Konten dari Pengguna

Apakah Tiongkok Akan Menginvasi Taiwan Untuk Mengamankan Akses ke Semikonduktor?

M Farid Pratama
Mahasiswa Universitas Sriwijaya
5 November 2024 15:41 WIB
·
waktu baca 18 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Farid Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Geopolitik

Image by Republica from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image by Republica from Pixabay
ADVERTISEMENT
Pada masa ini kehidupan kita tidak bisa terlepas dari penggunaan teknologi baik elektronik maupun digital. Benda-benda seperti ponsel, televisi, laptop, kulkas, dan lain-lain merupakan contoh dari perangkat elektronik dan digital yang digunakan sehari-hari. Namun, terdapat satu benda kecil yang memiliki peran sangat penting dan menjadi sebuah komponen dasar dari sebagian besar perangkat elektronik dan digital modern. Benda tersebut adalah microchip/semikonduktor. Melihat aktifitas sehari-hari yang didominasi oleh perangkat elektronik dan digital tentunya keberadaan semikonduktor sangatlah penting dan tidak bisa diremehkan. Jika diibaratkan perangkat seperti ponsel adalah sebuah kendaraan, maka semikonduktor adalah bahan bakar yang menggerakkan kendaraan tersebut. Saat ini keberadaan semi konduktor telah dianggap sebagai “new oil” atau bahkan lebih berharga dari minyak itu sendiri. Karena semikonduktor dapat digunakan untuk pengembangan teknologi yang signifikan, digunakan dalam kegiatan industri, otomotif, elektronik pribadi, peralatan komunikasi, dan sistem perusahaan (Pienovi dalam Becher, 2023). Oleh karena itu kegunaan semikonduktor tidak dapat dilebih-lebihkan karena hampir dari setiap aspek dalam kehidupan kita memanfaatkan benda kecil ini. Negara yang dapat mengamankan produksi semikonduktor akan mendapatkan keuntungan luar biasa baik secara ekonomi, teknologi dan inovasi, hingga keamanan.
ADVERTISEMENT
Saat ini ada beberapa negara yang terkenal dengan kualitas semikonduktornya yang sangat baik yaitu Jepang, Belanda, dan Korea Selatan. Akan tetapi, tidak ada yang mampu mengalahkan kualitas semikonduktor milik Taiwan. Negara ini menjadi raja semikonduktor yang telah mengamankan 46% pangsa pasar semikonduktor mengalahkan Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat (Kristo, 2024). Tentunya perusahaan TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Co) mengambil peran yang sangat besar dalam produksi semikonduktor di Taiwan yang telah memproduksi 92% semikonduktor terbaik di seluruh dunia. Taiwan menjadi mitra besar bagi Amerika Serikat dalam pengembangan teknologinya. Perusahaan-perusahaan besar seperti Apple dan Nvidia menjadi klien yang menggunakan semikonduktor TSMC untuk inovasi teknologinya. Terbukti pada tahun 2023 Apple masih memegang posisi sebagai pelanggan terkemuka dengan peningkatan pesanan sebesar 50% dan menyumbang US$ 17,52 miliar dan disusul oleh Nvidia dengan nilai pesanan yang mencapai US$ 7,3 miliar (FPT Semiconductor, 2024). Oleh karena itu, Taiwan merupakan mitra penting bagi Amerika Serikat guna menopang pengembangan inovasi teknologinya, terutama dalam persaingannya melawan Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi yang terdepan dalam persaingan teknologi. Akan tetapi Tiongkok masih sangat tertinggal oleh Amerika Serikat, terutama dalam pengembangan teknologi semikonduktor. Dengan berbagai cara Amerika Serikat berusaha untuk mencegah perkembangan teknologi Tiongkok lebih lanjut diantaranya adalah dengan memberikan pembatasan dan kontrol ketat terhadap ekspor semikonduktor ke Tiongkok yang mengakibatkan produksi semikonduktor Tiongkok anjlok sebesar 17% (Tan, 2024). Atau membentuk aliansi dengan negara penghasil semikonduktor lainnya seperti Chip 4 Alliance yang berisi Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Salah satu skenario terburuk dari adanya persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam perang semikonduktor ini adalah keinginan Tiongkok untuk menginvasi Taiwan guna mengamankan produksi dan suplai semikonduktor di pulau tersebut. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah mungkin Tiongkok akan melakukan hal tersebut?
