Perpustakaan Digital Ciptakan Literasi Media Masyarakat Desa

M Lukman Leksono
Dosen bahasa Indonesia di Institut Teknologi Telkom Purwokerto Penggiat Literasi Digital Banyumas
Konten dari Pengguna
26 April 2021 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lukman Leksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pixabay.com
ADVERTISEMENT
Perpustakaan merupakan salah satu tempat untuk berproses literasi dalam mencari ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Banyak hal dan pengalaman menarik yang dapat diperoleh dalam kehidupan, jika seseorang rajin membaca buku di Perpustakaan. Teringat ada pepatah mengatakan "Buku adalah Jendela Dunia, dengan membaca buku maka kita akan memperoleh banyak ilmu, kita bisa mengetahui banyak hal mengenai apa pun tanpa harus melihatnya secara langsung". Berdasarkan survei UNESCO literasi baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% yang artinya dari 1.000 orang hanya 1 orang yang memiliki minat baca.
ADVERTISEMENT
Data ini juga menunjukkan bahwa indeks minat baca di Indonesia termasuk rendah. Namun demikian, masih banyak para ahli di bidang literasi yang meyakini jika minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tinggi, hanya saja akses baca serta minimnya taman bacaan dan buku yang berkualitas menjadi faktor lain yang berakibat pada rendahnya minat baca masyarakat.
Kemudian, menurut Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional, dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pada 2017 hingga 2020 tentang waktu baca masyarakat Indonesia menunjukkan hasil yang cukup memprihatinkan. Pasalnya masyarakat Indonesia rata-rata hanya menghabiskan waktu untuk membaca selama 2-4 jam per hari. Sementara, masyarakat di negara maju rata-rata menyempatkan diri untuk membaca selama 4-6 jam per hari. Ketersediaan infrastruktur penunjang seperti perpustakaan yang belum menyebar luas ke berbagai daerah dan kecenderungan masyarakat yang gemar menghabiskan uangnya untuk hiburan semata ketimbang untuk mengakses sumber informasi atau membeli buku bisa jadi penyebab kurangnya literasi baca di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang menjadi tantangan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah dan juga lembaga yang bergerak di bidang pendidikan untuk menyediakan akses baca dan buku berkualitas hingga pelosok negeri. Ketersediaan bahan bacaan dengan buku-buku yang bermutu dan memadai memungkinkan setiap orang atau anak dapat memilih untuk memilih bahan bacaan sesuai dengan minat dan kepentingan membaca. Salah satu langkah untuk meningkatkan minat baca, selain mengubah pola sikap atau perilaku kita, juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Upaya-upaya untuk meningkatkan literasi baca di tengah masyarakat Indonesia perlu terus dilakukan secara serius. Salah satunya adalah dengan tersedianya buku-buku bacaan yang uptodate dengan zaman ini.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, seharusnya kita lebih semangat dalam meningkatkan literasi membaca buku di kalangan masyarakat. Salah satunya melalui tempat berkumpulnya buku-buku di dunia, yaitu perpustakaan. Perpustakaan sebagai sarana “umum” yang menyediakan sumber bacaan bagi masyarakat dapat meningkatkan minat baca semua orang. Meningkatkan literasi baca masyarakat tidak mudah untuk dicapai seperti yang diharapkan oleh semua orang. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat. Dilihat dari kondisi perpustakaan saat ini belum representative untuk dijadikan sebagai tempat belajar masyarakat, karena semua kalangan, seperti: pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, tugas pemerintah adalah memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai, seperti perpustakaan, taman bacaan, dan pusat-pusat informasi lainnya serta memberikan subsidi bahan-bahan bacaan sampai ke pelosok desa, agar masyarakat luas dapat memperoleh fasilitas sumber informasi dengan cepat dan mudah. Di sisi lain, sekolah dan keluarga harus saling mendukung dalam mendidik keluarga, dengan membiasakan diri membaca dan mendiskusikan isi bahan bacaan serta mengurangi frekuensi menonton televisi.
Pendidik juga harus dapat memfasilitasi kebutuhan bahan bacaan yang direkomendasikan di perpustakaan sekolahnya. Lebih baik lagi bila lingkungan masyarakat difasilitasi oleh keberadaan perpustakaan desa, perpustakaan umum, atau taman bacaan masyarakat yang dapat mengakomodasi kebutuhan membaca masyarakatnya. Ditambah lagi masa pandemi COVID-19 yang belum usai dan adanya peraturan pembatasan sosial dan dilarang berkerumun. Hal ini tentunya menjadi permasalahan khusus di bidang perpustakaan. Salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu tersedianya perpustakaan buku berbasis Web.
