Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hidup Berandai-andai: Kembali ke Masa Lalu
5 Agustus 2024 8:20 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Kabir Dzaky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Soekarno dengan nasionalismenya, Moh Hatta dengan keteladanannya, Soetan Sjahrir dengan tulisan Perjoeangan kitanya, dan Tan Malaka dengan tulisan Naar de Republik Indonesia. Ke semua tokoh yang disebutkan menjadikan saya berandai-andai ingin kembali ke masa lalu untuk melihat betapa indahnya semangat perjuangan mereka dengan memikirkan berbagai cara agar Indonesia merdeka dan menjadi bangsa yang mandiri.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan perjoeangan kita oleh Sutan Sjahrir, ia tidak ingin bangsa Indonesia mewarisi paham fasisme yang pernah dianut oleh Jepang.
Soekarno yang sempat belajar dengan H. Omar Said Cokroaminoto, membuat ia termotivasi bagaimana caranya berpidato, hingga akhirnya ia dikenal dengan sebutan singa podium.
Soekarno tanpa Hatta bukan lah Soekarno, kedua tokoh ini saling melengkapi dan tidak bisa dilepaskan. Perdebatan yang indah dalam diskusi menetapkan bentuk negara Indonesia antara Soekarno dan Hatta benar-benar membuat saya ingin kembali ke masa lalu, benar-benar sangat indah.
17 Agustus 1945, Proklamasi diproklamirkan oleh Proklamator kita, gaungan-gaungan Merdeka! Merdeka! dan Merdeka! ada di mana-mana, membayangkan saja sudah membuat saya merinding. Padahal sudah berpuluh-puluh tahun terlewati masa itu, namun semangat perjuangannya dapat dirasakan hingga sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Keresahan merdeka hanya sebatas bebas dari penjajahan tampaknya sudah terlalu umum untuk dibahas. Fokus saat ini hanya sekadar berandai-andai. Sudah terlalu pusing untuk membahas bahwa kita masih belum merdeka, karena kita masih terjajah oleh sikap-sikap dan kebodohan dari bangsa ini. Saya ingin ajak teman-teman sejenak melepaskan pembahasan tersebut untuk sedikit berandai-andai kembali ke masa lalu melihat betapa indahnya pendahulu-pendahulu kita dalam memikirkan masa depan negara dan bangsa ini.
Berandai-andai dengan menulis ini saja sudah membuat saya tersenyum, apalagi melihat secara langsung Soekarno berpidato. Tokoh yang hebat dalam mengambil hati masyarakat itu memang meresahkan, Soetan Sjahrir saja menganggap bahwa 10 Soetan Sjahrir tidak cukup untuk mengalahkan Soekarno. Anggapan dari Soetan Sjahrir tersebut membuat saya tertawa, benar-benar lucu dan mengagumkan.
ADVERTISEMENT