UTBK SBMPTN Gagal? Ayo kuliah di PTS Terbaik!

M Lukman Leksono
Dosen bahasa Indonesia di Institut Teknologi Telkom Purwokerto Penggiat Literasi Digital Banyumas
Konten dari Pengguna
15 Juni 2021 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lukman Leksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jangan galau karena gagal UTBK SBMPTN, kalimat ini cocok disematkan kepada mereka yang pada tanggal 14 Juni 2021 kemarin, mengikuti UTBK SBMPTN pada bulan April sampai dengan Mei silam. Hari yang bersejarah tercipta yaitu pengumuman kelulusan UTBK SBMPTN 2021 yang diumumkan oleh LTMPT pada pukul 15.00 WIB. Rasa campur aduk dan was-was mulai dari tadi malam sudah menggelora. Tidak bisa dipungkiri hasil ini akan menentukan masa depan mereka yang memburu kampus-kampus negeri yang tersebar di penjuru nusantara. Ini juga untuk meneruskan perjalanan mereka meraih mimpi dan cita-citanya. Seperti layaknya pertandingan, tentunya ada yang menjadi pemenang untuk lolos tahap berikutnya dan ada juga yang kalah merasakan sebuah kegagalan.
Jangan Galau Gagal UTBK SBMPTN Foto: Dok. PMB IT Telkom Purwokerto
Sebagian orang tua dan mereka berpendapat bahwa berhasil masuk kampus PTN adalah salah satu kebanggaan dan favorit tersendiri karena akan menjamin masa depannya. Mereka menganggap tujuan mereka belajar selama tiga tahun di sekolah menengah atas atau kejuruan (SMA/SMK) tujuan utaamana adalah agar bisa masuk PTN. Pendapat ini sah-sah saja, karena setiap orang memiliki visi misi tujuan hidup masing-masing. Akan tetapi bagi mereka yang merasakan kegagalan tentunya mengalami rasa down, kecewa, putus asa, tidak peracaya diri dan harapan yang pupus.
ADVERTISEMENT
Hal ini wajar buat mereka yang gagal, akan tetapi terus menerus meratapi kekecewaan akan menciptakan dampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik mereka. Dari mulai malas bangun pagi dan beraktivitas, nafsu makan turun, dan insomnia karena terbayang-bayang kegagalan serta bisa merasakan stres pikiran. Ini semua harus segera diatasi kalau mereka tidak ingin semakin terpuruk. Motivasi dari orang terdekat terutama keluarga akan sangat membantu mengembalikan masalah jiwa yang stres karena kegagalan tersebut. Psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah pertama tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai masalah “pergolakan dan stres” (strorm-and-stress). Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan kesedihan. Sedangkan menurut Montessori (dalam Suryabrata, 1998) masa remaja harus menemukan diri atas kebahagiaan yang diinginkan dan masalah yang harus ditemukan solusi efektifnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu solusi efektifnya yaitu memulai mengubah pola pikirnya. Pola pikir yang mulai diubah yaitu dari diri sendiri dan keluarga yang menjustifikasi bahwa kalau ingin masa depan cerah dan terjamin harus kuliah di PTN. Padahal kenyataan di dunia nyata tidak seperti yang dipikirkan bahkan bisa jadi sebaliknya. Faktanya banyak juga orang sukses, kaya, dan populer tanpa harus kuliah di PTN hidup mereka pun terjamin. Pola pikir ini “kuno” inilah yang kerap melanda para remaja ketika akan melanjutkan sekolah ke peguruan tinggi dan terkadang masih disetir oleh para orang tua. Beberapa remaja di zaman ini masih tergantung dengan mind set orang tuanya agar bisa masuk ke kampus negeri bagaimanapun caranya. Kadang para orang tua juga tidak berpikir panjang menanyakan apakah anaknya suka atau tidak suka dan mau atau tidak mau kuliah di PTN dengan jurusan pilihannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini secara tidak langsung bisa berdampak buruk untuk mental mereka ketika menjalani keberlangsungan perkuliahan nantinya. Mereka bisa mengalami salah memilih jurusan bahkan salah kampus. Menurut data dari Indonesia Career Center Network (ICCN) pada 2017, sebanyak 87% mahasiswa di tanah air mengambil jurusan yang salah ketika kuliah. Data ini pun diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Youthmanual. Mereka mengungkapkan bahwa sebanyak 92% pelajar SMA/SMK tidak tahu mengaku bingung dalam memilih jurusan kuliah. Berdasrakn fakta ini, mulai sekarang mereka harus pandai-pandai memilih kampus tujuan untuk melanjutkan sekolahnya. Kemudian, mereka para pemburu PTN jangan selalu berpikir mengikuti trend atau gengsi yang berlebihan, bahwa ketika tidak diterima di SBMPTN berarti hidup mereka berakhir atau status mereka lebih rendah dari kawan-kawan sejawatnya. Tentu saja tidak, mereka yang belum bisa masuk PTN justru memiliki kesempatan lebih luas untuk mengembangkan bakat dan minatnya di bidangnya masing-masing di kampus lain. Masih banyak perguruan tinggi swasta (PTS) yang terbaik di nusantara dan peringkatnya tidak kalah dengan kampus PTN.
Ayo kuliah di PTS Terbaik IT Telkom Purwokerto Foto: https://pmb.ittelkom-pwt.ac.id/
Sementara itu, untuk prospek kerja lulusan dari kampus negeri pun tidak akan menjamin lebih mudah untuk mendapat pekerjaan. Di dunia kerja, mereka akan dipandang dari kemampuan hard skill atau soft skill yang mereka miliki untuk menunjang pekerjaannya kelak. Maka dari itu, tidak usah khawatir jika kamu maish gagal di UTBK SBMPTN, karena yang menentukan kamu cepat mendapat pekerjaan adalah usahamu sendiri. Perlu diingat dalam pikiran, kesuksesan bukan ditentukan dari kampus mana mereka berasal namun melalui kerja keras dan keinginan yang kuat untuk selalu belajar dari kegagalan sehingga membawa kepada gerbang kesuksesan.
ADVERTISEMENT
M. Lukman Leksono, Dosen IT Telkom Purwokerto