Konten dari Pengguna

Tradisi Gotong Royong di Masyarakat dan Pesantren

M Husnul Arif
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang
16 November 2020 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Husnul Arif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gotong royong merupakan istilah khas yang dimiliki bangsa Indonesia. Istilah ini cukup beralasan, karena melihat budaya bangsa ini sangat lekat dengan kehidupan saling tolong-menolong antara satu sama lain. Dalam konteks kebudayaan, gotong royong berarti mengerahkan segala kemampuan untuk terlibat saling bantu-membantu dalam melaksanakan suatu jenis pekerjaan dengan target tertentu. Biasanya jenis pekerjaan yang dimaksud bersifat publik atau kepentingan umum.
ADVERTISEMENT
Tradisi gotong royong pada dasamya memiliki kesamaan landasan dalam al-Quran tentang pentingnya bekerja sama, tolong-menolong atau saling bantu-membantu. Prinsip ini dikemukakan al-Quran tidak lain sebagai upaya meletakkan manusia di samping sebagai makhluk Tuhan, juga sebagai makhluk sosial yang terikat dengan hukum-hukum sosial.
Salah satu diktum yang paling popular mengenai gotong royong adalah bahwa manusia tidaklah memiliki kesanggupan untuk hidup secara sendirian. Ketika ia hidup sendiri, maka yang muncul dalam dirinya adalah kelemahan. Sebuah hadis dari Nabi saw. menyebutkan bahwa keberadaan manusia dengan derajat terbaik adalah memiliki kesanggupan memberikan kemanfaatan kepada orang lain (khayr al-näs anfa’uhum li al-näs). Untuk itulah, al-Quran memiliki perhatian terhadap pentingnya berbuat kebaikan kepada sesama.
ADVERTISEMENT
Al-Quran membahasakan ungkapan gotong royong atau kerja sama dengan kata ta’awun, di mana kata dasarnya berasal dari ta‘awana-yata’awanu. Kata ini memiliki konotasi saling menolong, yang berarti kedua belah pihak secara aktif melakukan pertolongan satu sama lain. Karakter dasar manusia inilah yang menempatkan dirinya menjadi sebuah keniscayaan, di mana dalam mengarungi dan memenuhi kebutuhan kehidupannya di dunia ia tidak mampu hidup sendiri. Dalam QS. al-Maidah: 2, Allah swt berfirman yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوٰ⁠نِۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِیدُ ٱلۡعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolonglah dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”[QS. Al-Maidah: 2]
ADVERTISEMENT
Secara mendasar ayat di atas menjelaskan tentang prinsip-prinsip kerja sama atau tolong-menolong. Dengan redaksi perintahnya, Allah menyuruh kerjasama untuk kepentingan kebaikan dan ketakwaan. Dengan tidak disebutnya subjek kerjasamanya menandakan bahwa aktivitas kerjasama ini memiliki pengertian yang luas, dalam artian dapat dilakukan oleh siapapun dan dengan siapa pun baik Muslim maupun non-Muslim. Hanya ada dua hal yang membatasi aktivitas kerjasama ini yaitu sepanjang dilakukan untuk kebaikan dan ketakwaan, bukan perbuatan dosa dan pelanggaran. Dua hal inilah yang dalam agama Islam dijadikan prinsip dasar seseorang melakukan kerjasama atau tolong-menolong dengan pihak lain.
