Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Ayah Gen Z, Ayah Modern?
14 Agustus 2024 15:24 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ayah Gen Z, Ayah Modern? adalah tulisan reflektif yang membandingkan cara saya dibesarkan dengan tuntutan dalam mendidik anak di era saat ini. Dalam era digital ini, peran seorang ayah mengalami transformasi yang signifikan. Jika kita melihat kembali ke masa lalu, ayah seringkali digambarkan sebagai sosok yang bekerja keras di luar rumah dan memberikan nafkah bagi keluarganya. Namun, dengan hadirnya Generasi Z (Gen Z) yang kini mulai memasuki fase kehidupan dewasa, muncul pertanyaan yang menarik: Apakah ayah Gen Z dapat dikatakan sebagai ayah modern? Bagaimana peran mereka berbeda dari generasi sebelumnya, dan apakah ini mencerminkan modernitas dalam peran ayah?
ADVERTISEMENT
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi yang pesat. Mereka dikenal sebagai generasi digital yang sangat akrab dengan internet, media sosial, dan berbagai bentuk teknologi komunikasi lainnya. Hal ini tentu memengaruhi bagaimana mereka memandang dunia, termasuk dalam hal menjadi seorang ayah.
Salah satu karakteristik paling menonjol dari ayah Gen Z adalah penggunaan teknologi dalam pengasuhan anak, atau yang dikenal dengan istilah "digital parenting". Orang tua dari generasi ini tidak lagi hanya mengandalkan buku atau nasihat orang tua mereka dalam mengasuh anak, tetapi juga memanfaatkan berbagai aplikasi parenting, video YouTube, dan forum daring untuk mendapatkan informasi dan saran. Teknologi memungkinkan mereka untuk terhubung dengan komunitas global dan mengakses berbagai sumber daya yang tidak terbatas. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada teknologi ini juga dapat menimbulkan tantangan tersendiri, seperti kebingungan akibat informasi yang berlebihan atau bahkan kecemasan digital.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ayah Gen Z juga menunjukkan peran ganda yang lebih seimbang dibandingkan generasi sebelumnya. Jika dulu tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan anak lebih banyak dilakukan oleh ibu, kini ayah-ayah muda ini lebih terlibat dalam berbagai aktivitas domestik. Mereka tidak lagi melihat pekerjaan rumah sebagai hal yang "tidak maskulin" tetapi sebagai bagian dari tanggung jawab bersama dalam sebuah keluarga. Kesetaraan gender bukan hanya sekadar slogan bagi mereka, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari. Ayah Gen Z mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya berbagi tugas dan tanggung jawab, baik di dalam maupun di luar rumah.
Nilai dan prinsip pengasuhan ayah Gen Z juga mengalami perubahan yang signifikan. Mereka cenderung lebih menghargai kebebasan berekspresi dan mendukung anak-anak mereka untuk menjadi diri sendiri. Pendidikan tanpa kekerasan dan perhatian pada kesehatan mental anak menjadi prioritas utama. Ayah Gen Z lebih mungkin untuk mendiskusikan perasaan dan emosi dengan anak-anak mereka, sesuatu yang mungkin tidak banyak dilakukan oleh generasi ayah sebelumnya. Pendekatan pengasuhan yang lebih empatik ini mencerminkan nilai-nilai modern yang menekankan pentingnya kesejahteraan emosional dan psikologis.
ADVERTISEMENT
Namun, menjadi ayah di era Gen Z bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah tekanan sosial dan budaya yang masih mempertahankan pandangan tradisional tentang peran ayah. Meskipun banyak yang mendukung kesetaraan gender, masih ada stigma terhadap pria yang lebih terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Ayah Gen Z mungkin menghadapi penilaian atau kritik dari orang-orang di sekitar mereka yang berpegang pada pandangan bahwa tugas-tugas ini seharusnya dilakukan oleh ibu.
Selain itu, ayah Gen Z juga dihadapkan pada dilema antara karir dan kehidupan pribadi. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan kebutuhan untuk terus terhubung melalui teknologi, banyak ayah yang merasa kesulitan untuk menemukan keseimbangan antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan waktu bersama keluarga. Meskipun teknologi dapat membantu mempermudah komunikasi dan manajemen waktu, terlalu banyak waktu di depan layar juga bisa mengurangi kualitas interaksi langsung dengan anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Kecemasan akan masa depan anak juga menjadi salah satu dilema yang dihadapi oleh ayah Gen Z. Di tengah ketidakpastian global, perubahan iklim, dan perkembangan teknologi yang pesat, banyak ayah yang merasa khawatir tentang bagaimana dunia akan berubah di masa depan dan bagaimana hal itu akan memengaruhi anak-anak mereka. Mereka mungkin merasa tertekan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, baik dari segi pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan emosional.
Untuk menjawab pertanyaan apakah ayah Gen Z dapat dianggap sebagai ayah modern, kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan "modernitas" dalam konteks pengasuhan. Modernitas sering dikaitkan dengan perubahan nilai-nilai tradisional menuju pemikiran yang lebih progresif dan terbuka. Dalam hal ini, ayah Gen Z dapat dikatakan sebagai ayah modern karena mereka mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif, empatik, dan seimbang dalam pengasuhan anak.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan generasi ayah sebelumnya, seperti Baby Boomers atau Gen X, perbedaan utama terletak pada cara pandang dan pendekatan mereka terhadap peran ayah. Generasi sebelumnya mungkin lebih fokus pada peran tradisional sebagai pencari nafkah utama, sementara ayah Gen Z lebih menekankan pada keterlibatan langsung dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka. Meskipun ada perbedaan, ada juga beberapa kesamaan, seperti pentingnya memberikan pendidikan yang baik dan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Namun, cara mencapai tujuan ini mungkin berbeda antara generasi.
Dengan demikian, ayah Gen Z dapat dikatakan sebagai ayah modern karena mereka mencerminkan perubahan nilai-nilai dan pendekatan dalam pengasuhan anak yang sesuai dengan zaman sekarang. Mereka menghadapi tantangan-tantangan baru yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya, tetapi juga memiliki alat dan sumber daya yang lebih canggih untuk mengatasinya.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia yang terus berubah, peran ayah juga mengalami transformasi. Ayah Gen Z, dengan segala karakteristik dan tantangan yang mereka hadapi, dapat dikatakan sebagai ayah modern. Mereka menggabungkan teknologi, nilai-nilai kesetaraan, dan perhatian pada kesejahteraan emosional dalam pengasuhan anak mereka. Meskipun menghadapi dilema dan tekanan sosial, mereka tetap berusaha untuk menjadi ayah yang lebih terlibat dan adaptif dalam dunia yang semakin kompleks. Pada akhirnya, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk mendukung peran ayah di era modern ini, karena peran mereka sangat krusial dalam membentuk generasi mendatang yang lebih baik.