ADVERTISEMENT
Teknologi informasi telah menjadi alat terpenting dalam pengolahan dan penyebaran informasi. Perkembangan media informasi modern memang luar biasa dan makin mengejutkan. Sebagai ilustrasi, televisi perangkat media informasi yang banyak dimiliki-telah mendesentralisasi penyampaian informasi, baik berupa berita, hiburan maupun pendidikan. Orang dapat menerima informasi dan hiburan langsung dari kamarnya.
Keadaan ini akan membuat manusia (suka ataupun tidak) akan berhubungan dengan informasi, orang akan mendapatkan informasi secara pasif melaui radio dan televisi dan media lainnya. Informasi kini semakin mudah untuk dipindah dan diolah kembali. Kini penggunaan komputer dengan beragam aplikasinya semakin melekat dalam pengelolaan dan penyimpanan informasi.
Marchionini menyatakan: The general consequences of the information society are three fold : larger volumes of information, new forms and aggregations of information, and new tools for working with information…and the primarily tools of the information society is the computer.
ADVERTISEMENT
Terletak di Lereng Gunung Slamet Jawa Tengah, perpustakaan berbasis internet yang sedang dirintis oleh masyarakat Desa Melung Kabupaten Banyumas. Perpustakaan Desa Digital ini menjadi harapan masyarakat Melung mengingat bahwa sarana internet sudah menjadi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali pada masyarakat di desa ini. Kepala Desa Melung mulanya memprakarsai pendirian antena koneksi internet produk layanan teknologi CDME kemudian beralih ke teknologi internet berbasis kabel.
Upaya untuk memperluas jangkauan di setiap penjuru desanya, Pemerintah Desa Melung memasang antena omni dan Wi-Fi untuk mengembangkan RT/RW net. Sehingga Desa Melung yang luasnya 1.320 hektare itu tercover oleh sambungan internet. Masyarakat desa pun hampir semuanya bisa berinternetan. Masyarakat dikenalkan dengan pembuatan akun sosial media seperti, facebook, Instagram, dan Youtube untuk berbagi informasi atau bacaan yang menarik. Kemudian warga desa tersebut juga dikenalkan dengan media baca buku online, yaitu e-book yang tersedia di portal internet.Warga juga mulai membiasakan diri browsing untuk keperluan ilmu dan teknologi khususnya bercocok tanam (agribisnis) atau hal apa saja yang ada di desanya secara real time.
ADVERTISEMENT
Hadirnya akses internet gratis di perpustakaan desa ini membuat masyarakat lebih semangat untuk berliterasi dalam membaca dan dapat mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi dunia.
Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020 (Tingkat Literasi Indonesia)
Penggunaan perpustakaan adalah hak warga negara. Hak ini juga sama dengan konsumsi perut (makan). Masyarakat tidak perlu khawatir dengan konsumsi intelektual mereka karena perpustakaan telah siap memasok informasi dengan versi yang lebih canggih (digital) dan efektif di mana pun dan kapan pun.
Sementara itu, digitalisasi semakin masif, being digital suatu keadaan meleburnya yang nyata menjadi serba maya. Bukan hanya isu perpustakaan yang akan mati akan tetapi juga seluruh tatanan masyarakat manusia. Akan tetapi hal demikian mesti dilihat sebagai alat bantu, teknologi adalah temuan manusia yang mesti bisa dikendalikan, bukan malah manusia terperangkap oleh hasil tangannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Contoh kesuksesan amazon.com dapat dicermati kelak perpustakaan di Indonesia dapat menerapkan konsep integrasi antar lini. Alat berupa teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang layanan perpustakaan. Koleksi perpustakaan yang banyak tidak mencerminkan kesuksesan, karena koleksi yang banyak bisa menjadi bumerang karena tidak ada yang menggunakannya. Informasi dokumen tentu tidak akan mencari pembacanya jika tertutup dan teronggok di perpustakaan-perpustakaan. Salam Literasi.
Dosen Bahasa Indonesia Institut Teknologi Telkom Purwokerto