Konten dari Pengguna

Di Balik Peringatan Kesaktian Pancasila dan G30S/PKI

M Lukman Leksono
Dosen bahasa Indonesia di Institut Teknologi Telkom Purwokerto Penggiat Literasi Digital Banyumas
1 Oktober 2021 10:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lukman Leksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kesaktian Pancasila dan G30S/PKI (Dok:Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kesaktian Pancasila dan G30S/PKI (Dok:Pribadi)
ADVERTISEMENT
Hari ini tepat 1 Oktober 2021 seluruh warga Indonesia memperingati hari kesaktian pancasila. Dibalik Momentum sakral hari kesaktian pancasila ini, ternyata ada kaitannya dengan peristiwa perjuangan para jenderal yang gugur karena keganasan komunis PKI yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Para jenderal ini telah dikukuhkan sebagai pahlawan revolusi, yaitu Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Letjen Anumerta MT Haryono, Letjen Anumerta Siswono Parman, Letjen Anumerta Suprapto, Mayjen Anumerta Donald Ifak Panjaitan, Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten CZI Anumerta Piere Tendean.
ADVERTISEMENT
PKI adalah dari Partai Komunis Indonesia. Partai berlambang Palu Arit yang berlandaskan ideologi komunis. Ideologi yang menentang agama. Mereka mengatakan agama adalah candu. Mereka juga menentang konsep Ketuhanan Yang Maha Esa, yang ada pada Sila Pertama Pancasila, Sebelum peristiwa G30S/PKI, PKI merupakan partai berhaluan komunis terbesar nomor tiga di seluruh dunia setelah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis Cina. PKI memiliki pengaruh yang begitu besar. Pengaruh yang besar itu bisa kita lihat dari kemenangan PKI pada pemilu 1955. PKI menduduki posisi keempat dengan pemilih sebanyak enam belas persen atau setara dengan dua juta orang.
G30S/PKI merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa G30S/PKI telah memberikan dampak negatif dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat. Setelah peristiwa tersebut berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil. Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Sementara itu, kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai politik. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator.
ADVERTISEMENT
Pada zaman sekarang, peristiwa bersejarah ini memberikan banyak pembelajaran bagi generasi muda milenial. Pemutaran ulang film G 30S/PKI penting sebagai pengingat sejarah terutama untuk generasi milenial serta tidak menjadi polemik berkepanjangan di masyarakat. Penayangan film ini merupakan hal penting karena peristiwa G30S/PKI sudah menjadi bagian sejarah bagi bangsa, sehingga pemerintah perlu memiliki satu suara dalam menunjukkan bahaya dari komunis, dan gambaran bahwa tidak berlakunya sistem komunis di Indonesia.
Bung Karno pernah berkata “’JasMerah’, jangan sekali kali lupakan sejarah, Karena itu, kita haruslah paham bagaimana pengkhianatan dan kekejaman yang dilakukan PKI kepada bangsa indonesia, Cegah Pemikiran PKI!”
Dari peristiwa kesaktian pancasila dan G30S/PKI, kita bisa belajar bahwa “Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa sebelum Bangsa itu mengubah nasibnya Sendiri”. Generasi muda juga harus belajar bahwa sebagai penerus bangsa jangan pernah melihat masa depan dengan buta, kita harus pergunakan peristiwa masa lampau yang dapat dijadikan kaca benggala dari pada masa yang akan datang, seperti perkataan Presiden Indonesia “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala dari pada masa yang akan datang” – Bung Karno.
ADVERTISEMENT
M. Lukman Leksono, S.Pd., M.Pd. (Dosen IT Telkom Purwokerto)