Konten dari Pengguna

Mahasiswa KKN MBD UINSATU Ajak Warga Jajar Bernostalgia Lewat Sebuah Plang

Muhamad Fahmi Ilman
Mahasiswa Aqidah & Filsafat Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
14 Juni 2022 12:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Fahmi Ilman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ini diambil tepat sewaktu masyarakat Jajar dan rekan-rekan KKN MBD UINSATU membuat plang di kediaman Anis.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ini diambil tepat sewaktu masyarakat Jajar dan rekan-rekan KKN MBD UINSATU membuat plang di kediaman Anis.
ADVERTISEMENT
Jika kebanyakan mahasiswa KKN, pada umumnya, membuat plang dengan maksud sebagai petunjuk arah, maka lain halnya dengan mahasiswa KKN MBD UINSATU. Plangisasi yang dilakukan mahasiswa UINSATU tersebut malah bertujuan menjembatani masyarakat bernostalgia ke masa silam.
ADVERTISEMENT
Sekadar pengantar bahwa KKN MBD merupakan sebuah terobosan LP2M UINSATU yang berangkat dari kebijakan KEMDIKBUD, dimana mahasiswa ditempatkan dan melebur di dalam kompleksitas masyarakat, setidak-tidaknya selama 1 (satu) semester. Sedangkan Desa yang terpilih menjadi pusat pengabdian adalah Desa Jajar. Desa ini bersemayam di kecamatan Gandusari, kabupaten Trenggalek.
Istilah plangisasi sebetulnya tidak asing lagi di telinga mahasiswa sewaktu menjadi partisipan KKN di Desa. Bahkan, plangisasi seringkali menjadi bagian dari proker KKN. Hal ini sudah lumrah terjadi. Biasanya, plang digunakan sebagai simbolisasi suatu tempat atau petunjuk arah yang akan memandu warga asing dalam mencari tempat atau daerah tujuan.
Akan tetapi, plangisasi yang dilakukan Mahasiswa KKN MBD di Desa Jajar-Gandusari kali ini, nampaknya agak non-maenstream. Pasalnya, plang yang dibuat tidak semata-mata sebagai simbol wilayah atau pentunjuk arah agar memudahkan warga asing menelusuri tempat tujuan, tapi lebih pada mengembalikan ingatan warga akan sesuatu yang selama ini hanyut. Bahkan upaya demikian, barangkali menjadi hal baru di kalangan mahasiswa yang melakukan KKN di Desa.
ADVERTISEMENT
Hal ini berangkat dari inisiatif mahasiswa KKN MBD. Mereka merasakan sebuah kegelisahan ketika searching di google bahwa fungsi plang yang selama ini difahami oleh masyarakat umum, hanya sebatas pada papan yang memuat data atau keterangan tentang suatu hal. Sementara plang, setidaknya menurut temen-temen KKN MBD, tidak hanya bersifat praktis, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Terlepas dari simbolisasi, plang juga bisa dijadikan sebagai sarana menggiring ingatan warga pada zaman doeloe.
Oleh masyarakat modern, zaman doeloe disebut era yang sudah usang. Pasalnya, zaman doeloe, jika hendak dibandingkan, tentu jauh berbeda dengan keadaan zaman modern. Zaman doeloe sedikit-banyak dikaitkan pada keterbatasan dan modern sebaliknya.
Meski begitu, menurut IME, selalu kepala Desa Jajar, upaya yang dilakukan mahasiswa KKN tersebut perlu diapresiasi. Simbolisasi ini sangat membantu bagi pemerintah Desa, karena hal itu adalah salah satu langkah awal dalam upaya pemdes merevitalisasi padukuhan yang selama ini tenggelam.
ADVERTISEMENT
“Mahasiswa KKN menempatkan dirinya sebagai pionir dalam aspek ini”, ujar Lurah IME.
Perlu digarisbawahi bahwa terpendam nya padukuhan adalah akibat dari pembentukan wilayah administratif Desa. Struktur tersebut memaksa padukuhan harus diringkas. Dengan begitu, mau tidak mau beberapa padukuhan harus menjadi korbannya. Sementara jumlah padukuhan sendiri di Jajar sebetulnya ada 12 padukuhan yang notabene merupakan wilayah kebudayaan. Akan tetapi jumlah sebanyak itu pada akhirnya tersimplifikasi menjadi 3 bagian saja. Tiga bagian itu disebut dusun.
Sementara itu, padukuhan memiliki akar kesejarahan panjang. Di balik nama padukuhan terselip makna yang menyimpan seribu memori kenangan; berupa tragedi atau asal mula yang melatarbelakangi terciptanya padukuhan. Tentu, jika hal demikian, yang barangkali dianggap sepele, dilupakan begitu saja atau bahkan tidak tersalurkan ke anak cucu, maka hilang sudah identitas warga tersebut.
ADVERTISEMENT
Harapannya dengan pembuatan plang tersebut sebagai simbolisasi padukuhan, dapat menghidupkan kembali semangat warga, baik dalam menemukan ataupun membentuk jati dirinya, bernapaskan kebudayaan.