Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Narasi Imajiner: Bagaimana Jika Seluruh Perokok Aktif Meninggal Dunia?
12 Agustus 2024 15:42 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum memulai tulisan ini, penting untuk menyampaikan bahwa artikel ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung perasaan siapa pun, terutama mereka yang menjadi perokok aktif atau memiliki hubungan dengan perokok. Narasi yang akan disampaikan murni merupakan imajinasi penulis yang dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi yang menyakitkan, di mana orang tua saya sendiri meninggal dunia akibat komplikasi penyakit yang diperparah oleh kebiasaan merokok. Tulisan ini lahir dari keresahan dan keinginan untuk membayangkan dunia yang berbeda, sebuah dunia tanpa rokok.
ADVERTISEMENT
Merokok sudah menjadi tren yang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan berbagai macam iklan dan promosi yang sering kita lihat di media massa, rokok seolah menjadi bagian dari identitas budaya dan sosial di banyak kalangan. Fenomena ini tidak hanya terlihat di kota besar, tetapi juga di pedesaan, di mana merokok sering kali dianggap sebagai tanda kedewasaan atau bahkan kekuatan. Ironisnya, meskipun kampanye anti-merokok telah banyak dilakukan, jumlah perokok di Indonesia tetap tinggi. Bayangkan saja, bagaimana jika kebiasaan merokok yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari ini tiba-tiba lenyap, bersama dengan mereka yang menjadi perokok aktif?
Dalam film populer "Avengers: Infinity War," karakter Thanos memiliki keinginan yang kontroversial: menghilangkan setengah dari populasi dunia untuk mencapai keseimbangan alam semesta. Meski keinginan ini hanya fiksi, ia mencerminkan ketakutan manusia akan populasi yang terus berkembang tanpa terkendali. Bayangkan jika sepertiga atau bahkan lebih dari populasi dunia yang merupakan perokok aktif, tiba-tiba menghilang. Menurut data terbaru dari World Health Organization (WHO), diperkirakan ada sekitar 1,3 miliar perokok aktif di dunia. Di Indonesia sendiri, sekitar 67 juta orang atau hampir 25% dari total populasi merupakan perokok aktif.
ADVERTISEMENT
Jika semua perokok aktif di dunia meninggal dunia secara bersamaan, sekitar 1,3 miliar orang akan hilang dari populasi global yang saat ini berjumlah sekitar 8 miliar. Ini berarti kita akan kehilangan sekitar 16,25% dari populasi dunia dalam sekejap. Di Indonesia, 67 juta perokok yang meninggal berarti negara ini akan kehilangan sekitar 24% dari penduduknya. Dampak demografisnya jelas akan sangat signifikan, dan pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana dunia akan beradaptasi dengan kehilangan sebesar itu?
Kehilangan drastis dalam jumlah penduduk tentu akan memicu berbagai perubahan yang signifikan dalam struktur sosial, ekonomi, dan politik dunia. Pertama-tama, dengan hilangnya lebih dari satu miliar orang, lapangan pekerjaan yang selama ini padat akan menjadi lebih lebar. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan mungkin akan berkurang, dan tingkat pengangguran global bisa turun drastis. Ini bisa menjadi angin segar bagi negara-negara dengan tingkat pengangguran tinggi, terutama di sektor-sektor yang selama ini padat karya.
ADVERTISEMENT
Namun, dampak ini tidak hanya positif. Dengan berkurangnya populasi secara drastis, permintaan terhadap barang dan jasa juga akan menurun tajam. Banyak industri, terutama yang bergantung pada volume konsumen yang besar seperti makanan, minuman, dan tekstil, mungkin akan mengalami penurunan produksi yang signifikan. Ekonomi global bisa menghadapi resesi baru, dengan sejumlah besar perusahaan yang terpaksa mengurangi produksi atau bahkan gulung tikar.
Dari sisi sosial, kehilangan besar dalam populasi bisa memicu perubahan signifikan dalam tatanan dunia. Keluarga-keluarga akan kehilangan anggota mereka, yang pada gilirannya bisa merusak struktur sosial yang telah terbentuk selama bertahun-tahun. Namun, di sisi lain, dengan berkurangnya populasi, mungkin akan muncul kesadaran baru akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat. Orang-orang yang selamat mungkin akan lebih waspada terhadap risiko kesehatan dan lebih berusaha untuk menjaga kesehatannya. Gerakan untuk hidup sehat, yang selama ini hanya didorong oleh kalangan kecil, mungkin akan menjadi norma yang baru dan lebih meluas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dengan hilangnya perokok aktif, beban pada sistem kesehatan global mungkin akan berkurang. Saat ini, berbagai penyakit yang berkaitan dengan merokok seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan menyedot sumber daya yang besar dari sistem kesehatan. Dengan berkurangnya penderita penyakit-penyakit ini, sistem kesehatan global mungkin akan memiliki lebih banyak kapasitas untuk menangani penyakit-penyakit lain yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.
Namun, semua ini hanyalah spekulasi. Dunia yang diimajinasikan ini memang bisa menjadi lebih sehat, lebih sejahtera, atau bahkan lebih damai, tetapi kehilangan yang begitu besar juga bisa menimbulkan luka yang dalam, baik secara emosional maupun sosial. Narasi ini tidak lebih dari sebuah pemikiran imajinatif yang berangkat dari keresahan pribadi, dan tidak ada niat untuk merendahkan atau menghakimi siapapun yang terlibat dalam kebiasaan merokok. Sebaliknya, tulisan ini ingin mengajak kita semua untuk merenungkan dampak besar dari kebiasaan yang mungkin kita anggap sepele, tetapi bisa berujung pada tragedi besar, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT