Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Ketika Hening Menyapa: Perjalanan Pikiran di Tengah Malam yang Gelap
5 Januari 2025 15:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Galia Nurkusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malam hari sering kali menjadi waktu yang penuh dengan refleksi dan introspeksi bagi banyak orang. Setelah seharian beraktivitas, saat suasana menjadi tenang dan minim gangguan, pikiran-pikiran yang mungkin terabaikan di siang hari mulai muncul ke permukaan. Proses ini dapat menciptakan ruang bagi kreativitas, tetapi juga bisa memicu kecemasan dan overthinking.
ADVERTISEMENT
Pada malam hari, pikiran manusia cenderung lebih “liar” dibandingkan saat siang hari, disebabkan oleh pemikiran yang tertahan akibat kesibukan sepanjang hari. Ketika malam tiba, orang sering kali merenungkan hal-hal kecil dan mengubahnya menjadi masalah yang lebih besar. Fenomena ini sering kali dipicu oleh keinginan untuk memahami atau mencari solusi atas permasalahan yang belum terjawab, sehingga pikiran menjadi berputar-putar tanpa henti. Ketidakpastian dan kecemasan yang mungkin tidak terlihat di siang hari dapat muncul dengan jelas di malam hari, memperburuk perasaan cemas dan stres.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang aktif di malam hari, atau yang dikenal sebagai "night owls," cenderung memiliki kinerja kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang lebih suka bangun pagi. Hal ini berkaitan dengan ritme sirkadian yang berbeda, di mana individu ini mengalami puncak energi dan kewaspadaan saat orang lain mulai merasa lelah. Sebuah studi dari Imperial College London mengungkapkan bahwa individu dengan kronotipe malam memiliki hasil tes kognitif yang lebih tinggi, terutama dalam analisis dan pemecahan masalah. Suasana malam yang tenang dan minim gangguan memungkinkan mereka untuk berpikir lebih mendalam dan kreatif, memfasilitasi proses brainstorming yang lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Dr. Raha West dari Imperial College London menyatakan bahwa preferensi seseorang terhadap aktivitas di malam hari dapat memengaruhi fungsi kognitif mereka. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada tren umum di mana banyak orang memiliki kognisi yang lebih baik di malam hari, tidak semua orang yang bangun pagi memiliki kinerja kognitif yang buruk; hal ini mencerminkan variasi individual dalam kronotipe. Selain itu, Jim Horne, seorang pakar tidur, berpendapat bahwa orang yang sering begadang memiliki peluang lebih besar untuk menjadi penyair, seniman, dan penemu karena cara berpikir mereka yang tidak konvensional.
Pikiran manusia di malam hari bisa diibaratkan seperti sebuah taman yang hanya menunjukkan keindahannya saat gelap. Di siang hari, taman itu mungkin terlihat biasa dan tidak menarik perhatian. Namun, saat malam tiba, bunga-bunga tertentu mulai mekar dan mengeluarkan aroma yang memikat. Begitu juga dengan pikiran kita; ketika malam datang dan ketenangan menyelimuti, ide-ide kreatif serta refleksi mendalam bisa muncul, memberikan keindahan dan keunikan dalam proses berpikir yang tidak tampak di siang hari. Oleh karena itu, memahami dinamika pemikiran ini sangat penting untuk memanfaatkan potensi kreativitas dan menjaga kesehatan mental kita.
ADVERTISEMENT