ADVERTISEMENT
Hal tersebutlah yang akan dijawab pada artikel berikut ini di mana penulis akan menggunakan teori interdepensi untuk menganalisis fenomena tersebut. Dalam artikel ini pembahasan akan dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya: 1. Pengertian Interdependensi 2.Hubungan Tiongkok dan Taiwan, 3. Hubungan Taiwan dan AS, 4. Persaingan Tiongkok dan AS, 5. Seberapa penting Taiwan bagi Tiongkok dan AS?, 6. Kebijakan yang ‘menyudutkan’ Tiongkok, 7. Opini, dan penutup.
Sebelum bisa masuk ke pembahasan lebih lanjut penulis ingin mengucapkan terima kasih pada salah seorang Youtuber favorit penulis yaitu Ferry Irwandi yang telah memberikan inspirasi bagi penulis dan telah membahas hal ini secara komprehensif. Selain itu juga, penulis menadapatkan inspirasi dari sebuah artikel dari Council on Foreign Relations yang berjudul “Will China’s Reliance on Taiwanese Chips Prevent a War?” di mana artikel tersebut lebih berfokus pada ketergantungan antara Tiongkok dan Taiwan saja. Sementara itu artikel yang menjadi milik penulis saat ini lebih bersifat untuk melengkapi argumen dari artikel di atas dengan menambahkan Amerika Serikat dalam hubungan saling ketergantungan antara dua negara besar tersebut.
ADVERTISEMENT
Apa itu Interdependensi?
Sebelum bisa membahas lebih lanjut mari kita secara singkat mengenal konsep interdependensi atau saling ketergantungan. Dalam buku yang berjudul “Power and Interdependence” edisi keempat karya Robert O. Keohane dan Joseph Nye, Jr mereka mendifinisikan bahwa interdependensi dalam politik dunia merupakan sebuah situasi di mana terdapat hubungan timbal balik antara negara-negara atau diantara aktor-aktor di negara-negara yang berbeda. Efek timbal balik ini seringnya merupakan hasil dari adanya transaksi internasional, aliran uang, barang, manusia, dan pesan melintasi batas-batas internasional (Keohane and Nye, 2012).
Artinya adalah bahwasannya negara-negara di dunia saling membutuhkan satu sama lain dan menjalani hubungan yang memiliki timbal balik antar satu sama lain yang menguntungkan dan contoh dari adanya saling ketergantungan adalah melalui kerjasama ekonomi dan perdagangan. Dalam konteks hubungan internasional, interdependensi merupakan sebuah konsep penting yang menjadi turunan dari perspektif liberalisme di mana saling ketergantungan—terutama dalam hal ekonomi—menjadi salah satu pilar yang dapat menciptakan perdamaian dan mencegah perang.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sangat masuk akal karena setiap negara yang saling ketergantungan satu sama lain akan cenderung membangun hubungan yang lebih baik dan solid melalui berbagai bentuk kerjasama. Selain itu negara-negara yang saling ketergantungan tidak mungkin berperang mengingat resiko kerugian besar yang akan mereka hadapi. Dalam konteks ini baik Tiongkok dan Taiwan atau Tiongkok dan Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan dalam hal ekonomi.
Hubungan Tiongkok dan Taiwan
Taiwan dan Tiongkok memiliki sejarah hubungan yang sangat panjang dengan dinamika yang rumit. Dapat dikatakan bahwa hubungan kedua negara tidak begitu baik, mengingat Tiongkok menjadi sebuah negara yang selalu berusaha menyatukan Taiwan di bawah kekuasaannya dan Taiwan yang selalu merasa insecure dengan ancaman Tiongkok bahkan hingga hari ini. Hal tersebut terjadi akibat ketidaksepahaman para pemimpin negara di masa lalu, di mana pada saat itu Taiwan menganggap diri mereka bukan bagian dari negara Tiongkok modern dan memiliki sistem pemerintahan sendiri serta pemimpin yang dipilih secara demokratis, sehingga mereka memilih untuk memisahkan diri. Sementara itu, Tiongkok tidak menerima hal tersebut dan selalu berusaha untuk mengembalikan wilayah itu di bawah kekuasaannya tanpa mengesampingkan penggunaan kekuatan (BBC, 2024). Meski hubungan mereka terkesan penuh ketegangan, keduanya merupakan mitra dagang yang cukup erat.
