Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
14 Ramadhan 1446 HJumat, 14 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Peran dan Efek Media Digital Untuk Perempuan di Masa Sekarang
8 Februari 2025 12:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Naufal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peter Golding dan Graham Murdock (1997) dalam The Political Economy of Media menyebutkan bahwa media massa pada sejarah telah mencapai puncak perkembangannya sebagai lembaga kunci masyarakat modern. Media juga mampu menghasilkan keuntungan ekonomi karena berperan sebagai perantara antara produsen dan konsumen.

Efek media juga akan semakin kuat mengingat sosok perempuan yang ditampilkannya adalah cara yang memperkokoh stereotip yang sudah terbangun di tengah masyarakat. Karenanya media massa memang bukan yang melahirkan ketidaksetaraan gender tetapi ikut serta memperkokoh, melestarikan, bahkan memperburuk ketidakadilan terhadap perempuan dalam masyarakat. Seorang perempuan yang cantik diidentikkan dengan kulit yang putih, berambut lurus dan panjang, bertubuh sintal, berpakaian seksi mengikuti lekuk-lekuk tubuh (rok mini) dan sangat trendy karena menganggap bahwa penampilan seperti itu adalah pilihan yang paling ideal dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, perempuan diturunkan derajatnya sekadar sebagai objek seks. Akibatnya, tertanam anggapan bahwa kekuatan utama perempuan adalah tubuhnya, bukan faktor-faktor lain seperti keunggulan intelektual, keluasan wawasan, kecakapan bekerja atau lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini media sangat berfungsi sebagai sarana untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). Manusia memiliki nilai-nilai hidupnya sendiri yang pada gilirannya akan ia gunakan untuk melihat dunia. Media juga memiliki fungsi sebagai pemberi identitas, di mana media merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman mengenai diri sendiri. Sebagai industri bisnis, media massa terlibat terlalu jauh dengan alam pikiran dengan memperalat perempuan dengan seluruh karakter yang dapat diperjualbelikan, kecantikan, kemolekan tubuh, dan seks sebagai wujud dari pola patriarki laki-laki dan kapitalisme industri media. Akan tetapi, dalam perannya sebagai produk intelektual, media massa justru berfungsi sebaliknya, yaitu membela dan mempertahankan apa yang menjadi hak dasar publik, terutama kepada mereka yang dalam posisi tertindas.
ADVERTISEMENT
Gender pada Media Cetak
Dominasi perempuan seksi dalam media poster film khususnya film-film horror seperti “Jenglot Pantai Selatan”, “Air Terjun Pengantin”, “Pacar Hantu Perawan” dan sebagainya dianggap hanya sebagai elemen pemanis saja guna menarik minat penonton yang kerap dijadikan pelatuk untuk meledakkan nafsu penonton. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya profesionalisme sebagai kompensasi dan ketidakmampuan dalam membuat sebuah film. Eksploitasi perempuan dalam pencitraan media cetak tidak saja karena kerelaan perempuan, namun juga karena kebutuhan kelas sosial itu sendiri, sehingga mau ataupun tidak kehadiran perempuan menjadi sebuah kebutuhan dalam kelas sosial tersebut (Bungin, 2007:351).
Ketidakadilan gender sangatlah kompleks, mulai dari keyakinan setiap individu atau perorangan sampai pada urusan negara. Jalan keluarnya ialah pemecahan masalah gender perlu dilakukan Bersama-sama secara serentak dan berkesinambungan. Perwujudan ketidakadilan gender tidak dapat dipisahkan karena hal tersebut saling memengaruhi. Tidak ada satupun manifestasinya yang lebih penting lebih esensial dari yang lain.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi secara terus menerus. Penyebaran informasi akan lebih efektif ketika melibatkan media komunikasi atau media massa seperti radio. Radio merupakan media komunikasi yang murah dan bisa menjangkau wilayah-wilayah yang terpencil. Hal ini sangat berbeda dengan media lain seperti televisi yang lebih mahal dan siarannya terbatas. Radio juga memiliki keunggulan dibandingkan media lain yaitu bersifat lebih personal, mudah dibawa dan bisa didengarkan sambil melakukan aktifitas lain (Mondry, 2009). Keistimewaan inilah yang harus bisa dimanfaatkan oleh stasiun radio dengan sebaik mungkin. Sebagai media massa, radio bisa melakukan fungsi memberi informasi, hiburan sekaligus pendidikan.
Perempuan dan media massa, menjadi dua aspek penting yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hampir tidak ada satu media massa pun saat ini yang tak mengangkat sosok perempuan dalam ulasannya. Dunia perempuan saat ini, telah mengalami perubahan yang luar biasa. Tetapi isu-isu kesetaraan dan relasi gender masih terus relevan dan menghiasi wacana media massa kita hingga saat ini. Di Indonesia masih banyak kita temui bentuk-bentuk diskriminasi gender yang patut mendapatkan perhatian lebih dari media.
ADVERTISEMENT
Perempuan merupakan sumber daya terpenting bagi pembangunan sebuah bangsa. Karena dari perempuanlah, pertama kali manusia belajar. Perempuan memiliki andil yang besar dalam pendidikan anak-anaknya, generasi penerus bangsa. Sehingga sudah sewajarnya perempuan juga mendapatkan perhatian dan pendidikan yang memadai. Posisi perempuan dalam masyarakat saat ini semakin diakui perannya, tetapi pada bidangbidang tertentu perempuan tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki misalnya dalam bidang politik dan peran publik.
Sumber:
Aryanto, h. (2014). Ekploitasi perempuan dalam media poster film horor di indonesia sebagai bnetuk ketidak adilan gender. Jurnal dimensi seni rupa dan desain, 11(1), 43-54.
Dewi, S. I., & Aminulloh, A. (2016). Pemberdayaan Perempuan Melalui Siaran Radio yang Berperspektif Gender. Jurnal Ilmu Komunikasi, 14(2), 92-100.
ADVERTISEMENT
Juditha, C. (2015). Gender dan seksualitas dalam konstruksi media massa. JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in Communication Study (E-Journal), 1(1).