Konten dari Pengguna

Gen-Z VS Baby Boomers: Perseteruan Tiada Henti

Jonson Handrian Ginting
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas dan Peneliti di Bidang Sosial dan Budaya
12 Agustus 2024 9:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perseteruan Gen-Z dan Baby Boomers (Sumber: Bing ai Generator)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perseteruan Gen-Z dan Baby Boomers (Sumber: Bing ai Generator)
ADVERTISEMENT
Gen-Z VS Baby Boomers: Perseteruan Tiada Henti adalah tulisan yang lahir dari refleksi pribadi. Saya lahir tahun 1990, dalam pengkategorian generasi, saya berada di generasi Y. Sebagai generasi yang lahir diantara kedua generasi tersebut, saya bisa melihat sekaligus menjadi jembatan alasan dan sebab kenapa mereka selalu berseteru.
ADVERTISEMENT
Dalam era yang ditandai oleh perubahan cepat dan inovasi teknologi, sepertinya perseteruan antara Generasi Z (Gen-Z) dan Baby Boomers tidak pernah berakhir. Dua generasi ini sering terlibat dalam debat dan perbedaan pandangan yang tajam tentang berbagai isu, mulai dari nilai-nilai sosial hingga cara berkomunikasi. Gen-Z, yang dikenal dengan sikap yang lebih terbuka dan pragmatis, seringkali berkonflik dengan Baby Boomers, yang lebih memegang teguh tradisi dan nilai-nilai yang mereka anggap fundamental. Ketegangan ini menciptakan kesan bahwa dua generasi ini terjebak dalam siklus perseteruan yang tak kunjung usai.
Perseteruan ini tidak hanya terjadi di ruang publik atau di media sosial, tetapi juga merembes ke dalam lingkungan keluarga inti. Banyak orang tua dari generasi Baby Boomers menganggap anak-anak mereka yang merupakan Gen-Z sebagai sosok yang kurang sopan, ceplas-ceplos, dan kurang ajar. Dalam pandangan mereka, Gen-Z sering kali dianggap tidak menghargai tata krama dan etika yang telah diajarkan selama bertahun-tahun. Anggapan ini sering kali menimbulkan ketegangan di antara orang tua dan anak, di mana komunikasi menjadi sulit dan pemahaman antara kedua generasi semakin menjauh.
ADVERTISEMENT
Mengapa perbedaan ini bisa terjadi? Salah satu alasan utama adalah perbedaan proses pendidikan yang diterima oleh kedua generasi ini saat mereka masih kecil. Baby Boomers tumbuh dalam situasi yang sangat berbeda; mereka dididik oleh orang tua yang harus bertahan hidup selama masa perang kemerdekaan. Oleh karena itu, pola pendidikan yang mereka terima sangat tegas dan disiplin, menekankan pentingnya ketaatan dan pengabdian kepada perintah. Hal ini menciptakan individu yang cenderung mematuhi norma dan aturan yang ada, serta memiliki pandangan dunia yang lebih konservatif.
Sebaliknya, Gen-Z seringkali lahir dan tumbuh besar di lingkungan yang lebih terbuka dan fleksibel. Banyak dari mereka dididik oleh generasi Y, yang meskipun merupakan generasi yang lebih muda dari Baby Boomers, juga memiliki nilai-nilai pendidikan yang berbeda. Generasi Y, dalam banyak kasus, berusaha untuk menerapkan pendekatan yang lebih demokratis dalam mendidik anak-anak mereka, berbeda dengan cara yang diajarkan oleh Baby Boomers. Mereka menginginkan anak-anak mereka untuk bebas mengekspresikan diri dan mengeksplorasi dunia tanpa terjebak dalam batasan-batasan yang ketat. Ini menciptakan perbedaan mendasar dalam cara pandang dan perilaku antara kedua generasi.
ADVERTISEMENT
Selain perbedaan dalam pola pendidikan, pergeseran nilai-nilai sosial juga berkontribusi pada perseteruan ini. Baby Boomers lebih cenderung mempertahankan nilai-nilai tradisional, sedangkan Gen-Z menuntut perubahan yang lebih progresif. Isu-isu seperti kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan keberagaman budaya menjadi arena di mana kedua generasi ini saling beradu argumen. Gen-Z merasa bahwa Baby Boomers tidak memahami realitas sosial yang berubah, sementara Baby Boomers sering merasa bahwa Gen-Z terlalu cepat dalam mengadopsi perubahan tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang lebih luas.
Meskipun perseteruan ini mungkin terlihat sepele, penting untuk diingat bahwa ini adalah hasil dari perbedaan pengalaman hidup dan latar belakang yang mendalam. Alih-alih terus-menerus berkonflik, kedua generasi perlu mencari cara untuk berkolaborasi dan saling memahami. Dialog terbuka antara Gen-Z dan Baby Boomers dapat membantu menjembatani kesenjangan yang ada dan menciptakan saling pengertian. Dengan memahami latar belakang dan proses pendidikan masing-masing, kedua generasi dapat menemukan titik temu yang saling menguntungkan, sehingga dapat menciptakan masa depan yang lebih harmonis.
ADVERTISEMENT
Anak-anak sekolah di masa lalu sering kali dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan disiplin dan tuntutan yang ketat. Mereka diajarkan untuk menghadapi tekanan dengan ketahanan mental yang tinggi, memandang tantangan sebagai bagian dari proses pembelajaran yang harus dilalui. Metode pendidikan yang keras, termasuk hukuman fisik dan verbal, melatih mereka untuk menjadi lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan. Pengalaman ini tidak hanya membentuk karakter mereka, tetapi juga mengajarkan mereka untuk tidak mudah menyerah ketika dihadapkan pada berbagai rintangan. Dengan cara ini, mereka mengembangkan ketahanan yang kuat, memungkinkan mereka untuk bertahan dalam berbagai situasi sulit di kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, banyak Baby Boomers menilai anak-anak Gen-Z yang kini sedang bersekolah sebagai generasi yang lebih "lembek" dan kurang mampu menghadapi tekanan. Mereka sering kali melihat pendekatan pendidikan yang lebih lembut dan perhatian pada kesehatan mental saat ini sebagai tanda kelemahan, berbanding terbalik dengan pengalaman keras yang mereka lalui di masa kecil. Baby Boomers mungkin merasa bahwa anak-anak sekarang kurang mendapatkan pelajaran berharga tentang ketahanan dan disiplin, sehingga mereka kesulitan menghadapi hukuman atau kritik yang lebih ringan. Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa pendekatan baru dalam pendidikan dan pengasuhan tidak semata-mata menciptakan ketidakmampuan, melainkan juga mengembangkan cara-cara baru untuk menanggapi stres dan tekanan dengan cara yang lebih positif dan produktif.
ADVERTISEMENT
Sebagai kesimpulan, perseteruan antara Gen-Z dan Baby Boomers adalah refleksi dari perbedaan yang mendasar dalam pengalaman hidup dan pendidikan. Dalam konteks keluarga, perbedaan ini sering kali menjadi sumber ketegangan yang dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Namun, dengan upaya untuk berkomunikasi dan saling memahami, diharapkan hubungan antara kedua generasi ini dapat diperbaiki. Dialog yang terbuka dan saling menghargai akan sangat penting dalam mengatasi konflik ini dan menciptakan hubungan yang lebih sehat di masa depan. Kita semua memiliki peran untuk dimainkan dalam menjembatani kesenjangan ini dan membangun masa depan yang lebih baik bagi semua generasi.