ADVERTISEMENT
Semua berawal jauh sebelum Republik Rakyat Tiongkok itu sendiri dibentuk. Pada abad ke-17, pulau ini merupakan bagian dari wilayah Kekaisaran Tiongkok, namun semenjak Jepang menginjakkan kakinya di Tiongkok pada 1895 dan menjadikan pulau ini sebagai koloninya. Hingga pada tahun 1944, ketika Jepang berhasil dikalahkan Tiongkok kembali merebut pulau ini sebagai bagian darinya yang kemudian jatuh di bawah kekuasaan Chiang Kai-Shek. Setelah itu terjadi konflik yang cukup bertahan lama antara partai nasionalis yang dipimpin Chiang Kai-Shek dengan partai Komunis Mao Zedong yang kemudian dimenangkan oleh partai komunis pada tahun 1949. Chiang dan sisa-sisa partai nasionalis lainnya yang kemudian dikenal sebagai Kuomintang kemudian melarikan diri ke pulau Taiwan dan mendirikan pemerintahan mandiri di sana.
ADVERTISEMENT
Tiongkok dengan sangat tegas tidak mengakui kedaulatan Taiwan, sementara itu setidaknya terdapat 12 negara yang baru mengakui kedaulatan Taiwan. Seiring berjalannya waktu Tiongkok yang menjadi semakin kuat berusaha untuk menekan negara-negara lain agar mereka tidak mengakui Taiwan. Selain itu, Tiongkok juga tak segan menggunakan ancaman dengan menunjukkan kekuatan militernya seperti pesawat, kapal perang, kapal selam, dan lain-lain serta melakukan berbagai pelatihan militer dan patroli.
Kendati demikian Tiongkok dan Taiwan masih tetap memiliki hubungan perdagangan yang cukup baik. Bagi Taiwan Tiongkok merupakan pasar besar baginya untuk mengeskpor barang, terutama suku cadang elektronik dan juga peralatan optik, mengingat Taiwan menjadi yang terdepan dalam pengembangan teknologi semikonduktor yang menjadi pendukung industri peralatan elektronik. Hingga hari ini, Taiwan telah menghasilkan US$ 188,91 miliar dari ekspor peralatan elektronik. Selain itu, perusahaan semikonduktor Taiwan Foxconn juga mengoperasikan pabriknya di Tiongkok (Sorongan, 2022).
ADVERTISEMENT
Kelebihan Taiwan dalam teknologi semikonduktornya yang membuat Tiongkok begitu tertarik untuk menjadikan negara itu sebagai kepentingan strategisnya guna mengamankan akses ke suplai semikonduktor untuk kepentingan ekonomi Tiongkok, teknologi, dan keamanan. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah sebenarnya keinginan Tiongkok untuk menginvasi Taiwan sudah ada jauh sebelum persaingan semikonduktor ini. Selain daripada itu, persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam berbagai bidang juga semakin mendorong Tiongkok untuk bisa kembali menyatukan Taiwan dengan Tiongkok daratan, karena kecenderungan Taiwan yang dekat kepada AS meningkatkan insekuritas Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan persekutuan Taiwan dengan AS akan berakibat buruk bagi Tiongkok. AS bisa saja memanfaatkan Taiwan sebagai akses untuk memata-matai Tiongkok dan juga sebagai mitra penyedia suplai semikonduktor untuk kepentingan pengembangan teknologi AS yang pada akhirnya akan digunakan untuk menyaingi Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Meskipun kemungkinannya kecil, Tiongkok bisa saja menggunakan kekuatan militernya untuk merebut Taiwan secara paksa guna mengamankan dirinya dari bayang-bayang AS dan mengamankan suplai semikonduktor untuk kepentingannya sendiri. Hanya saja hal tersebut menjadi tantangan besar bagi Tiongkok disebabkan oleh hubungan yang dibangun oleh Taiwan dengan AS.
