Konten dari Pengguna

Hajat Bumi Pesta Ganceng

Muhammad Fahrul Rozi
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
30 Mei 2022 13:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fahrul Rozi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ibu-Ibu Pengajian Majelis Ta'lim. Sumber Foto : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibu-Ibu Pengajian Majelis Ta'lim. Sumber Foto : Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Setiap tahun di kampungku mempunyai sebuah tradisi yang khas dibandingkan dengan kampung yang lain. Tradisi itu disebut “Pesta Ganceng” sebuah festival yang rutin dilakukan oleh warga kampung Pondok Ranggon.
ADVERTISEMENT
Pesta Ganceng itu sering disebut dengan Sedekah Bumi atau tanda rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya kepada masyarakat di Pondok Ranggon. Dengan tujuan untuk melestarikan tradisi leluhur yang tinggal di Pondok Ranggon.
Tradisi ini sudah berjalan selama puluhan tahun lantaran untuk melestarikan adat budaya nenek moyang agar tidak hilang dengan seiring berjalannya perkembangan zaman yang semakin modern. Adapun kegiatan dalam pesta ganceng seperti tasyakuran, berdoa bersama anak yatim dan dhuafa, serta pengajian ibu-ibu majlis ta’lim seluruh warga Pondok Ranggon.
Setelah salat jum’at aku mengikuti prosesi arak-arakan yang mengelilingi kampung mulai dari perbatasan Pondok Ranggon kearah Depok Harjamukti sampai menuju Kramat Ampel. Pada malam harinya, aku juga menyaksikan pertujukan seni seperti Wayang Golek, Topeng Betawi, dan Jaipong.
ADVERTISEMENT
Tidak terasa hari sudah semakin larut, perutku terasa lapar. Untungnya, acara ini dikelilingi para pedagang yang menjual berbagai macam makanan seperti kuliner khas Betawi, yaitu kue cucur, kerak telor, dan lain-lain. Ada juga yang menjual minuman, pakaian, hingga pernak-pernik. Aku pun sangat senang dengan adanya acara ini bisa berbagi berkah kepada para penjual.
Selain itu, aku juga bisa bersilaturahmi antar warga Pondok Ranggon sekaligus berpartisipasi dalam ajang festival wisata yang diikut sertakan oleh warga dari dalam maupun luar Pondok Ranggon. Acara tradisi ini berlangsung selama dua hari karena banyak pemutaran arah jalan yang disebabkan ramainya antusias warga memenuhi pesta ganceng yang sudah ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
(Muhammad Fahrul Rozi/Politeknik Negeri Jakarta)
ADVERTISEMENT