Konten dari Pengguna

Melampaui Layar: Smartphone dan Masa Depan Identitas Sosial Kita

Jonson Handrian Ginting
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas dan Peneliti di Bidang Sosial dan Budaya
20 Agustus 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Smartphone mempengaruhi interaksi sosial (cottonbro studio/ Pixes.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Smartphone mempengaruhi interaksi sosial (cottonbro studio/ Pixes.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Smartphone, sebuah perangkat yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, telah merubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan bahkan berhubungan satu sama lain. Dalam dua dekade terakhir, perkembangan smartphone telah membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan sosial. Melalui perspektif sosial dan antropologi, kita dapat mengeksplorasi dampak mendalam dari teknologi ini terhadap cara kita hidup, berinteraksi, dan membentuk identitas kita. Namun, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana smartphone akan terus berkembang di masa depan dan apa implikasi sosial yang mungkin muncul. Artikel ini berusaha menggali narasi imaginer tentang masa depan smartphone, bukan hanya dari segi teknis, tetapi lebih dari bagaimana teknologi ini akan terus membentuk dan mungkin mengubah masyarakat manusia.
ADVERTISEMENT
Sejak kemunculannya, smartphone telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Di masa lalu, komunikasi jarak jauh terbatas pada surat, telegram, dan telepon rumah. Kini, smartphone memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, melalui berbagai platform seperti pesan teks, panggilan video, dan media sosial. Dari perspektif antropologi, perubahan ini bukan hanya soal kemudahan teknologi, tetapi juga mencerminkan transformasi mendalam dalam struktur sosial kita.
Dalam masyarakat tradisional, interaksi sosial sering kali terjadi dalam konteks lokal dan fisik, di mana kehadiran fisik sangat penting. Namun, dengan adanya smartphone, batasan-batasan ini menjadi kabur. Komunitas kini tidak lagi terbatas pada ruang geografis; mereka bisa terbentuk secara virtual, menghubungkan individu-individu yang memiliki minat dan tujuan yang sama, meskipun terpisah oleh jarak ribuan kilometer. Hal ini memperkenalkan konsep “komunitas global” yang sebelumnya tidak terpikirkan. Dalam konteks ini, smartphone bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jembatan yang menghubungkan berbagai budaya dan memperluas jaringan sosial di luar batasan-batasan tradisional.
ADVERTISEMENT
Selain mengubah cara kita berkomunikasi, smartphone juga telah mengubah kebiasaan dan norma budaya. Dalam banyak budaya, penggunaan smartphone kini dianggap sebagai bagian dari identitas modern. Misalnya, di banyak masyarakat perkotaan, memiliki smartphone terbaru sering kali dianggap sebagai simbol status sosial. Ini mencerminkan bagaimana teknologi dapat menjadi alat untuk menegaskan identitas dan status dalam struktur sosial yang ada.
Namun, adopsi smartphone tidak terjadi secara seragam di seluruh dunia. Dalam beberapa budaya tradisional, ada ketegangan antara adopsi teknologi modern dan pelestarian praktik-praktik budaya yang telah ada sejak lama. Misalnya, di beberapa komunitas adat, penggunaan smartphone mungkin dilihat sebagai ancaman terhadap cara hidup tradisional yang sangat bergantung pada interaksi tatap muka dan transmisi oral budaya. Dari perspektif antropologi, ini menyoroti bagaimana teknologi dapat menjadi medan pertempuran antara modernitas dan tradisi, di mana setiap budaya merespons adopsi teknologi dengan cara yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Smartphone tidak hanya mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga cara kita melihat dan membentuk diri kita sendiri. Dalam era media sosial, yang sebagian besar diakses melalui smartphone, identitas kita tidak lagi terbatas pada siapa kita dalam kehidupan nyata, tetapi juga bagaimana kita menampilkan diri di dunia maya. Media sosial memungkinkan kita untuk mengkurasi dan mempresentasikan versi diri kita yang ideal, yang sering kali berbeda dari identitas kita yang sebenarnya.