Hubungan Taiwan dan Amerika Serikat
Amerika Serikat membangun hubungan diplomatik resmi dengan Tiongkok pada tahun 1979. Namun, Amerika Serikat sempat memutuskan hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Meski begitu AS masih tetap menjalankan hubungan diplomatik tidak resmi dengan Taiwan dan menjual persenjataan kepada mereka.
Hubungan diplomatik dengan Taiwan sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Hubungan Taiwan yang disahkan pada tahun 1979 dengan enam buah poin di dalamnya. Beberapa yang cukup penting diantaranya adalah bahwa AS akan memelihara hubungan budaya dan perdaganga, berkomitmen untuk menjual senjata, dan membela Taiwan apabila diserang oleh Tiongkok (Maizland, 2024).
ADVERTISEMENT
Dalam undang-undang tersebut jelas sekali didapatkan bahwasannya Amerika Serikat dan Tiongkok telah terlibat dalam hubungan perdagangan sejak lama. Salah satu komoditas yang diperdagangkan oleh Amerika Serikat kepada Taiwan adalah senjata. Ancaman serius dari Tiongkok yang berusaha untuk menyatukan Taiwan kembali membuat kebutuhan akan persenjataan meningkat, Oleh karena itu, AS menyediakan persenjataan kepada Taiwan yang pada akhirnya menguntungkan AS itu sendiri.
Maizland dalam Council on Foreign Relations telah mengumpulkan data penjualan senjata ke Taiwan dimulai dari masa pemerintahan George W. Bush hingga Joe Biden. Pada masa pemerintahan Bush dan Obama, perdagangan senjata AS ke Taiwan menyentuh angka hingga US$ 6 miliar dan yang paling tinggi adalah pada masa pemerintahan Trump yang mencapai US$ 10 miliar dan mulai menurun kembali di masa pemerintahan Biden.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Taiwan yang memiliki keunggulan dalam teknologi semikonduktor menjadi mitra strategis AS guna mengembangkan teknologinya. Mulai dari teknologi sipil hingga militer. Perusahaan-perusahaan teknologi besar yang sudah dijelaskan sebelumnya seperti Apple dan Nvidia menjadi konsumen terbesar bagi TSMC dalam inovasi teknologinya.
Oleh karena itu, di masa sekarang peran Taiwan menjadi sangat penting dalam persaingan antara AS dengan Tiongkok. Dengan hubungan diplomatik yang telah dibangun AS dengan Taiwan memberikan keuntungan strategis yang signifikan. AS memiliki akses yang sangat baik guna mengontrol dan mengawasi Tiongkok melalui Taiwan. Ditambah AS memiliki akses untuk memperoleh suplai semikonduktor untuk kepentingan ekonomi, teknologi, dan keamanannya.
Persaingan Tiongkok dan Amerika Serikat
Amerika Serikat telah lama menjadi negara superpower yang memiliki banyak sekali keunggulan mulai dari ekonomi, teknologi, hingga militer. Namun, seiring berjalannya waktu negara-negara kuat yang baru muncul dan berusaha untuk menentang hegemoni Amerika Serikat di dunia. Tidak lain dan tidak bukan negara tersebut adalah Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Tiongkok pada mulanya merupakan negara berkembang yang masih jauh tertinggal dari Amerika Serikat. Setidaknya sampai tahun 2008. Namun, sejak tahun 2010 Tiongkok menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan mulai dari segi ekonomi, pembangunan, teknologi, hingga militer. Bahkan, kini Tiongkok menjadi negara dengan ekonomi terkuat nomor dua di dunia di bawah Amerika Serikat.
