Cita Rasa Skandinavia di Markas Besar PBB, Bagaimana dengan Indonesia?

Konten dari Pengguna
22 November 2019 10:26 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad David tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana di luar Markas Besar PBB di New York menjelang Sidang Umum PBB, (Foto:UN Photo/Cia Pak)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di luar Markas Besar PBB di New York menjelang Sidang Umum PBB, (Foto:UN Photo/Cia Pak)
ADVERTISEMENT
Markas Besar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York merupakan miniatur dunia dalam arti yang sebenarnya. Di kompleks seluas 6.8 hektare ini memiliki 4 bangunan utama yaitu gedung Sekretariat, gedung Majelis Umum (General Assembly), gedung Pertemuan (Conference) dan sebuah gedung perpustakaan. Kompleks ini dibangun pertama kali pada 24 Oktober 1949 dan selesai pada tahun 1952.
ADVERTISEMENT
Di Conference Building terdapat beberapa ruangan utama yang biasa disebut dengan Chamber yang merupakan tempat dilakukannya sejumlah pertemuan besar, yaitu Security Council Chamber, Trusteeship Council Chamber dan Economic and Social (ECOSOC) Chamber. Ruangan-ruangan tersebut memilki ukuran yang sama yaitu 48 x 25 meter, namun masing-masing mempunyai keunikan yang berbeda serta cita rasa khas Skandinavia, karena tiga negara dari kawasan tersebut telah memberikan kontribusi dalam pembangunannya, dalam bentuk kontribusi finansial, arsitektur dan lain-lain.
Berikut adalah cerita mengenai cita rasa negara-negara yang dapat dilihat dalam beberapa ruangan yang ada di Markas Besar PBB di New York.

1. Security Council Chamber

Ruangan ini merupakan tempat pertemuan negara-negara anggota Dewan Keamanan (DK) PBB, baik yang merupakan Anggota Tetap (Amerika Serikat, Rusia, RRT, Prancis dan Inggris), dan sepuluh negara Anggota Tidak Tetap, Indonesia untuk tahun 2019 – 2020 merupakan salah satu anggota DK PBB. Delegasi negara anggota PBB dan pengunjung umum juga diperbolehkan masuk dan menyaksikan jalannya pertemuan DK, tapi ingat tidak diperbolehkan untuk berbicara dengan suara keras atau mengambil foto.
Anggota Dewan Keamanan PBB sedang melakukan pengambilan keputusan melalui voting (Foto: UN Photo/Loey Felipe)
Elemen utama ruangan ini adalah meja berbentuk tapal kuda di tengah ruangan tempat semua hal terkait dengan Dewan Keamanan PBB diputuskan. Kursi-kursi di ruangan ini didominasi oleh warna biru, dengan beberapa kursi merah yang ditujukan untuk delegasi yang tidak dapat duduk di barisan utama. Presiden DK PBB akan duduk ditengah, dan akan disampingnya akan duduk secara alfabetis negara-negara anggota DK PBB.
ADVERTISEMENT
Ruangan ini merupakan sumbangan dari Norwegia dan dibangun oleh arsitek asal Norwegia bernama Arnstein Rynning Arneberg. Di ruangan ini juga dipajang sebuah mural bergambar burung Phoenix yang bangkit dari abu, dan berukuran 5 x 9 meter karya seniman Norwegia bernama Per Lasson Krohg. Mural. Gambar mural tersebut bermakna dunia yang bangkit kembali setelah hancur karena Perang Dunia II.
Mural Burung Phoenix karya Per Lasson Krohg di Security Council Chamber (Foto:UN Photo/ JC McIlwaine)
Pada saat pembangunan pertama pada akhir tahun 1940-an, biaya yang dibutuhkan sekitar USD 120,000 dan pemerintah Norwegia memberikan sumbangan kepada PBB sebesar USD 15,000 untuk dekorasi ruangan. Sedangkan pada saat renovasi Security Council Chamber pada tahun 2010 – 2013, pemerintah Norwegia memberikan kontribusi sebesar USD 5 juta khusus untuk perbaikan ruangan ini.
ADVERTISEMENT

2. Trusteeship Council Chamber

Trusteeship Council Chamber merupakan ruangan yang paling berwarna dibandingkan dengan ruangan-ruangan lainnya, dan bisa dilihat dari warna bangku hijau muda dengan langit-langit ruangan yang beraneka warna. Keseluruhan ruangan didesain oleh arsitek asal Denmark bernama Finn Juhl yang pada saat pembangunan masih berumur 38 tahun. Pemerintah Denmark banyak memberikan bantuan kepada PBB untuk pembangunannya, sehingga nuansa dan corak masyarakat Denmark sangat kental terasa.
Suasana pertemuan di Trusteeship Council Chamber yang dipadati delegasi (Foto: UN Photo/Loey Felipe)
Dalam ruangan ini juga terdapat sebuah pahatan seorang perempuan dengan seekor burung di atas kepalanya yang merupakan hasil karya Henrik Starcke yang juga berasal dari Denmark. Makna yang ingin digambarkan dari pahatan tersebut adalah kebebasan, sebagaimana burung yang dapat terbang tinggi tanpa batas. Pahatan tersebut sangat sesuai dengan tujuan dari pembentukan Trusteeship Council Chamber, yaitu untuk membantu kemerdekaan negara-negara di dunia yang masih berjuang untuk lepas dari pengaruh atau penjajahan negara lain.
ADVERTISEMENT
Mankind and Hope yang dipasang di Trusteeship Council Chamber karya Henrik Starcke (Foto: UN Photo/CCOI)
Meskipun Trusteeship Council menghentikan kegiatannya sejak tahun 1994 setelah Palau sebagai memperoleh kemerdekaannya, namun nama tersebut masih digunakan untuk penyebutan ruangan ini.
Pada saat pembangunannya, pemerintah Denmark memberikan sumbangan sebesar USD 20,000 untuk membangun dan mendekorasi ruangan ini. Sedangkan untuk renovasi ruangan yang mampu menampung hingga 600 orang pada tahun 2010 – 2013, pemerintah Denmark memberikan sumbangan sebesar USD 3.3 juta.

