Merdeka Belajar Nadiem Makarim

M Lukman Leksono
Dosen bahasa Indonesia di Institut Teknologi Telkom Purwokerto Penggiat Literasi Digital Banyumas
Konten dari Pengguna
3 Mei 2021 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lukman Leksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas tentang merdeka belajar program Mas Menteri Nadiem Makarim. Tahukah Anda bahwa tanggal 2 Mei yang kemarin kita peringati setiap tahun, diambil dari tanggal lahir sosok yang dianggap berjasa dalam bidang pendidikan di Tanah Air, yaitu Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara. Beliau mengajarkan sistem pendidikan bahwa segala ilmu pengetahuan harus didasarkan pada jati diri bangsa. Seperti semboyan yang melegenda dari beliau dan selalu kerap kita lihat, dengar, serta ucapkan di peringatan hardiknas yaitu “Ing Ngarso Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani”. Artinya “di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. Semboyan ini bisa kita jadikan analogi sekolah, yaitu sekolah-sekolah yang sudah di depan dan lebih maju seperti sekolah penggerak akan memimpin dan menjadi teladan. Kemudian sekolah-sekolah yang ada di tengah, mereka akan membimbing kelasnya mereka dan melakukan transformasi di dalamnya, sedangkan sekolah-sekolah yang mungkin masih di belakang akan diberikan dorongan dengan cara meminta ke dinas atau pemerintah untuk membantu meng-upgrade sekolah tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu filsafat gotong-royong tapi sistem ekosistemnya harus dikuatkan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, arah pendidikan pun dari tahun ke tahun ikut berubah. Dari mulanya kurikulum pendidikan berbasis CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) tahun 1984 kemudian dilanjutkan menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006 berlanjut ke Kurikulum (K-13) tahun 2013 yang berbasis pada Pendikar (Pendidikan Karakter) dan akhirnya sekarang berubah menjadi Kurikulum Merdeka Belajar. Tidak hanya itu, nama kementerian pun ikut berubah. Dulu bernama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sekarang berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Semoga saja logonya tidak ikut berubah, karena dalam logo tersebut terpahat semboyan legendaris dari Bapak Pendidikan Nasional Kita, Ki Hajar Dewantara.
Siswa kelas VII SMPN 1 Kota Jambi mengenakan masker dan pelindung wajah sebelum memasuki kelas pada hari pertama sekolah Tahun Pelajaran 2020/2021 di Jambi. Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
Perjalanan panjang kurikulum pendidikan inilah yang akan membawa perubahan dan perbaikan kualitas pada pendidikan nasional kita. Memang masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dari masing-masing perjalanan kurikulum tersebut. Yang terpenting adalah tujuan pendidikan kita masih dalam jalur yang betul dan sesuai dengan salah satu tujuan negara, yaitu tertuang pada pembukaan UUD 1945 aline ke-4, “mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Kehadiran transformasi kurikulum merdeka belajar saat ini, salah satu tujuannya adalah mengharuskan kita untuk merdeka dalam berpikir, merdeka dalam berkarya, dan merdeka bertanya yang menjadi impian agar tercapai di kelas-kelas anak didik. Sehingga anak-anak didik kita bisa merdeka dalam menjadi apa pun sesuai bakat dan minat belajar mereka.
ADVERTISEMENT
Pada saat ini juga pandemi masih berlangsung, mau tidak mau pemerintah harus menyalurkan bantuan subsidi kuota untuk anak-anak didik kita dalam belajar daring atau online. Hal ini ditujukan agar rasa aman dan kesehatan mereka terjaga. Walaupun kenyataannya, bantuan tersebut belum sepenuhnya merata dan adil. Pemerintah harus segera beradaptasi, kreatif, inovatif, dan bertransformasi dengan teknologi, seperti program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan daring dan digitalisasi sekolah. Tantangannya adalah bagaimana informasi dan materi pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik. Para guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif serta dalam kondisi ini juga dijadikan bahan evaluasi. Pandemi jangan dijadikan halangan untuk mencapai kemajuan dari sabang sampai merauke.
Adanya kesenjangan digital dan akses internet yang tidak merata mengakibatkan bantuan kuota untuk pembelajaran online yang dianggarkan pemerintah pun sebagian anak-anak didik kita belum menerima dan merasakan dampaknya. Selain itu, ada juga akses guru berkualitas tidak merata dan penganggaran APBN kita yang belum memprioritaskan daerah-daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Seperti yang terjadi pada bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 16 Panai Hilir, terletak di Dusun Cinta Makmur, Desa Sei Sanggul, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara, terlihat amat memprihatinkan. Bangunan tersebut perlu mendapat tanggapan serius dari pihak pemerintah. Lantai, dinding, asbes, kursi dan meja terlihat tidak layak pakai. Hal itupun melahirkan duka bagi dunia pendidikan di tanah air Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga menjadi pekerjaan rumah Mas Menteri yang menggadang-gadang untuk mewujudkan merdeka belajar dan digitalisasi sekolah. Dalam acara dialog podcast Hardiknas bersama Presiden Jokowi Minggu, 2 Mei 2021 yang lalu disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Pak Presiden mengatakan transformasi sistem pendidikan Indonesia ke arah merdeka belajar yang berarti pendidikan harus memerdekakan manusia, selain itu juga harus menghormati kemerdekaan orang lain, serta membangun jiwa dan raga bangsa.
Beberapa solusinya adalah pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan baru yang membantu para guru dan anak didik, yaitu mengirimkan bantuan laptop-laptop dan akses internet gratis di daerah-daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) dan bantuan dana BOS dari pusat yang langsung ditransfer ke rekening masing-masing kepala sekolah untuk mengefektifan pendistribusian bantuan dari pemerintah dan tidak akan terlambat ke daerah-daerah. Hal ini tentunya akan mendorong para guru dan anak didik kita akan lebih semangat untuk belajar dan mencari pengetahuan yang lebih uptodate. Para guru dan anak didik akan lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam mempelajari platform-platform digital tentang pembelajaran daring. Kemudian adanya program guru penggerak yang manfaatnya untuk menjadi katalis perubahan pendidikan di daerahnya dengan cara menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. Kita berharap dengan memperingati hari pendidikan nasional (Hardiknas) ini, kita bisa serentak bergerak wujudkan merdeka belajar yang membawa perubahan zaman pendidikan ke arah lebih baik lagi, merdeka dalam belajar, dan menciptakan SDM unggul di Indonesia.
Ilustrasi Program Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem Makarim (DOK. KEMENDIKBUD)
M Lukman Leksono, S.Pd., M.Pd.(Dosen Bahasa Indonesia Institut Teknologi Telkom Purwokerto)
ADVERTISEMENT