Amerika Serikat melihat Tiongkok sebagai ancaman yang sangat besar, terutama bagi hegemoninya di dunia. Persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang paling intens dapat kita lihat pada periode perang dagang di tahun 2017 di mana kedua negara saling melemparkan kebijakan guna memberikan tarif tinggi satu sama lain terhadap barang-barang atau produk milik mereka. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kejengkelan Presiden Donald Trump yang melihat neraca perdagangan Amerika Serikat yang selalu mengalami defisit.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Amerika Serikat juga melakukan cara lain untuk menekan hegemoni Tiongkok dalam hal militer. Yaitu dengan menjalankan kerjasama pertahanan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang menjadi pusat hegemoni Tiongkok. Negara-negara tersebut diantaranya adalah Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan. Selain itu, keduanya juga bersaing dalam hal teknologi.
Dalam persaingan untuk menjadi superpower ini kita tidak dapat melewatkan peran Taiwan dan TSMC-nya. Taiwan sebagai penghasil semikonduktor dapat memberi keuntungan bagi siapapun yang menjalin kerjasama dengannya guna pengembangan teknologi sipil dan militer yang kelak akan memberikan keuntungan signifikan baik ekonomi maupun keamanan. Pada akhirnya Tiongkok dan Amerika Serikat melihat Taiwan sebagai mitra strategis guna memenangkan persaingan menyaingi satu sama lain. Jadi, inti dari kasus semikonduktor ini sebenarnya berada pada persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Seberapa Penting Taiwan Bagi AS dan Tiongkok?
Dalam konteks persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok dan juga perang semikonduktor ini sulit sekali jika menganggap Taiwan sebagai aktor kunci sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan.
Pasalnya, Taiwan dan perusahaan TSMC menjadi produsen dari semikonduktor dunia yang telah menyumbang sekitar 46% dari suplai semikonduktor di seluruh dunia. Semikonduktor menjadi sebuah benda yang sangat penting dalam pengembangan teknologi sipil dan militer seperti kegiatan industri, ototmotif, dan peralatan elektronik. Dalam teknologi militer semikonduktor berguna untuk mengembangkan sistem senjata, sistem pertahanan, perangkat komunikasi, hingga pesawat tempur.
Artinya adalah negara yang dapat menjalin hubungan dengan Taiwan dan berhasil mengamankan suplai dan produksi semikonduktor Taiwan dapat memiliki keuntungan ekonomi yang signifikan melalui pengembangan teknologi yang dapat dijual atau dimanfaatkan seperti ponsel, kulkas, mesin cuci, mobil listrik, panel surya, dan lain-lain. Dalam teknologi militer mereka dapat membangun teknologi pertahanan yang canggih dan memperkuat kemampuan militer mereka.
ADVERTISEMENT
Bagi Amerika Serikat jelas saja Taiwan merupakan mitra strategis yang sangat penting. Selain menjadikan Taiwan sebagai ‘kerangkeng’ bagi sang naga, Taiwan merupakan mitra strategis bagi Amerika Serikat untuk pengembangan teknologi sipil dan militernya. Perusahaan besar seperti Apple, NVIDIA, General Motors, dan lain-lain sangat tergantung dan menjadi konsumen terbesar TSMC untuk produksi dan pengembangan teknologinya.
Sama saja bagi Tiongkok selain menganggap Taiwan sebagai bagian darinya, Taiwan juga adalah mitra penting Tiongkok dalam pengembangan teknologi sipil dan militernya. Tiongkok pun sebenarnya juga memiliki ketergantungan pada semikonduktor Taiwan untuk pengembangan teknologinya dan bahkan pada tahun 2005 pernah Beijing pernah membuka pintu gerbang keterlibatan ekonomi berteknologi tinggi dengan Taipei (Neill, 2023).
Namun, sebenarnya baik Amerika Serikat dan Tiongkok memang berusaha untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Taiwan dan menjadi lebih mandiri dalam produksi semikonduktor. Meski begitu tetap saja Taiwan masih memiliki peran penting dalam pengembangan teknologi dua negara besar ini. Artinya, Taiwan masih sangat penting bagi keduanya.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Yang 'Memojokkan’ Tiongkok
Dalam persaingan ini Amerika Serikat tentunya dengan berbagai cara dan intrik berusaha untuk menghambat pesaingnya sendiri, yaitu Tiongkok, agar pengembangan teknologi miliknya melalui semikonduktor ini tetap terhambat. Rencana Amerika serikat dalam menghambat perkembangan teknologi Tiongkok terbukti berhasil membuat Tiongkok cukup tertinggal dalam industri semikonduktor. Salah satu kebijakan yang dibuat Amerika Serikat adalah dengan melarang ekspor supply chain semikonduktor ke Tiongkok.
