Dilan dan Milea, Mari Kita Halalkan Valentine’s Day!

Konten dari Pengguna
15 Februari 2018 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M. Faruq Ubaidillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Mereka haramkan kasih sayang yang dibawa Valentine's Day dengan khotbah menyesatkan. Namun, sungguh biadab, mereka halalkan penghinaan pada Tuhan. Ya, itukah cinta versi mereka?", kataku.
Kegilaan beragama di Indonesia tak ubahnya cinta Dilan pada Milea. Dua insan yang dimabuk cinta ini mengumbar untaian-untaian alai-lebai-jablai yang—bagi kelompok konservatif Islam—mengajak ke dalam “perzinahan”. Catat, perzinahan!
ADVERTISEMENT
Sikap Dilan dan Milea dalam merajut kasih sayang—penulis kira—mampu mengubah kondisi kejiwaan para penganut agama akhir-akhir ini di Indonesia, khususnya kelompok konservatif Islam. Peristiwa-peristiwa yang “memperkosa” kemanusiaan telah menodai nilai luhur agama yang dianut manusia. Penista agama sebetulnya berlindung di balik petuah-petuah “sesat” dari orang-orang yang buta cinta.
Bagi Dilan dan Milea, cinta adalah kasih sayang. Tapi, bagi para “pemabuk” agama, cinta belum tentu sama dengan kasih sayang. Mereka, dalam khotbahnya, memandang rendah manusia lain yang berbeda agama. Dalam dakwahnya, mereka merusak patung penganut agama lain. Benar bahwa cinta bagi mereka tak sama dengan kasih sayang!
Valentine’s Day yang setiap tahun dirayakan umat beragama selalu diselingi dengan fatwa-fatwa haram-kafir bagi yang melaksanakannya. Ini bukan cara Dilan dan Milea merajut cinta dan kasih sayang. Ini jalan Iblis yang bersembunyi dalam atribut keagamaan. Ia merasuki raga setiap manusia guna “membinatangkan” manusia lainnya, bahkan Tuhan merekapun dihina!
ADVERTISEMENT
Dilan dan Milea nampaknya sadar akan masalah kronis ini. Namun, mereka berdua tak mampu menghalaunya. Tokoh-tokoh moderat nasional pun dibuat “gila” dengan aksi intoleransi belakangan ini. Rasa kasih sayang yang dibawa Valentine’s Day sepertinya tinggal kenangan. Manusia saling menyalahkan, bahkan mengafirkan yang beda iman!
Yang paling bertanggung jawab dari ini semua, sudah tentu, umat Islam, paling tidak begitulah ucapan ulama moderat kita, Gus Mus. Tokoh-tokoh agama--penulis rasa --perlu merajut kembali rasa kasih sayang antar manusia. Jika itu yang diperlukan, maka posisi Valentine’s Day dapat dipertahankan.
Akan tetapi, Dilan dan Melia mungkin saja akan kelimpungan menghadapi fatwa-fatwa “buruk” tetang Valentine’s Day. Kendatipun yang dibawa adalah nilai substansi di dalamnya, kelompok konservatif Islam tidak akan pernah membuka mata dan hati mereka. Jika sudah begitu, aksi-aksi konyol “orang gila” yang merusak masjid dan gereja akan tetap terjadi, dan sulit berhenti. Setidaknya harus tetap ada jalan menuju kasih sayang Tuhan, lagi.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah, mengajak Dilan dan Milea menghalalkan Valentine’s Day. Sekarang!
*Penulis adalah peneliti budaya dan agama, saat ini berdomisili di Denpasar, Bali.