Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Narasi Imaginer: Apabila Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Internasional
20 Agustus 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa adalah sarana utama komunikasi manusia yang memainkan peran penting dalam membentuk budaya, identitas, dan hubungan antarindividu maupun kelompok. Bahasa juga berfungsi sebagai alat diplomasi dan pertukaran informasi di berbagai level, baik lokal, nasional, maupun internasional. Saat ini, bahasa Inggris mendominasi sebagai bahasa resmi internasional, digunakan dalam diplomasi, bisnis global, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Namun, bagaimana jika situasi ini berubah? Bagaimana jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi internasional? Esai ini mengeksplorasi narasi imaginer tersebut, menilai dampak dan implikasi sosial, politik, ekonomi, serta budaya jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi internasional.
ADVERTISEMENT
*Bahasa Indonesia dalam Sejarah dan Peranannya di Asia Tenggara*
Bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa Melayu, memiliki sejarah panjang sebagai lingua franca di wilayah Asia Tenggara, khususnya dalam perdagangan dan komunikasi antarsuku dan antarbangsa. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan telah berlangsung sejak abad ke-7, terutama di pelabuhan-pelabuhan utama seperti Malaka dan Sriwijaya. Pada masa kolonial Belanda, bahasa Melayu diadopsi sebagai bahasa administrasi dan pendidikan, dan akhirnya diresmikan sebagai bahasa nasional Indonesia pasca kemerdekaan pada tahun 1945.
Di Asia Tenggara, Bahasa Indonesia tidak hanya menjadi bahasa resmi Indonesia, tetapi juga memiliki pengaruh besar di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa di Indonesia saja, serta penyebaran penutur bahasa Melayu-Indonesia di negara-negara ASEAN lainnya, Bahasa Indonesia memiliki basis yang kuat sebagai salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Namun, untuk menjadi bahasa resmi internasional, tantangan yang dihadapi Bahasa Indonesia tidaklah sedikit.
ADVERTISEMENT
Jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi internasional, salah satu dampak yang paling signifikan adalah pergeseran kekuasaan linguistik dan budaya. Selama berabad-abad, kekuatan budaya Barat yang didominasi oleh bahasa Inggris telah mendikte narasi global, baik dalam bentuk budaya pop, pendidikan, maupun politik. Pergeseran ke Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional akan membuka pintu bagi persebaran budaya Indonesia secara global. Seni, sastra, film, dan musik Indonesia akan mendapatkan perhatian lebih besar di panggung dunia. Ini tidak hanya akan mengangkat identitas budaya Indonesia, tetapi juga memberikan ruang bagi narasi dan perspektif non-Barat untuk lebih terdengar di tingkat internasional.
Namun, proses ini juga dapat memunculkan resistensi budaya, terutama dari negara-negara yang saat ini mendominasi percakapan global. Identitas nasional dan budaya yang terkait erat dengan bahasa Inggris mungkin merasa terancam, mengakibatkan benturan budaya. Selain itu, dengan menjadi bahasa internasional, Bahasa Indonesia mungkin akan mengalami tekanan untuk berubah dan beradaptasi dengan norma-norma global, yang bisa mengakibatkan hilangnya beberapa kekayaan budaya dan linguistik yang unik dari bahasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam ranah politik internasional, dominasi Bahasa Indonesia akan membawa perubahan besar dalam dinamika kekuasaan global. Bahasa adalah alat politik yang kuat; bahasa yang digunakan dalam diplomasi menentukan siapa yang memiliki suara paling kuat dalam percakapan global. Jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi internasional, negara-negara yang saat ini memiliki kekuatan politik besar mungkin akan melihat ini sebagai ancaman terhadap status quo. Negara-negara berbahasa Inggris, seperti Amerika Serikat dan Inggris, mungkin merasa kehilangan pengaruh dalam diplomasi internasional.
Sebaliknya, negara-negara di Asia Tenggara, terutama Indonesia, akan mendapatkan posisi yang lebih kuat dalam arena internasional. Indonesia dapat memainkan peran sebagai jembatan antara dunia Barat dan Timur, memfasilitasi dialog dan kerja sama internasional dengan menggunakan bahasa yang telah menjadi standar global. Ini juga akan memperkuat peran ASEAN sebagai blok regional yang lebih berpengaruh dalam politik global.