Pada tahun 2022 di bulan Oktober pemerintahan presiden Joe Biden memberlakukan kontrol ekspor untuk membatasi akses Tiongkok ke semikonduktor dan berhasil mempertahankan keunggulan Amerika Serikat. Akibatnya produksi semikonduktor Tiongkok anjlok sebesar 17%. Selain pada pembatasan pada supply chain Amerika Serikat dan sekutunya juga membatasi akses Tiongkok terhadap chip A100 dan H100 milik NVIDIA serta mesin litografi untuk pembuatan semikonduktor berteknologi milik Belanda (Tan, 2024). Sebenarnya Tiongkok masih diperbolehkan untuk menggunakan mesin litografi, namun penggunaan mesin litografi tersebut hanya diperuntukkan bagi barang generasi lama saja.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut jelas menjadi sebuah pukulan telak dan cenderung memojokkan bagi Tiongkok. Akan tetapi, bukan berarti kebijakan tersebut tidak berdampak juga bagi Amerika Serikat beserta sekutunya. Karena pembatasan dan kontrol ketat tersebut justru merugikan perusahaan semikonduktor Amerika Serikat dan sekutunya karena hal tersebut membatasi penjualan semikonduktor mereka, terlebih lagi Tiongkok merupakan pasar yang sangat besar. Ditambah lagi pembatasan tersebut juga memberikan waktu bagi Tiongkok untuk belajar menjadi lebih mandiri dalam industri ini (Atkinson, 2023).
Namun, kita tidak pernah mengenal Tiongkok sebagai negara yang mudah menyerah. Karena Tiongkok bisa saja melampaui berbagai pembatasan-pembatasan yang telah diberikan Amerika Serikat dan sekutunya. Akan tetapi, hal tersebut memang akan membutuhkan waktu yang cukup lama seperti yang dikatakan Ferry Irwandi di dalam videonya. Maka, Tiongkok akan melihat sebuah opsi yang jauh lebih cepat dan tidak merepotkan. Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan menginvasi Taiwan.
ADVERTISEMENT
Opini: Apakah Tiongkok Akan Menginvasi Taiwan Untuk Mengamankan Akses ke Semikonduktor?
Setelah semua penjelasan di atas sekarang saatnya memasuki inti pembahasan ini. Apakah Tiongkok akan menginvasi Taiwan untuk mengamankan akses semikonduktor? Dalam opini ini penulis akan berpendapat bahwasannya Tiongkok tidak akan begitu saja melakukan hal tersebut dikarenakan resiko yang sangat besar mengingat adanya hubungan saling ketergantungan antara Tiongkok dengan Taiwan dan juga Tiongkok dengan Amerika Serikat. Ada dua alasan yang menurut penulis mengapa Tiongkok tidak akan menginvasi Taiwan untuk mengamankan semikonduktor, diantaranya: 1. Resiko kehancuran Taiwan, TSMC, dan kesia-siaan, dan 2. Rusaknya hubungan dengan Amerika Serikat.
1. Resiko Kehancuran Taiwan, TSMC, dan Kesia-siaan
Skenario penggunaan kekuatan militer guna menginvasi Taiwan sudah jelas akan membawa kehancuran pada negara tersebut dalam skala besar. Baik itu infrastruktur, politik, sosial, hingga ekonomi. Tentunya perusahaan besar seperti TSMC akan sangat terdampak jika invasi benar-benar terjadi. Ketidakstabilan keamanan, ekonomi, dan kehancuran infrastruktur sudah sangat jelas akan mengganggu produksi manufaktur semikonduktor yang perlahan-lahan akan menghancurkan TSMC secara perlahan-lahan atau instan jika memang serangan akan ditujukan secara langsung kepada perusahaan tersebut. Bahkan, seorang anggota kongres Demokrat dari Massachussets, Seth Moulton, seperti yang dikutip dari The Conversation, mengatakan bahwa mereka akan meledakkan TSMC jika memang benar Tiongkok akan melakukan invasi ke Taiwan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut masuk akal. Jelas saja invasi Tiongkok ke Taiwan untuk mengamankan semikonduktor sudah pasti akan menghancurkan Taiwan dan TSMC dan juga mengganggu rantai pasokan global semikonduktor dalam skala yang sangat besar mengingat Taiwan menyumbang 46% dari suplai semikonduktor global. Hal ini akan sangat merugikan banyak sekali negara termasuk Tiongkok itu sendiri yang juga ketergantungan pada semikonduktor Taiwan.
