Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kepentingan Jepang dalam Kerja Sama dengan Tiongkok dari Perspektif Neorealisme
8 Maret 2025 11:59 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari M Ghandhi Adihtya Fitrah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hubungan kerja sama antara Jepang dan Tiongkok merupakan salah satu aspek paling krusial dalam dinamika politik dan ekonomi Asia Timur. Sebagai dua kekuatan ekonomi terbesar di kawasan Asia Timur bahkan Asia, kerja sama antara kedua negara ini tidak hanya ditentukan oleh kepentingan ekonomi, tetapi juga oleh faktor strategis dan politik yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Negara Jepang dengan latar belakang sejarah yang kompleks bersama Tiongkok terus mencari cara untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan nasionalnya dan realitas geopolitik yang terus berkembang. Dari perspektif neorealisme, hubungan Jepang-Tiongkok mencerminkan keseimbangan kekuatan, dilema keamanan dan kepentingan nasional yang lebih besar dalam sistem internasional yang anarkis.
Tulisan ini akan mengulas tentang bagaimana latar belakang kerja sama yang terjalin di antara negara Jepang dan Tiongkok, strategi Jepang dalam menjaga stabilitas hubungan kerja sama kedua negara ini serta tujuan dan kepentingan nasional jepang dalam hubungan kerja sama bilateral dengan Tiongkok.
Sejarah hubungan Jepang dan Tiongkok sangat panjang dan penuh dinamika, dimulai dari interaksi budaya dan perdagangan di era klasik hingga konflik besar pada abad ke-20. Salah satu momen paling menentukan dalam sejarah hubungan kedua negara adalah Perang Sino-Jepang (1937-1945) yang meninggalkan luka mendalam bagi Tiongkok akibat agresi militer Jepang.
ADVERTISEMENT
Setelah Perang Dunia II, hubungan kedua negara mengalami pasang surut, tetapi upaya normalisasi hubungan resmi dimulai pada tahun 1972 ketika Jepang dan Tiongkok menandatangani kesepakatan bersama yang mengakhiri status permusuhan di antara mereka.
Sejak saat itu, Jepang menjadi salah satu negara yang memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi Tiongkok. Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Jepang memberikan bantuan pembangunan dan investasi besar-besaran ke Tiongkok, membantu modernisasi ekonomi negara tersebut.
Hubungan ekonomi semakin erat dengan meningkatnya perdagangan bilateral, di mana Jepang menjadi mitra dagang utama bagi Tiongkok. Namun, meskipun ada kerja sama ekonomi yang kuat, ketegangan politik tetap ada, terutama terkait sengketa wilayah di Laut Cina Timur dan isu sejarah yang terus membayangi hubungan kedua negara.
ADVERTISEMENT
Jepang mengadopsi strategi yang seimbang dalam hubungannya dengan Tiongkok, yaitu mengoptimalkan kerja sama ekonomi sembari menjaga stabilitas politik dan keamanan di kawasan. Jepang menyadari bahwa Tiongkok adalah pasar yang sangat penting bagi produk-produknya serta mitra dagang utama dalam rantai pasokan global. Oleh karena itu, Jepang terus meningkatkan hubungan dagang dan investasi dengan Tiongkok untuk menjaga stabilitas ekonomi domestiknya.
Namun, Jepang juga sangat berhati-hati terhadap kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dan militer yang dominan di Asia. Untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok, Jepang memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat dan memperluas kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik, seperti India dan Australia.
Strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka merupakan salah satu langkah Jepang untuk memastikan bahwa keseimbangan kekuatan tetap terjaga di kawasan tersebut. Jepang juga aktif dalam forum-forum multilateral seperti RCEP untuk memastikan bahwa keterlibatan Tiongkok dalam ekonomi regional tetap berada dalam kerangka yang mendukung kepentingan Jepang.
ADVERTISEMENT
Jepang memiliki beberapa tujuan utama dalam kerja samanya dengan Tiongkok. Secara ekonomi, Jepang ingin memastikan akses yang stabil ke pasar Tiongkok dan memperkuat kerja sama dalam bidang teknologi serta industri manufaktur. Jepang juga ingin menjaga stabilitas rantai pasokan global, mengingat banyak perusahaan Jepang memiliki fasilitas produksi di Tiongkok.
Dalam konteks geopolitik, Jepang ingin memastikan bahwa hubungan dengan Tiongkok tetap stabil untuk menghindari ketegangan yang dapat mengganggu stabilitas kawasan. Jepang juga memiliki kepentingan dalam menjaga status quo di Laut Cina Timur, terutama terkait sengketa Kepulauan Senkaku/Diaoyu.
Jepang melihat klaim teritorial Tiongkok sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan nasionalnya, sehingga Jepang terus meningkatkan kemampuan pertahanannya serta memperkuat kerja sama keamanan dengan sekutu-sekutunya. Meskipun demikian, Jepang tetap mencari cara untuk mengelola ketegangan ini melalui dialog diplomatik dan berbagai inisiatif kerja sama bilateral.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif neorealisme, hubungan Jepang-Tiongkok dapat dijelaskan melalui beberapa konsep utama. Salah satunya adalah keseimbangan kekuatan atau balance of power di mana Jepang berusaha menyeimbangkan pengaruh Tiongkok dengan memperkuat aliansi strategisnya. Jepang menyadari bahwa Tiongkok terus memperluas pengaruhnya, baik secara ekonomi maupun militer, sehingga Jepang merasa perlu untuk mempertahankan hubungannya dengan Amerika Serikat serta memperluas kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan.
