
9 Februari 2021 15:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi/Ilustrasi Melakukan Pembacaan
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi/Ilustrasi Melakukan Pembacaan
ADVERTISEMENT
Teori, siapa yang tidak asing dengan istilah itu? Mulai dari masyarakat awam sampai yang jenjangnya Doktor sekali pun tau mengenai kosakata di awal, akan tetapi tafsiran setiap kelas mungkin akan berbeda.
ADVERTISEMENT
Dalam ranah akademik, teori memiliki tempat terpenting dalam arus pergolakan ilmu pengetahuan, baik dalam ilmu eksak maupun ilmu sosial, sehingga ada banyak sekali ragam definisi mengenai teori sampai saat ini. Ada perbedaan yang mendasar antara penggunaan dan definisi teori ilmu eksak (pasti/alam) dengan teori ilmu sosial.
Bahkan dalam ilmu sosial sendiri kadang didapati perbedaan mencolok mengenai arti dari sebuah teori. Dalam ranah ilmu sosial secara umum, seringkali teori diasumsikan sebagai seperangkat unit analisis dalam menjelaskan suatu fenomena sosial yang ada di masyarakat.
Teori sering pula menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa manakala dihadapkan dengan buku-buku teori yang tebal dan muskil untuk memahami tiap bahasannya. Buku Teori sangatlah berbeda dengan buku cerita, novel atau jenis prosa/sastra lainnya. Kakunya bahasa dan ragamnya istilah memuat unsur saintifik membuat buku teori cenderung diminati oleh sedikit kalangan, biasa terbatas pada kalangan akademis saja.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada semacam trik, cara, bahkan seni untuk membaca buku-buku yang sulit dipahami layaknya buku teori dan filsafat. Hal seperti ini bisa menjadi batu loncatan dalam memahami sebuah persoalan teoretis secara komprehensif melalui pembacaan yang baik.
Saya kemudian teringat oleh jurnal terbitan (2011) berjudul "Sistem Pendidikan dan Pemikiran Filsafat Prancis Kontemporer" karya Martin Suryajaya, salah satu yang dibahas di dalam ialah seorang profesor asal Sorbonne yakni Martial Guéroult, salah satu dari sekian banyak mentor yang memiliki pengaruh kuat mengembangkan tradisi pemikiran di Prancis, beliau dituturkan memiliki "seni" dalam mengolah dan memahami teks-teks kunci filsafat. Namanya mungkin tidak terkenal sekaliber Gilles Deleuze dan Jacques Derrida, akan tetapi kedua pemikir itu sangat takjub terhadap kemampuan beliau, terutama Derrida yang terpesona terhadap metode dan cara membaca sang profesor.
ADVERTISEMENT
Di sini, saya tidak akan memberikan petuah, petunjuk, ataupun menggurui mengenai bagaimana cara membaca sebuah buku teori yang baik dan bahkan benar. Saya bukanlah seperti maestro layaknya Guéroult atau para profesor di luar sana yang memiliki cara jitu dalam membaca sebuah buku. Saya hanya membagi atas apa yang selama ini saya lakukan dalam membaca sebuah buku, terutama buku teori.

Pertama, Komparasi Makna

Metode yang lumayan sering saya lakukan dalam membaca sebuah buku-buku teori adalah melakukan perbandingan makna antara satu buku dengan buku lainnya. Mahasiswa pada dasarnya harus mengusahakan memiliki 2-3 buku untuk dijadikan bahan perbandingan.
Kuncinya, untuk memahami makna yang tertera pada teks yang kita baca, semisal di buku A kita sulit untuk memahami maksud yang ingin disampaikan penulis, di sinilah peran pembanding dari buku B ataupun C, sehingga pokok bacaan lebih mudah dipahami makna dan maksudnya.
ADVERTISEMENT

Kedua, Catat Istilah Abstrak

Sering dijumpai padanan dan kosa kata asing dalam buku buku teori yang sifatnya esetoris (hanya dimengerti oleh golongan atau kalangan tertentu). Hal ini akan menjadi masalah apabila Kata asing tersebut memiliki makna abstrak kemudian menjadi topik utama penulis buku yang kemudian membuat kita bingung sendiri, "apa sih yang saya baca ini ?"
Untuk itu, sangat disarankan untuk mencatat istilah asing ini dan melakukan pendalaman terlebih lebih lanjut, baik menggunakan sarana seperti KBBI, Kamus disiplin ilmu masing-masing, maupun bertanya pada ahlinya (dosen semisal).

Ketiga, Pembacaan berulang

Ini mungkin yang paling umum dilakukan umat manusia apabila tidak mengerti mengenai apa yang mereka baca. Yah, Perulangan. Namun, kadang membaca berulang-ulang sebuah teks akan memberikan nuansa kebosanan yang seringkali mebuat setiap insan manusia khususnya mahasiswa ogah-ogahan dalam membaca buku.
ADVERTISEMENT
Dalam mentaktisi hal tersebut, sangat disarankan untuk membaca ulang sebuah buku di tempat yang berbeda dengan harapan memberikan susasana yang baru dan menghilangkan rasa bosan dalam melakukan perulangan membaca.

Keempat, Berdiskusilah!

Memahami esensi dan maksud dari hasil bacaan tidak melulu dengan cara-cara yang kaku. Justru, cara yang santai pula diperlukan untuk menyegarkan pikiran kita agar tidak jenuh dan lelah dalam membaca buku-buku teori. Salah satu cara santi yang bisa dijadikan patokan adalah dengan melakukan diskusi.
Diskusi yang terbangun di sini memudahkan kita memahami suatu bahasan dalam buku yang kita sendiri belum tentu paham maksud dan inti yang telah kita baca, dengan menghadirkan kompatriot dalam berpikir (teman diskusi) peluang untuk memahami hasil bacaan sangatlah besar, bahkan mendapatkan perspektif atau sudut pandang baru, mendengarkan gagasan yang genuine, atau mengembangkan hasil bacaan tadi, bisa saja dihasilkan dari proses diskusi yang terjadi. Dengan catatan masing-masing dari mereka membaca sampai habis buku itu, tidak menjadi pembaca setengah-setengah, apalagi sebatas pembaca kata pengantar.
ADVERTISEMENT
Meskipun buku teori agak sulit lepas dari kesukaran untuk dipahami dan anggapan bahwa teori pada dasarnya tidak selamanya berlaku, dan terlebih kebanyakan teori yang termaktub dalam buku itu melenceng dari realitas hari ini (Terutama Teori-Teori Ilmu Politik).
Namun, teori tetaplah penting sebagai landasan berpikir seorang mahasiswa, dosen, peneliti, akademisi maupun masyarakat awam, juga, sebagai patron dan ciri sebuah disiplin ilmu yang membedakannya satu dengan yang lain, dan terpenting dari itu semua adalah untuk tidak bingung menulis pada bab landasan teori/kajian pustaka pada skripsi atau proposal penelitian anda.
Beberapa rekomendasi kiat-kiat membaca buku teori, khususnya teori ilmu sosial di atas tidak serta merta menjadi rujukan atau pakem yang berlaku dalam membaca suatu buku-buku teori yang ada. Sekali lagi saya tegaskan, tulisan ini adalah hasil dari kegiatan empiris pribadi yang sifatnya subjektif. Besar peluang tidak berlaku secara universal. Maka dari itu, tulisan ini sangat layak dikritisi. Terima kasih.
ADVERTISEMENT