Selain itu, hanya karena Tiongkok berhasil membuat Taiwan berada di bawah kekuasaannya bukan berarti dengan serta merta membuatnya bisa langsung mengoperasikan pabrik-pabrik Taiwan. Selain karena kehancuran fisik akibat serangan, tetapi juga untuk mengoperasikan pabrik-pabrik Taiwan memerlukan akses berkelanjutan ke teknologi Amerika Serikat dan sekutunya agar dapat berfungsi, namun sudah sangat jelas Amerika Serikat dan sekutunya akan menolak mentah-mentah hal tersebut (Sacks, 2023). Jelas saja hal tersebut hanya berakhir pada kesia-siaan belaka.
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya alasan kesia-siaan masih bisa dibantah. Jika memang keinginan Taiwan untuk menginvasi Tiongkok adalah untuk mengamankan aksesnya ke semikonduktor maka memang hal tersebut dapat dikatakan kesia-siaan. Tapi, kita tidak bisa melupakan bahwa sebelum adanya perang semikonduktor, Tiongkok memang sudah ingin menjadikan Taiwan sebagai bagian darinya. Jikalau memang mereka tidak berhasil mengoperasikan pabrik-pabrik Taiwan atau teknologi semikonduktor, mereka masih tetap berhasil mendapatkan Taiwan dan menjadikan Taiwan sebagai bagian dari “Satu China” serta menghapuskan pengaruh Amerika Serikat dari pulau tersebut.
2. Hancurnya Hubungan Dengan Amerika Serikat
Selanjutnya adalah alasan yang juga cukup kuat, bahwasannya invasi Tiongkok ke Taiwan akan menghancurkan hubungan dengan Amerika Serikat dan ini bisa menjadi salah satu alasan yang aka membuat Tiongkok tidak melakukan invasi ke Taiwan. Hal tersebut sudah sangat jelas akan sangat merugikan bagi Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat dan Tiongkok, meskipun keduanya saling bersaing antar satu sama lain, sebenarnya keduanya juga saling membutuhkan satu sama lain alias keduanya memiliki hubungan saling ketergantungan. Amerika Serikat merupakan mitra dagang terbesar dan juga pangsa pasar yang sangat besar bagi perekonomian Amerika Serikat. Begitu juga Amerika Serikat merupakan mitra dagang dan pangsa pasar yang sangat besar bagi Tiongkok.
Invasi tersebut bisa merusak hubungan dengan Amerika Serikat karena secara tidak langsung Tiongkok telah mengganggu kepentingan geopolitik dan strategis Amerika Serikat di Taiwan yang juga akan mengancam statusnya sebagai negara superpower. Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwasannya dalam “Undang-Undang Hubungan Dengan Taiwan” yang dibuat pada tahun 1979 mengatakan bahwa Amerika Serikat akan membantu Taiwan apabila diserang oleh Tiongkok. Hal tersebut tentu saja bisa menyereta kedua negara ke dalam sebuah ketegangan atau bahkan konflik bersenjata yang sudah sangat jelas akan benar-benar menghancurkan hubungan antara keduanya yang pada akhirnya akan menjadi boomerang bagi Tiongkok itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, upaya invasi ke Taiwan akan menjadi hal yang sangat sulit bagi Tiongkok, mengingat negara tersebut masih memiliki hubungan saling ketergantungan dengan Amerika Serikat. Jadi, selagi kedua negara masih memiliki hubungan saling ketergantungan ekonomi invasi tersebut tidak akan terjadi.