ADVERTISEMENT
Namun, dominasi Bahasa Indonesia juga dapat menimbulkan ketegangan di antara negara-negara yang memiliki bahasa nasional yang kuat tetapi bukan bahasa internasional, seperti Prancis, Jerman, atau Jepang. Negara-negara ini mungkin menuntut pengakuan yang lebih besar untuk bahasa mereka, yang dapat memicu debat baru tentang bahasa resmi internasional dan multikulturalisme.
Dalam bidang ekonomi, transisi ke Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi internasional akan memiliki dampak yang luas. Bahasa adalah kunci dalam bisnis internasional, dan bahasa Inggris saat ini memfasilitasi transaksi lintas negara. Jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, perusahaan global mungkin perlu berinvestasi dalam pelatihan bahasa bagi karyawan mereka, serta menerjemahkan dokumen-dokumen penting ke dalam Bahasa Indonesia. Ini akan menjadi peluang ekonomi bagi Indonesia, baik dalam bentuk bisnis layanan bahasa maupun produk budaya yang dapat diekspor.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Indonesia bisa mendapatkan manfaat besar dari arus investasi asing yang ingin memanfaatkan keuntungan dari penguasaan bahasa internasional. Negara ini bisa menjadi pusat bagi pendidikan bahasa dan pelatihan profesional, menarik mahasiswa dan profesional dari seluruh dunia untuk belajar dan bekerja di Indonesia. Dengan demikian, ekonomi Indonesia bisa mendapatkan dorongan besar dari dominasi bahasa ini.
Namun, di sisi lain, negara-negara yang saat ini menjadi pusat ekonomi global mungkin menghadapi tantangan besar dalam beradaptasi dengan perubahan ini. Negara-negara ini mungkin melihat penurunan daya saing mereka jika tidak mampu mengikuti transisi ini dengan cepat. Hal ini dapat memicu ketegangan ekonomi global yang lebih besar, dengan negara-negara berusaha mempertahankan keunggulan kompetitif mereka dalam ekonomi internasional.
ADVERTISEMENT
Dampak pada pendidikan dan penelitian global juga akan signifikan. Saat ini, sebagian besar penelitian ilmiah diterbitkan dalam bahasa Inggris, yang memungkinkan akses luas ke pengetahuan dan kolaborasi antarpeneliti di seluruh dunia. Jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, akan ada perubahan besar dalam publikasi akademik, dengan peningkatan jumlah penelitian yang diterbitkan dalam Bahasa Indonesia.
Ini akan menguntungkan peneliti dan akademisi di Indonesia dan Asia Tenggara, yang mungkin selama ini merasa terhambat oleh dominasi bahasa Inggris. Namun, transisi ini juga bisa menciptakan hambatan baru, terutama bagi mereka yang tidak fasih berbahasa Indonesia. Meskipun mungkin ada peningkatan dalam akses ke penelitian dari dan tentang Indonesia, ada risiko bahwa pengetahuan dari negara-negara berbahasa non-Indonesia mungkin kurang terlihat di panggung internasional.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sistem pendidikan di seluruh dunia mungkin harus menyesuaikan kurikulum mereka untuk mengakomodasi Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Ini akan mencakup perubahan dalam pengajaran bahasa, literatur, dan bahkan sejarah, dengan penekanan yang lebih besar pada Indonesia dan Asia Tenggara.
Mengimajinasikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi internasional membuka pandangan tentang bagaimana perubahan bahasa dapat mengubah dunia. Dari perspektif sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga pendidikan, dampaknya akan sangat luas dan kompleks. Meskipun ada banyak manfaat potensial bagi Indonesia dan Asia Tenggara, seperti peningkatan pengaruh budaya dan politik, serta dorongan ekonomi yang signifikan, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit.
Pergantian bahasa internasional adalah proses yang panjang dan penuh dengan ketegangan, karena menyentuh aspek mendalam dari identitas, kekuasaan, dan ekonomi global. Oleh karena itu, meskipun narasi imaginer ini menarik untuk dipikirkan, realisasinya memerlukan upaya kolaboratif dan pemahaman mendalam antarnegara dan budaya untuk menciptakan transisi yang adil dan seimbang bagi semua pihak.
ADVERTISEMENT