3. ECOSOC Chamber

Suasana pertemuan ECOSOC membahas isu-isu dan kegiatan operasional PBB (Foto:UN Photo/Eskinder Debebe)
Kalau Trusteeship Council Chamber yang paling berwarna, maka ECOSOC Chamber merupakan ruangan yang paling radikal dibandingkan seluruh ruangan lainnya. Swedia merupakan negara yang memberikan kontribusi terbesar untuk pembangunan ruangan ini, termasuk dengan menugaskan seorang arsitek bernama Sven Markelius. Aspek radikal ruangan ini adalah dinding dibelakang podium yang berwarna merah dan putih dan langit-langit ruangan dengan gaya industrial.
ADVERTISEMENT
Langit-langit ruangan menggunakan gaya industrial, yang mengesankan bangunan yang belum selesai bermakna bahwa pekerjaan besar PBB tidak berhenti pada saat negara-negara terlepas dari penjajahan, tapi harus memastikan pembangunan dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk dunia.
Hal unik lain yang dimiliki ruangan ini adalah layar di belakang podium adalah paduan sejumlah segitiga dengan warna jingga dan putih. Hal tersebut melambangkan hubungan timbal balik dan kesetaraan, dua hal penting dalam hal kehidupan.
Dialogos kary Ann Edholm yang berada di ECOSOC Chamber (Foto:UN Photos/CCOI)

Bagaimana dengan Indonesia?

Tidak perlu khawatir, Indonesia dapat berbangga diri karena satu-satunya negara di dunia yang namanya diabadikan menjadi salah satu ruangan di Markas Besar PBB, yaitu Indonesian Lounge. Berbeda dengan Qatar Lounge yang resminya bernama East Lounge – karena menghadap ke timur-, Indonesian Lounge merupakan nama resmi yang digunakan oleh PBB untuk menamai ruangan yang terletak tepat di depan General Assembly Hall.
ADVERTISEMENT
Mantan Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe (tengah) dan Pemimpin negara lain sedang menunggu bertemu Sekjen PBB (Foto:UN Photo/Mark Garten
Ruangan tersebut diberi nama Indonesian Lounge karena didalamnya terdapat sepasang patung Bali yang diberikan oleh Presiden Sukarno pada tahun 1954, dan merupakan hadiah rakyat Indonesia kepada PBB. Kedua patung tersebut dibuat dari kayu Bentawas, sejenis kayu yang bagi masyarakat Bali merupakan kayu sakral yang biasa digunakan untuk membangun tempat-tempat suci.
Patung "Perdamaian" dan "Kemakmuran" yang menjadi ikon dari Indonesia Lounge (Foto: Koleksi Pribadi/Indah N. Savitri)
Sepasang patung tersebut menggambarkan seorang laki-laki bernama Perdamaian (Peace) dan seorang perempuan bernama Kemakmuran (Prosperity) dan pada dudukannya tertulis “Hadiah Rakjat Republik Indonesia”
Indonesia harus bangga, karena dua patung tersebut mampu membuat nama Indonesia harum di Markas Besar PBB. Sejumlah negara mencoba memberikan hadiah yang lebih besar dan mewah kepada PBB dengan tujuan untuk mengganti nama ruangan ini, tapi keputusan PBB adalah final: mempertahankan nama ruangan tersebut dengan nama Indonesian Lounge.
Menlu RI sedang berbincang dengan Wakil Tetap Finlandia untuk PBB (Foto: Twitter/Menlu_RI)
Karena tempatnya yang strategis, setiap tahun sebelum pembukaan Sidang Umum PBB bulan September, maka Sekjen PBB akan mengadakan resepsi penyambutan untuk para Kepala Negara/Pemerintahan yang hadir di New York. Selain itu ruangan ini menjadi saksi pertemuan-pertemuan tingkat Kepala Negara, Menteri dan pejabat tinggi lainnya dan sering digunakan sebagai tempat untuk melakukan pertemuan bilateral.
ADVERTISEMENT
Bangga khan? bukti nama besar Indonesia diakui di Markas Besar PBB karena sepasang hadiah dari rakyat Indonesia yang nilainya jauh melebihi harganya. Hal itu bisa dicapai karena karena upaya diplomasi dan kepercayaan masyarakat internasional kepada Indonesia.