Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Dalam Hal Kenegarawanan, SBY Perlu Mencontoh Habibie
7 Februari 2018 12:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari M. Faruq Ubaidillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata Dilan: Menjadi politisi itu berat. Jika kamu tidak kuat, biar mereka saja.
ADVERTISEMENT
BAHASA alai Dilan di atas nampaknya cocok menggambarkan apa yang sedang menimpa Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang sekaligus pendiri partai Demokrat. SBY minggu-minggu ini disibukkan oleh kicauan penasihat hukum Setya Novanto, Firman Wijaya, dan mantan Wakil Ketua Banggar Mirwan Amir. Keduanya mengatakan bahwa SBY terlibat dalam skandal proyek e-KTP yang telah berlangsung sejak tahun 2010.
Sontak berita tersebut membuat telinga mantan presiden keenam ini kepanasan. Dia kemudian mengambil langkah tegas dengan mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi dugaan tersebut. Tidak berhenti di situ, SBY yang juga ketua umum partai Demokrat itu akan melaporkan pengacara Setya Novanto (Setnov), Firman Wijaya, atas tuduhan pencemaran nama baik di media.
Saya melihat kasus ini seperti ‘boneka salju’ yang apabila digelindingkan ke bawah akan mengenai banyak orang. Mungkin juga kasus ini bisa disebut ‘efek domino’, menjatuhkan status seseorang akibat ulah kata dan kalimat saksi maupun terdakwa dalam persidangan.
ADVERTISEMENT
Sebagai politikus dan mantan presiden, tentunya SBY mendapatkan sorotan media. Berbagai spekulasi pun muncul dan kemungkinan juga akan memengaruhi elektabilitas partainya di kemudian hari. Dalam usahanya memperbaiki nama dan citra diri saat ini, ada baiknya SBY mencontoh Baharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Indonesia.
Sama-sama pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia, Habibie tidak terjun ke dunia politik praktis setelah selesai menjabat. Dia lebih memilih aktif membina anak-anak muda Indonesia dalam hal teknokrasi dan memberi contoh independensi politik yang baik dalam statusnya sebagai mantan presiden. Sikap ini dilakukan bukan tanpa alasan. Habibie berpendapat bahwa posisinya sebagai mantan presiden akan memengaruhi pemberitaan nasional jika dia masih terlibat aktif sebagai politisi di sebuah partai. SBY, dalam hal ini, perlu mencontoh Habibie.
ADVERTISEMENT
Habibie juga memiliki sikap moderat dengan tidak banyak berkomentar di publik mengenai pelbagai macam permasalahan dalam skala nasional. Hal ini berbeda dengan sikap SBY. Publik memotret SBY sebagai tokoh politik yang terlalu aktif berpendapat di ranah publik terkait kebijakan pemerintah. Semestinya SBY memilih untuk menyampaikannya langsung kepada Presiden Jokowi, agar media tidak banyak berspekulasi.
Permasalahan politik yang beberapa hari ini mengitari SBY dan Ibas telah dengan sendirinya merusak citranya sebagai seorang mantan presiden yang diharapkan menjadi oase dan penyejuk dalam politik dan pemerintahan nasional. Alih-alih melakukan itu, SBY sibuk dengan ‘war of justice’ yang dia sampaikan dalam konferensi pers beberapa hari yang lalu.
Kasus yang menjadi ‘bola liar’ kepada SBY kali ini merupakan pelajaran baginya untuk mulai merenung dan meniru sikap kenegarawanan Habibie. Dalam konferensi pers yang dilakukan SBY, media banyak memberitakan tentang sikapnya untuk memerangi fitnah yang dilontarkan penasihat hukum Setnov dan Mirwan Amir. Tentu, kondisi seperti ini cukup riskan sebab yang namanya ‘bola liar’ dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari apakah SBY terlibat atau tidak, berita ini hingga sekarang telah merusak nama baiknya sebagai seorang mantan presiden dan politisi senior partai Demokrat. Habibie menurut saya adalah tokoh ideal yang patut dicontoh oleh SBY.
Politik itu ranjau dan rumit. Seperti yang Dilan katakan, menjadi politisi itu berat. Jika kamu tidak kuat, biar mereka saja.
*Penulis adalah aktivis HAM dan dialog lintas agama, saat ini tinggal di Denpasar, Bali.