Alarm Sekolah Darurat Covid-19 Jilid 2

M Lukman Leksono
Dosen bahasa Indonesia di Institut Teknologi Telkom Purwokerto Penggiat Literasi Digital Banyumas
Konten dari Pengguna
14 Juli 2021 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lukman Leksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alarm Sekolah Darurat Covid-19  Foto: unsplash @isengrapher
zoom-in-whitePerbesar
Alarm Sekolah Darurat Covid-19 Foto: unsplash @isengrapher
ADVERTISEMENT
Rencana pemerintah dan Kemendikbud dalam Pembukaan sekolah-sekolah pada pertengahan tahun 2021, yaitu bulan Juli sepertinya harus ditunda. Hal ini dikarenakan Indonesia masih mengalami gelombang badai kedua covid-19 yang masih sangat tinggi. Apalagi kasus harian Covid-19 per 13 Juli bertambah hampir 48 ribu kasus. Belum ditambah dengan kasus total kematian juga masih tinggi yaitu 68.219 orang. Walau belum diumumukan secara resmi untuk menunda pembukaan kegiatan sekolah-sekolah di bulan Juli ini, namun melihat fenomena covid-19 yang masih sangat tinggi seolah-olah menjadi “alarm” buat pemerintah untuk segera membuat sekolah darurat covid-19 jilid 2 dengan sistem yang lebih nyaman dan sehat bagi anak sekolah.
ADVERTISEMENT
Mengapa jilid 2? Karena jilid 1 sudah dilakukan di tahun 2020 silam ketika awal virus ini menyerang sekolah-sekolah di nusantara yang akhirnya ditutup sementara dan digantikan dengan pembelajaran daring atau online. Nah, sekarang sudah berjalan setahun setengah anak-anak sekolah belajar secara daring, mereka sudah mulai jenuh dan hampir mencapai titik stres tinggi. Setiap hari hanya bertemankan laptop atau komputer dengan pernak perniknya seperti handset, mouse, speaker aktif dan semua peralatan teknologi penunjang belajar dengan keterbatasan interaksi dengan guru. Yang sesungguhnya alat-alat itu semua adalah “benda mati" yang tidak bisa diajak untuk interaksi. Keterbatasan interaksi saat belajar secara daring bisa membuat anak kesulitan untuk memahami penjelasan yang dipaparkan oleh guru. Ditambah lagi bila anak sungkan atau ragu untuk bertanya. Selain itu, koneksi internet dan laptop yang tidak memadai pun dapat menyebabkan anak kesulitan dalam memahami pelajaran.
ADVERTISEMENT
Kemudian anak-anak sekolah itu bukanlah robot yang melakukan aktivitas mononton setiap harinya di depan laptop, namun makhluk sosial yang penuh kasih sayang dan memerlukan aktivitas fisik yang bervariasi dengan lawan bicara untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya. Sungguh sangat dilematis melihat perkembangan anak-anak sekolah saat ini, khususnya masalah kesehatan. Melansir Times of India, Rabu, 1 Juli 2020, para ahli kesehatan mengatakan kelas online atau daring menjadi beban tambahan pada mata anak-anak yang sudah tegang. “Meskipun kelas virtual adalah langkah yang sangat dibutuhkan, masalah mata juga melonjak di tengah pandemi, dengan mata merah dan sakit kepala menjadi yang paling umum. Dan jika tidak segera diatasi, ini dapat menyebabkan masalah serius dalam jangka panjang, ” ujar dokter mata dan ahli bedah mata, Bhujang Shetty.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dampak psikologis anak juga ikut terganggu mulai dari rasa cemas hingga stres dengan tugas-tugas online dari guru yang mungkin belum begitu paham. Hal ini karena sebagian guru mungkin akan merasa bahwa yang disampaikan lewat kelas online masih belum cukup, sehingga mereka cenderung memberikan lebih banyak tugas yang bisa membebani anak. Kemudian pada masa PPKM darurat seperti ini berada di rumah lebih sering juga bisa membuat anak-anak bosan dan merasa bertanggung jawab akan tugas-tugas rumah. Belum lagi jika orang tua meminta tolong kepada anak di sela-sela waktu istirahat yang sebenarnya anak butuhkan. Ini bisa membuat anak merasa kebebasannya terenggut dan akhirnya stres. Mau tidak mau pemerintah dan Kemendikbud dalam hal ini harus mencari solusi terbaik untuk menyelamatkan anak-anak bangsa ini. Dan sudah seyogyanya pemerintah bisa mengumandangkan “alarm” sekolah darurat jilid ke 2 untuk anak-anak sekolah sambil menunggu perkembangan kasus covid-19 menurun.
ADVERTISEMENT
M. Lukman Leksono, S.Pd., M.Pd. (Dosen IT Telkom Purwokerto)