Pentingnya nilai tolong-menolong ini mendapat perhatian Nabi saw. sehingga menggolongkannya sebagai akhlak yang baik kepada sesama manusia. Manusia lain diperlakukan sebagai partner dalam hidup dan kehidupan di dunia ini, bukan sebagai lawan. Rasulullah dalam hal ini mengemukakan dalam sabdanya, “Tidaklah beriman seseorang dari kamu, sehingga ia mencitai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri.” [HR al-Bukhari dan Muslim]
ADVERTISEMENT
Pesantren dan Masyarakat
Pesantren menurut banyak kalangan memiliki kontribusi dalam pcngembangan masyarakat. Hal ini mengingat bahwa nilai-nilai yang dikembangkan di lembaga pendidikan Islam tersebut sama dengan nilai persaudaraan dan prinsip-prinsip lain untuk penataan kehidupan bermasyarakat. Relasi antara pesantren dan masyarakat tidak heran berlangsung dalam suasana penuh kedekatan dan persaudaraan. Masyarakat di satu sisi menerima manfaat keberadaan pesantren dalam hal transmisi dan transfer ilmu pengetahuan keislaman, di sisi lain pesantren memiliki watak yang tak bisa dilepaskan dari pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Tradisi Gotong Royong di Masyarakat
Gotong royong memang telah diakui sebagai bagian jati diri bangsa Indonesia. Kenyataan itu dapat diperlihatkan di berbagai daerah baik di pedesaan maupun perkotaan. Di pedesaan, hampir semua aspek kehidupan masyarakatnya tidak terlepas dari kerjasama atau gotong royong, seperti membangun rumah, kerja bakti lingkungan, acara kemasyarakatan maupun keagamaan dan acara-acara yang lainnya. Inti dari gotong royong ini adalah adanya semangat kekeluargaan atau semangat untuk saling tolong-menolong dan membantu antara satu dengan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu, kondisi di kampung atau pedesaan ketika ada salah satu keluarga yang tengah membangun rumah, masyarakat mengerjakannya secara bergotong royong, dimulai dari menegakkan tiang-tiang, memasang dinding dan atapnya hingga sempurna menjadi sebuah rumah. Pemilik rumah hanya perlu menyiapkan hidangan untuk dimakan bersama. Demikian halnya pada acara perkawinan di mana mulai dari persiapan pada saat acara berlangsung hingga selesai acara melibatkan warga masyarakat bahkan hingga berhari-hari. Mereka tolong menolong untuk mengundang, memanggil anggota masyarakat setempat, kerabat, tetangga dan sahabat-sahabat lainnya, dan saling membantu menyiapkan peralatan masak dan bahan makanan di dapur. Saat ini potret semacam itu biasanya dilakukan dengan pembentukan kepanitiaan dan dengan membagi seluruh tugas dan pekerjaan penyelenggaraan pesta perkawinan sesuai kemampuan yang dimiliki warga masyarakat
ADVERTISEMENT
Tradisi Gotong Royong di Pesantren
Salah satu istilah yang populer digunakan untuk menunjukan aktivitas gotong royong atau kerja bakti di lingkungan pesantren dan melibatkan banyak santri adalah kegiatan ‘roan’. Kegiatan roan ini pada dasarnya memiliki kesamaan dengan kegiatan-kegiatan kebersihan di masyarakat. Kegiatan ini biasanya dilakukan di beberapa pesantren pada hari jumat pagi, karena kegiatan pendidikan di pesantren dan madrasah-madrasah diliburkan.
Di pesantren, kegiatan roan diikuti oleh seluruh santri, baik santriwan atau santriwati. Sesuai dengan pengaturan pengurus pesantren, para santri biasanya dibagi menjadi beberapa kelompok dan diarahkan untuk membersihkan lokasi-lokasi yang telah ditentukan, seperti kamar, halaman, musholla, maqbarah, kamar mandi, dan lokasi lainnya. Tradisi roan ini juga dilakukan para santri dalam pekerjaan-pekerjaan pembangunan pondok pesantren, seperti pengecoran atau pekerjaan lainnya yang terkait dengan pembangunan masjid, asrama, kamar, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Bagi para santri, kegiatan roan ini memiliki pelajaran tersendiri, terutama memupuk mereka dalam kebersamaan dan kepedulian terhadap hal-hal yang baik. Mereka juga bisa menyadari bahwa kesulitan apapun dalam beban kerja jika dilakukan dalam kebersamaan, maka akan terasa mudah dan relatif lebih cepat selesai. Lebih dari itu, yang terpenting adalah sikap untuk saling-tolong-menolong bisa muncul dan terbangun sehingga menjadi kebiasaan yang positif untuk bekal hidup bermayarakat nantinya.