Fenomena ini memperkenalkan konsep “identitas digital,” di mana identitas seseorang tidak lagi statis, tetapi cair dan dapat dimodifikasi. Identitas digital ini bisa menjadi sarana untuk eksplorasi diri yang lebih luas, memungkinkan individu untuk bereksperimen dengan berbagai aspek identitas mereka yang mungkin tidak dapat mereka ekspresikan dalam kehidupan nyata. Namun, ini juga menimbulkan pertanyaan tentang otentisitas dan tekanan sosial untuk mematuhi standar estetika dan sosial yang ditetapkan oleh dunia maya. Dari perspektif antropologi, ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat mempengaruhi konsep diri dan identitas sosial kita.
ADVERTISEMENT
Meskipun smartphone telah membawa banyak keuntungan, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi ini. Kesenjangan digital, atau “digital divide,” mengacu pada perbedaan dalam akses terhadap teknologi digital antara kelompok sosial yang berbeda. Di negara-negara berkembang, keterbatasan akses terhadap smartphone dan internet dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.
Misalnya, di banyak daerah pedesaan di Afrika dan Asia, akses terhadap smartphone dan internet masih sangat terbatas, yang berarti bahwa masyarakat di daerah ini mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi seperti yang dimiliki oleh masyarakat di daerah perkotaan. Ini mencerminkan bagaimana teknologi dapat memperlebar jurang antara kelompok sosial yang berbeda, daripada menyatukan mereka. Dari perspektif antropologi, kesenjangan ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat menciptakan dinamika kekuasaan baru, di mana mereka yang memiliki akses terhadap teknologi memiliki keuntungan sosial dan ekonomi yang signifikan dibandingkan mereka yang tidak.
ADVERTISEMENT
Melihat ke depan, kita dapat membayangkan beberapa skenario tentang bagaimana smartphone akan terus berkembang dan mempengaruhi masyarakat. Salah satu kemungkinan adalah integrasi yang lebih mendalam antara smartphone dan teknologi wearable seperti smartwatch, augmented reality (AR), dan virtual reality (VR). Teknologi-teknologi ini dapat membawa interaksi manusia dengan teknologi ke tingkat yang lebih tinggi, memungkinkan pengalaman yang lebih imersif dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, dengan perkembangan AR, smartphone di masa depan mungkin tidak lagi terbatas pada layar dua dimensi, tetapi akan menjadi portal ke dunia digital yang berlapis di atas dunia nyata. Ini bisa mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan kita, memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi real-time tentang apa pun yang kita lihat, dari arah jalan hingga ulasan restoran. Namun, perubahan ini juga membawa tantangan baru, seperti masalah privasi dan bagaimana teknologi ini dapat mempengaruhi cara kita memandang dan berinteraksi dengan dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Dengan perkembangan ini, muncul beberapa pertanyaan etis dan sosial yang perlu dijawab. Bagaimana teknologi ini akan mempengaruhi interaksi sosial dan identitas di masa depan? Apakah ketergantungan yang semakin besar pada smartphone akan memperburuk kesenjangan sosial, atau justru mempersempitnya? Dari sudut pandang antropologi, penting untuk memantau bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi struktur sosial dan budaya kita, serta mempertimbangkan dampak jangka panjang dari adopsi teknologi ini.
Di sisi lain, pertanyaan tentang privasi dan kontrol data juga menjadi semakin penting. Dengan semakin banyak data yang dikumpulkan oleh smartphone, bagaimana kita akan melindungi privasi individu di masa depan? Siapa yang akan memiliki kontrol atas data ini, dan bagaimana data ini akan digunakan? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya relevan dari perspektif teknis, tetapi juga dari perspektif sosial dan etis, karena mereka menyentuh aspek fundamental dari kebebasan individu dan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam dua dekade terakhir, smartphone telah membawa perubahan mendalam dalam cara kita hidup, berkomunikasi, dan berinteraksi satu sama lain. Dari perspektif sosial dan antropologi, smartphone bukan hanya alat teknologi, tetapi juga fenomena sosial yang telah mengubah cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri. Namun, dengan semua keuntungan yang dibawa oleh smartphone, juga muncul tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi. Masa depan smartphone, dan teknologi secara umum, akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita sebagai masyarakat merespons perubahan ini, baik dari segi teknis maupun sosial. Narasi imaginer tentang masa depan smartphone, oleh karena itu, bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal masa depan masyarakat manusia.
Dengan memahami perkembangan ini dari perspektif antropologi, kita dapat lebih siap untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, dan memastikan bahwa teknologi berkembang dengan cara yang menguntungkan semua orang, bukan hanya segelintir orang.
ADVERTISEMENT