Penutup
Dalam penutupan ini penulis akan memberikan penegasan ulang bahwa upaya invasi Tiongkok ke Taiwan tidak akan terjadi diakibatkan dua alasan utama, yaitu: 1. Resiko kehancuran Taiwan, TSMC, dan kesia-siaan, dan 2. Hancurnya hubungan dengan Amerika Serikat. Dua alasan tersebut terlahir dari adanya hubungan saling ketergantungan antara Tiongkok dengan Taiwan serta Tiongkok dengan Amerika Serikat. Selagi hubungan saling ketergantungan masih ada, invasi tersebut tidak akan terjadi mengingat resiko besar yang harus dihadapi Tiongkok. Namun, tetap saja politik global memiliki sifat yang sangat dinamis. Karena kemungkinan perang bisa terjadi dari peristiwa yang tidak terduga sekalipun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, argumen miliki penulis pun tidak bisa terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengapresiasi segala bentuk masukan dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Referensi
Atkinson, R. D. (12, Oktober 2023). Stronger Semiconductor Export Controls on China Will Likely Harm Allied Semiconductor Competitiveness. Retrieved from Information Technology & Innovation Foundation: https://itif.org/publications/2023/10/12/stronger-semiconductor-export-controls-on-china-will-likely-harm-allied-semiconductor-competitiveness/
BBC. (2024, januari 08). China and Taiwan: A really simple guide. Retrieved from BBC: https://www.bbc.com/news/world-asia-china-59900139
Becher, B. (2023, Oktober 17). What Is a Semiconductor? Retrieved from builtin.com: https://builtin.com/hardware/what-is-a-semiconductor
Ferry Irwandi. (2024, 11 Februari). Mengapa Taiwan Sangat Vital untuk US dan Cina? (Perang Mikrochip) [Video]. YouTube. https://youtu.be/mUzI86asVEY?si=9-Zpc4YTyKeU-2SA
FPT Semiconductor. (2024, Maret 09). Apple and NVIDIA Lead the Charge as TSMC's Largest Customers. Retrieved from FPT Semiconductor: https://fpt-semiconductor.com/apple-and-nvidia-lead-the-charge-as-tsmcs-largest-customers/
ADVERTISEMENT
Kristo, F. Y. (2024, Juli 19). Rahasia Taiwan Jadi Produsen Chip Terbesar dan Tercanggih Dunia. Retrieved from detikinet.com: https://inet.detik.com/business/d-7447338/rahasia-taiwan-jadi-produsen-chip-terbesar-dan-tercanggih-dunia#:~:text=Taiwan%20adalah%20raja%20semikonduktor%20atau,%2C%20dan%20Jepang%20(2%25)
Maizland, L. (2024, Februari 08). Why China-Taiwan Relations Are So Tense? Retrieved from Council on Foreign Relations: https://www.cfr.org/backgrounder/china-taiwan-relations-tension-us-policy-biden
Neill, A. (2023, Maret 28). Doubts grow over Taiwan's Silicon Shield. Retrieved from GIS Reports Online.com: https://www.gisreportsonline.com/r/china-taiwan-silicon-shield/
Robert O. Keohane and Joseph Nye, J. (2012). Power and Interdependence Fourth Edition. Boston: Pearson.
Sacks, D. (2023, Juli 06). Will China's Reliance on Taiwanese Chip Prevent War? Retrieved from Council on Foreign Policies: https://www-cfr-org.translate.goog/blog/will-chinas-reliance-taiwanese-chips-prevent-war?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Sorongan, T. P. (2022, Agustus 05). Terancam Perang, Begini Hubungan Ekonomi China & Taiwan. Retrieved from CNBC INDONESIA.com: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220805150642-33-361465/terancam-perang-begini-hubungan-ekonomi-china-taiwan
Tan, C. (2024, September 16). Breaking the Circuit: US-China semiconductor Control. Retrieved from Foreign Policy Research Institute: https://www.fpri.org/article/2024/09/breaking-the-circuit-us-china-semiconductor-controls/
ADVERTISEMENT