Selain itu, dilema keamanan atau security dilemma juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam hubungan Jepang dan Tiongkok. Meskipun kedua negara memiliki hubungan ekonomi yang erat, mereka tetap saling mencurigai satu sama lain dalam hal keamanan. Jepang khawatir terhadap modernisasi militer Tiongkok dan ambisi geopolitiknya di kawasan Asia Timur, sementara Tiongkok melihat Jepang sebagai bagian dari strategi containment yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Kepentingan nasional Jepang dalam kerja samanya dengan Tiongkok mencakup beberapa aspek utama. Pertama, dalam bidang ekonomi, Jepang ingin memastikan bahwa hubungan dagang dengan Tiongkok tetap stabil dan saling menguntungkan. Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Jepang, dengan nilai perdagangan bilateral yang mencapai ratusan miliar dolar per tahun.
Jepang memiliki banyak perusahaan yang beroperasi di Tiongkok dan keberlanjutan hubungan ekonomi ini sangat penting bagi stabilitas ekonomi dari pihak negara Jepang. Kemudian jika dilihat dalam aspek keamanan, Negara Jepang berupaya menjaga stabilitas kawasan serta mempertahankan posisinya dalam menghadapi ekspansi Negara Tiongkok.
Negara Jepang terus memperkuat pertahanannya dan berinvestasi dalam teknologi militer guna memastikan bahwa keseimbangan kekuatan di kawasan tetap terjaga. Negara Jepang juga berusaha untuk menghindari konflik langsung dengan Negara Tiongkok, sehingga tetap mengedepankan diplomasi dalam menyelesaikan sengketa yang ada.
ADVERTISEMENT
Jika melihat hubungan Jepang dan Tiongkok dalam ranah politik dan diplomasi, Jepang ingin mempertahankan perannya sebagai aktor utama di Asia Timur atau setidaknya ingin memastikan bahwa pengaruhnya tetap kuat dalam dinamika politik regional. Jepang terus berupaya membangun hubungan yang stabil dengan Tiongkok tanpa harus mengorbankan hubungannya dengan sekutu-sekutu strategisnya.
Kesimpulan
Kepentingan nasional Jepang dalam kerja sama dengan Tiongkok mencakup beberapa aspek penting dalam bidang ekonomi, keamanan, dan politik. Sejak normalisasi hubungan pada tahun 1972, Jepang telah memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi Tiongkok melalui bantuan pembangunan dan investasi besar-besaran.
Hubungan ekonomi antara kedua negara semakin erat, tetapi ketegangan politik tetap ada, terutama terkait sengketa wilayah di Laut Cina Timur dan isu sejarah. Dalam hubungannya dengan Tiongkok, Jepang mengadopsi strategi yang seimbang dengan mengoptimalkan kerja sama ekonomi sambil menjaga stabilitas politik dan keamanan di kawasan.
ADVERTISEMENT
Jepang menyadari pentingnya Tiongkok sebagai pasar dan mitra dagang utama dalam rantai pasokan global. Oleh karena itu, Jepang terus meningkatkan hubungan dagang dan investasi dengan Tiongkok untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Namun, Jepang juga berhati-hati terhadap kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dan militer yang dominan di Asia.
Untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok, Jepang memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat dan memperluas kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik. Jepang juga aktif dalam forum-forum multilateral untuk memastikan bahwa keterlibatan Tiongkok dalam ekonomi regional mendukung kepentingan Jepang. Jepang memiliki beberapa tujuan utama dan kepentingan nasional dalam kerja samanya dengan Tiongkok.
Secara ekonomi, Jepang ingin memastikan akses yang stabil ke pasar Tiongkok dan memperkuat kerja sama dalam bidang teknologi serta industri manufaktur. Dalam konteks geopolitik, Jepang ingin menjaga stabilitas dan mengelola ketegangan dengan Tiongkok melalui dialog diplomatik dan inisiatif kerja sama bilateral. Secara keseluruhan, hubungan Jepang-Tiongkok mencerminkan keseimbangan kekuatan dan dilema keamanan dalam sistem internasional yang anarkis. Jepang berusaha menyeimbangkan pengaruh Tiongkok sambil memastikan stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Timur.
ADVERTISEMENT
Referensi
Edhie, Iroth Sonnie, dkk. "KEPENTINGAN NASIONAL JEPANG DALAM SENGKETA LAUT CHINA SELATAN." Jurnal Diplomasi dan Keamanan Global: Jurnal Mahasiswa Magister Hubungan Internasional, vol. 1, no. 1, Okt. 2024. ejournal.fisip.unjani.ac.id, https://doi.org/10.36859/dgsj.v1i1.2883.
Ministry of Foreign Affairs of Japan. (2001, October). Program kerja sama ekonomi untuk Tiongkok. Ministry of Foreign Affairs of Japan. Retrieved from https://www.mofa.go.jp/policy/oda/region/e_asia/china-2.html
AULIA, LUKI. "China-Jepang Perbaiki Komitmen Ekonomi." kompas.id, 17 November 2023, https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/11/17/china-jepang-memperbaiki-komitmen-lagi.
"Wawasan Asia Timur | Menavigasi Hubungan Tiongkok dan Aliansi AS-Jepang." JCIE, 14 Oktober 2020, https://jcie.org/analysis/east-asia-insights/east-asia-insights-navigating-china-relations-us-japan-alliance/.
Tamissari, F., & Heryadi, D. (2017). Kebijakan luar negeri Jepang terhadap pemberlakuan Zona Identifikasi Pertahanan Udara Cina. Intermestic: Journal of International Studies, 2(1), 36–52. https://doi.org/10.24198/intermestic.v2n1.4.
Zhang, H. (2016). Economic relation between Japan-China. Research Institute of Economy, Trade and Industry (RIETI). Retrieved from http://www.rieti.go.jp/en/columns/a01_0441.html.
ADVERTISEMENT