Kepadatan Populasi di Wilayah Ibu Kota Jakarta

Fachrurrozy Husda
Sedang berkuliah di Institut Teknologi Kalimantan jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Tahun 2020
Konten dari Pengguna
20 Juni 2021 13:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fachrurrozy Husda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi populasi penduduk. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi populasi penduduk. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Penggunaan Lahan

ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan akan menempati urutan kedelapan dalam daftar negara yang berkontribusi terhadap pertumbuhan penduduk pada tahun 2050 (databoks, 2019). Tingkat kelahiran turun tajam dalam dekade terakhir abad kedua puluh, tetapi telah terhenti sejak pertengahan 90-an, dengan wanita rata-rata melahirkan 2,6 anak, atau sekitar setengah anak lebih dari yang dibutuhkan untuk menjaga angka tetap stabil dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Namun akses terhadap kontrasepsi setidaknya di Indonesia bukan semata-mata untuk mengurangi pertumbuhan penduduk. Ternyata, bahkan jika tingkat kesuburan turun ke tingkat penggantian 2,1 anak per ibu, pertumbuhan penduduk hingga 2050 hampir tidak akan terpengaruh. Apa yang disebut momentum kependudukan ini semata-mata disebabkan oleh banyaknya jumlah wanita usia subur. Harapan hidup kemungkinan akan meningkat menjadi 77,4 tahun dari 71,2 pada tahun 2050, dan populasi akan meningkat menjadi 321 juta.
Jakarta adalah kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Fokus utama pembangunan kota Jakarta adalah peningkatan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan penduduk. Berbagai bentuk pembangunan fisik, memiliki dampak positif dan negatif. Kawasan Senen merupakan kawasan andalan Jakarta Pusat yang berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan publik yang memiliki nilai sejarah dan perkembangan penduduk yang pesat. Oleh karena itu, akan dibahas bagaimana kepadatan penduduk di daerah Ibu Kota Jakarta
ADVERTISEMENT
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia memiliki fungsi penting sebagai rumah bagi lebih dari tiga belas juta penduduk. Jakarta memiliki peran sebagai pusat perekonomian negara sekaligus pemerintah pusat menyebabkan tingginya migrasi masuk ke Jakarta. Kondisi pembangunan Jakarta dari waktu ke waktu sangat mempengaruhi dinamika kondisi demografi dengan dampak yang dapat diidentifikasi adalah perubahan penggunaan lahan.
Pembahasan mengenai Ibu Kota Jakarta menjadi topik yang sangat menarik. Menurut Rahmatulloh (2017), Kota Jakarta bagaikan semut di mana semua orang dari berbagai penjuru tempat datang dengan tujuan-tujuan tertentu. Menurut data yang disajikan BPS (2021), populasi di DKI Jakarta pada tahun 2020 mencapai 10.562.088 dengan nilai pertumbuhan populasi sebesar 0,92%. Selain itu, kepadatan penduduk di DKI Jakarta di tahun 2020 sebesar 14.555 orang setiap km2. Jakarta Pusat memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah 18.603 km2.
ADVERTISEMENT
Pada awal proses urbanisasi di Jakarta, banyak orang beramai-ramai untuk berimigrasi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Ini menjadi titik mulai Jakarta mengalami kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, dengan jumlah yang sangat banyak, kota ini tidak bisa menampung lebih banyak untuk dipekerjakan sehingga alhasil banyak pengangguran yang merajalela. DKI Jakarta menjadi kota terdapat yang didatangi oleh para pendatang dari tahun 1971 sampai 2000. DKI Jakarta pada tahun 1971 menerima kurang lebih 1,8 juta migran
Dengan adanya pendatang yang membeludak, maka wilayah DKI Jakarta ikut melebar ke kota-kota satelitnya seperti Depok, Tangerang, Bogor, dan Bekasi (Karim, Utomo, & Fauziah, 2019). Terlalu padatnya pemukiman di Jakarta membuat pemerintah berpikir agar mereka yang tinggal dan bekerja perlu pindah ke luar Jakarta. Pemerintah menyediakan transportasi umum yang dapat beroperasi mengangkut banyak orang seperti Trans Jakarta, KRL, dan transportasi umum lainnya. Biaya yang rendah juga menjadi pendorong masyarakat menggunakan transportasi ini untuk pergi bekerja.
ADVERTISEMENT
Kepadatan populasi di Jakarta mendorong pula adanya fenomena yang disebut sebagai urban sprawl di kawasan Sub Urban Jakarta. Fenomena ini sudah terjadi sampai sekarang di mana daerah yang bukan bagian dari kota tersebut memiliki kemiripan berdasarkan pada morfologi kota. Daerah di wilayah Jakarta yang tidak mengalami perkembangan jadi mengalami perkembangan akibat dari menyebarnya penduduk dari wilayah Jakarta sehingga tidak terlalu padat.
Grafik Kontribusi Sektor Jasa dan Manufaktur PDRB Kota/Kabupaten di Sekitar Jakarta yang mempengaruhi kepadatan penduduk wilayah Jakarta (Sumber : BPS DKI Jakarta)
Kepadatan populasi di Indonesia jelas terlihat dengan urutan Indonesia sebagai populasi terbesar keempat di dunia. Urutan ini berpengaruh besar pada DKI Jakarta sebagai ibu kota yang memiliki kepadatan populasi tinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Migrasi pada abad ke-20 sudah terjadi dari seluruh daerah dengan tujuan dan harapan bahwa mereka dapat bekerja dengan baik. Ada dua hal yang menjadi akibat dari kepadatan penduduk ini. Pertama, adanya penyebaran wilayah karena pekerja yang tinggal di Jakarta harus menyebar. Kedua, adanya fenomena urban sprawl di mana daerah pinggir dari Jakarta ikut mengalami pembangunan dari berbagai macam bidang.
ADVERTISEMENT
Sumber :
BPS. (2021). PROVINSI DKI JAKARTA DALAM ANGKA. Jakarta: CV. Nasional Indah.
Databoks. (2019, April 28). Jumlah Penduduk Indonesia 269 Juta Jiwa, Terbesar Keempat di Dunia. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/04/29/jumlah-penduduk-indonesia-269-juta-jiwa-terbesar-keempat-dunia.
Rahmatulloh. (2017). DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI IBUKOTA JAKARTA. GENTA MULIA, 8 (2).
Karim, Utomo, & Fauziah. (2019). KUALITAS HIDUP DAN PERTUMBUHAN EKONOMI, STUDI KASUS DKI JAKARTA DAN DAERAH PENYANGGANYA. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 15 (3).