Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Sejarah Suku Baduy
28 Desember 2022 11:40 WIB
Tulisan dari Muhammad Naufal Royan Ependi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Suku Baduy atau biasa disebut Kanekes merupakan suku yang masih ada saat ini. Mereka tidak suka dengan modernisasi karena bisa menghilangkan tradisi asli suku baduy, mereka lebih baik menjalankan adat buyut pikukuh dibandingkan harus mengikuti modernisasi. Adat pikukuh merupakan adat yang mempercayai pepatah suci yang menjadi prinsip hidup untuk mengatur keharmonisan dengan alam, sedangkan buyut adalah sebuah bentuk kata perintah dan larangan.
ADVERTISEMENT
Suku Baduy terbagi menjadi dua, suku Baduy dalam dan suku Baduy luar. Perbedaan keduanya terletak dari prinsip yang memegang teguh adat dan peraturan dengan baik. Suku Baduy dalam memperbolehkan orang luar menginap satu hari saja tidak boleh lebih, akan tetapi di Baduy Luar boleh menginap lebih dari satu malam. Suku Baduy Luar juga sudah terpengaruhi oleh budaya luar, seperti menggunakan sabun, menggunakan elektronik dan sudah menggunakan mata uang rupiah sebagai alat transaksinya.
Perbedaan lainnya juga bisa terlihat dari pakaiannya yang berbeda. Suku Baduy dalam kesehariannya menggunakan baju berwarna putih dan hitam serta memakai ikat kepala putih yang disebut telengkung yang melambangkan kesucian hati. Sedangkan Suku Baduy luar kesehariannya menggunakan baju hitam serta celana pendek, terkadang baju mereka sama halnya dengan kita dan tidak harus memakai baju warna hitam dengan ikat kepala biru yang sebut lomar.
ADVERTISEMENT
Agama Suku Baduy adalah Sunda Wiwitan yaitu memegang teguh keyakinan yang didasarkan pada penghormatan atau pemujaan kepada roh nenek moyang atau karuhun dan kepercayaan kepada satu kuasa, yakni Batara Tunggal. Batara Tunggal adalah Dewa utama dalam kepercayaan Suku Baduy, menurut mereka Batara Tunggal merupakan nenek moyang yang pertama kali muncul di bumi yaitu Arca Domas.
Keseharian suku baduy adalah bertani dan berkebun di huma. Huma merupakan ladang pertanian bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman semusim dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim. Bertani dan berkebun merupakan mata pencaharian utama mereka, selain itu mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti menyadap nira dan membuat kerajinan anyaman atau rajutan. Adapun pekerjaan tambahan seperti menenun kain khas mereka, menjual madu, menjual pakaian, menjual kerajinan dan membuat gula aren.
ADVERTISEMENT
Asal-usul Suku Baduy menurut warga Suku Baduy, "mereka mengaku keturunan dari Batara Cikal asal usul ini kerap kali dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang mereka pertama". Di sisi lain pendapat mengenai asal-usul Suku Baduy berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mana mereka berdasarkan dengan bukti - bukti sejarah seperti catatan pelaut Portugis dan Tiongkok atau Prasasti cerita rakyat perihal Tatar Sunda yang terbilang minim akan keberadaanya.
Dimana Suku Baduy dihubungkan dengan kerajaan Sunda sebelum runtuh pada abad ke-16 yang berpusat pada di Pakuan Pajajaran (sekarang di sekitaran Bogor). Sebelum masa kesultanan Banten berdiri pada bagian ujung Pulau Bagian Barat adalah kawasan penting bagi kerajaan Sunda Banten, Banten menjadi pelabuhan dagang yang sangat besar, termasuk sungai Ciujung dilayari dengan macam-macam perahu untuk mengangkut hasil bumi dari wilayah pedalaman.
ADVERTISEMENT
Penguasaan kawasan tersebut dikenal dengan nama Pucuk Umun beranggapan kalau kelestarian sungai harus dipertahankan. Dari bukti-bukti sejarah tersebut dengan tegas bukti itu tampak menjadi cikal bakal dari warga Suku Baduy atau suku Kanekes yang saat ini berada di hulu sungai Ciujung yang ada di pegunungan-pegunungan Kendeng.
Peraturan-peraturan Suku Baduy sangatlah ketat, dikarenakan mereka ingin menjaga kelestarian alam agar tidak rusak oleh orang-orang asing. Suku Baduy mempunyai dua peraturan yaitu Baduy dalam dan luar, contoh peraturan suku Baduy dalam seperti :
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk peraturan Suku Baduy luar berbeda dengan suku Baduy dalam karena mereka tidak terlalu ketat, bahkan mereka juga mengizinkan wisatawan asing menggunakan celana panjang, tetapi tidak boleh menggunakan celana pendek. Jika suku Baduy melanggar peraturan, mereka akan terkena hukuman batin atau hukumannya dipekerjakan di ladang kampung tersebut tanpa dibayar selama beberapa bulan.