Konten dari Pengguna

Asal Usul Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Yang Lagi Skripsian Wajib Baca!)

Jonson Handrian Ginting
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas dan Peneliti di Bidang Sosial dan Budaya
13 Agustus 2024 12:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa sedang uji Laboratorium untuk menyelesaikan skripsi (Sumber: jarmoluk/ https://pixabay.com/id)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa sedang uji Laboratorium untuk menyelesaikan skripsi (Sumber: jarmoluk/ https://pixabay.com/id)
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan menempuh pendidikan tinggi, ada satu momok yang seolah-olah menjadi rintangan besar bagi hampir setiap mahasiswa: skripsi. Ketika seorang mahasiswa telah melewati berbagai mata kuliah, praktikum, dan ujian, mereka masih harus menghadapi tugas akhir ini sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan gelar sarjana.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit yang merasa gentar dan terbebani dengan proses penulisan skripsi, yang sering kali dianggap sebagai tugas yang paling menantang selama masa perkuliahan. Banyak cerita beredar tentang mahasiswa yang harus berjuang selama bertahun-tahun untuk menyelesaikan skripsi mereka, bahkan ada yang terpaksa menunda kelulusan karena belum mampu merampungkan tugas ini.
Di balik proses yang panjang dan melelahkan itu, terdapat tekanan besar untuk menghasilkan karya ilmiah yang tidak hanya sekadar memenuhi standar akademik, tetapi juga membawa kontribusi nyata dalam bidang ilmu yang dipelajari. Tuntutan inilah yang membuat skripsi sering kali dianggap sebagai batu ujian terakhir bagi mahasiswa.
Mereka yang berhasil melewatinya akan mendapat pengakuan sebagai individu yang telah mampu berpikir kritis, analitis, dan sistematis. Namun, di balik segala kerumitan dan ketakutan yang menyelimuti penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, pernahkah kita bertanya dari mana sebenarnya konsep ini berasal? Mengapa pendidikan tinggi menempatkan beban yang sedemikian besar pada proses penulisan karya ilmiah sebagai syarat kelulusan?
Ilustrasi menulis skripsi. Foto: justplay1412/Shutterstock
Jika kita menelusuri asal-usul konsep skripsi, kita akan menemukan jejak pemikiran salah satu tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan: Francis Bacon. Bacon, seorang filsuf dan ilmuwan asal Inggris, adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan metode ilmiah modern.
ADVERTISEMENT
Pada awal abad ke-17, Bacon memperkenalkan gagasan-gagasan yang kemudian menjadi dasar dari epistemologi positivisme, suatu pendekatan yang menekankan pentingnya pengamatan empiris dan eksperimen dalam membangun pengetahuan. Bacon percaya bahwa ilmu pengetahuan harus didasarkan pada data yang dapat diverifikasi melalui pengalaman dan eksperimen, bukan sekadar spekulasi atau dogma.
Dalam bukunya yang terkenal, *Novum Organum* (1620), Bacon memperkenalkan metode induktif yang menurutnya lebih andal daripada metode deduktif yang digunakan para filsuf sebelumnya. Metode induktif ini mendorong para ilmuwan untuk mengumpulkan data dan bukti terlebih dahulu sebelum menyusun teori, berbeda dengan metode deduktif yang mulai dengan teori dan kemudian mencari bukti untuk mendukungnya. Gagasan Bacon ini mengilhami perkembangan metode ilmiah modern yang sangat mengutamakan bukti empiris sebagai dasar pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Dari pemikiran Bacon inilah, konsep skripsi, tesis, dan disertasi mulai berkembang sebagai bagian dari proses akademik di universitas-universitas. Ketiga bentuk karya ilmiah ini pada dasarnya adalah manifestasi dari ide Bacon tentang pentingnya penelitian empiris dan verifikasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam skripsi, mahasiswa diajak untuk melakukan penelitian yang berfokus pada pengumpulan dan analisis data untuk menjawab suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Proses ini mencerminkan pendekatan ilmiah yang digagas oleh Bacon, di mana pengetahuan harus bersifat logico, hipotetico, dan verifikatif.
Lebih jauh lagi, skripsi, tesis, dan disertasi adalah produk dari epistemologi positivisme yang menekankan bahwa ilmu pengetahuan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu untuk dianggap valid. Pertama, pengetahuan harus logico, yaitu harus mengikuti logika yang konsisten dan dapat dipahami.
ADVERTISEMENT
Kedua, pengetahuan harus hipotetico, yang berarti bahwa pengetahuan tersebut harus dapat diuji melalui hipotesis yang jelas dan terukur. Ketiga, pengetahuan harus verifikatif, yaitu dapat diuji dan diverifikasi melalui eksperimen atau pengamatan empiris. Dengan kata lain, skripsi, tesis, dan disertasi adalah bentuk latihan bagi mahasiswa untuk menerapkan prinsip-prinsip positivisme ini dalam penelitian mereka.
Ilustrasi skripsi. Foto: Aewphoto/Shutterstock
Namun, penting untuk diingat bahwa skripsi, tesis, dan disertasi bukan hanya sekadar tugas akademik yang harus diselesaikan demi memperoleh gelar. Lebih dari itu, karya ilmiah ini adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam proses pembentukan pengetahuan yang lebih luas.
Di sinilah pentingnya pemahaman filosofis sebelum memulai penulisan tugas akhir. Dengan memahami kerangka berpikir yang melandasi konsep skripsi, mahasiswa dapat lebih mudah menentukan arah penelitian mereka dan memahami mengapa metode ilmiah yang digunakan dalam skripsi sangat penting. Pengetahuan filosofis ini juga membantu mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan keraguan yang mungkin muncul selama proses penulisan.
ADVERTISEMENT
Banyak mahasiswa yang merasa tertekan karena mereka tidak memahami esensi dari tugas akhir mereka. Mereka cenderung melihat skripsi, tesis, atau disertasi sebagai beban yang harus diselesaikan, tanpa menyadari bahwa karya ilmiah ini sebenarnya adalah proses pembelajaran yang akan memperkuat kemampuan mereka dalam berpikir kritis dan analitis.
Oleh karena itu, sebelum memulai penulisan tugas akhir, mahasiswa perlu meluangkan waktu untuk memahami landasan filosofis dari proses ini. Dengan begitu, mereka akan lebih siap secara mental dan intelektual dalam menghadapi tantangan yang ada.
Pada akhirnya, skripsi, tesis, dan disertasi bukanlah sekadar syarat administratif untuk meraih gelar. Mereka adalah cerminan dari tradisi ilmiah yang telah berkembang selama berabad-abad, dengan akar yang dalam pada pemikiran Francis Bacon dan epistemologi positivisme.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami asal-usul dan filosofi di balik penulisan karya ilmiah ini, mahasiswa dapat mengubah pandangan mereka tentang skripsi dari sekadar beban menjadi sebuah kesempatan untuk berkontribusi dalam dunia ilmu pengetahuan.
Sebagai penutup, marilah kita melihat skripsi, tesis, dan disertasi bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai jalan yang harus dilalui untuk menjadi seorang ilmuwan yang sejati, yang mampu berpikir kritis dan menghasilkan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat.