Optimalisasi Alutsista dalam Pemanfaatan Sumber Daya Pertahanan Nasional

M Pradana Indraputra
Staf Khusus Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
31 Januari 2024 19:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Pradana Indraputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alutsista "Leopard 2RI" milik TNI AD untuk mendukung keamanan dan pertahanan Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Alutsista "Leopard 2RI" milik TNI AD untuk mendukung keamanan dan pertahanan Indonesia.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"(Penggunaan alutsista berumur) bukan hanya tentang menghemat biaya, melainkan juga tentang mempercepat kesiapan operasional."
ADVERTISEMENT
Meskipun menjabat sebagai Staf Khusus di Kementerian Investasi/BKPM, saya juga berkeinginan untuk menyampaikan pandangan pribadi terkait pemahaman dan penggunaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di Indonesia. Pendapat ini disampaikan secara independen dan tidak mencerminkan posisi resmi saya di Kementerian Investasi/BKPM, melainkan sebuah refleksi pribadi terhadap dinamika dan tantangan dalam sektor pertahanan nasional.
Akhir-akhir ini telah tersebar pernyataan mengenai Kementerian Pertahanan yang membeli alutsista “bekas” dari negara lain. Respons terhadap hal ini perlu mempertimbangkan keterbatasan sumber daya dan kebutuhan kita, yang menjadikan pemilihan alutsista berumur namun layak pakai sebagai strategi penting. Dalam menghadapi situasi darurat, menurut saya hal ini lebih dari sekadar pertimbangan biaya, namun juga tentang responsivitas dan kesiapan operasional.
ADVERTISEMENT
Memang, pembuatan alutsista baru yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus memerlukan waktu yang tidak sebentar, sehingga dalam situasi di mana kebutuhan pertahanan negara mendesak, pendekatan ini menjadi lebih relevan. Pembelajaran dari kasus Rusia, yang menggunakan alutsista berumur tetapi efektif, serta Israel yang berhasil menggunakan tank dari tahun 1978 dalam konflik dengan Hamas, menunjukkan bahwa perawatan dan pemeliharaan yang baik adalah kunci untuk mempertahankan efektivitas alutsista berumur tersebut.
Dalam konteks pertahanan, respons cepat seperti ini menjadi prioritas utama. Bukan tentang baru atau “lama” nya alutsista yang ada, namun tentang kelayakan yang harus diimbangi dengan perawatan secara berkala untuk memastikan keandalannya.
Mengenai pemilihan alutsista yang berumur, saya melihat ini sebagai langkah pragmatis dan cerdas. Strategi ini mengakui kenyataan bahwa sumber daya tersebut harus digunakan secara efisien. Pemilihan alutsista yang sudah berumur tapi masih layak pakai bukan hanya tentang menghemat biaya, melainkan juga tentang mempercepat kesiapan operasional.
ADVERTISEMENT
Menilik lebih dalam, proses pembelian alutsista jauh dari kesederhanaan. Faktor-faktor seperti kesiapan operasional, kemampuan tempur, keselamatan, adaptasi dengan kondisi geografis dan infrastruktur Indonesia, serta kompatibilitas dengan sistem pertahanan yang ada, menjadi pertimbangan kritis.
Proses ini tidak bisa dianggap sepele, melainkan proses kompleks yang membutuhkan pendekatan khusus, kebijakan yang matang, dan diplomasi internasional yang efektif. Kita harus memastikan bahwa setiap pembelian sesuai dengan kebutuhan strategis nasional dan tidak hanya mengikuti tren atau standar NATO yang mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan konteks Indonesia.
Menghadapi kompleksitas dalam pembelian alutsista, saya menekankan pentingnya proses pengadaan yang transparan dan akuntabel. Kita harus memastikan bahwa setiap pembelian tidak hanya memenuhi standar operasional tetapi juga memberikan nilai tambah dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Proses pembelian harus melibatkan analisis menyeluruh tentang bagaimana alutsista tersebut akan berintegrasi dengan sistem pertahanan yang ada dan bagaimana mereka akan beradaptasi dengan kondisi geografis serta operasional Indonesia. Visi jangka panjang dalam pembangunan kekuatan pertahanan adalah hal yang harus selalu dikedepankan. Dalam hal ini, pembangunan kekuatan pertahanan harus direncanakan sebagai bagian dari strategi keseluruhan pembangunan nasional.
Dengan anggaran pertahanan yang terbatas, Indonesia berusaha untuk melakukan pembelian secara komprehensif dan terintegrasi, bukan secara parsial. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa alutsista yang dibeli dapat digunakan dalam jangka panjang, dengan target penggunaan hingga 50 tahun ke depan. Strategi ini juga mencerminkan pemahaman bahwa pertahanan nasional bukan hanya tentang menangani ancaman saat ini, tetapi juga mempersiapkan diri untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Indonesia berkomitmen untuk mencapai kemandirian dalam industri pertahanan. Melalui kerja sama yang erat dengan BUMN dan peningkatan pada riset serta pengembangan sumber daya manusia, Kementerian Pertahanan berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok asing. Peningkatan signifikan dalam jumlah kontrak dengan BUMN – dari 21 kontrak pada periode 2015-2019 menjadi 168 kegiatan/kontrak hingga saat ini – merupakan bukti nyata dari komitmen ini.
Kementerian Pertahanan lewat Wakil Menteri nya juga menekankan pentingnya teknologi transfer dan lokal konten dalam setiap kontrak, yang memungkinkan Indonesia untuk tidak hanya menjadi pembeli, tetapi juga produsen dan pengembang teknologi pertahanan.
Kemandirian industri pertahanan merupakan salah satu pilar penting dalam strategi pertahanan nasional. Saya mendukung penuh upaya untuk meningkatkan kapasitas lokal, baik dalam hal produksi maupun transfer teknologi karena bukan hanya tentang membangun industri pertahanan yang kuat, tetapi juga tentang menciptakan kemandirian dalam jangka panjang. Dengan mengurangi ketergantungan pada pemasok asing, Indonesia dapat membangun sistem pertahanan yang lebih berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan kebutuhan dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara nonblok, Indonesia memiliki posisi yang unik dalam geopolitik global. Dalam konteks global, Indonesia telah menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan keamanan internasional, seperti yang terlihat dari respons cepat kita dalam mengirim bantuan ke Palestina.
Upaya ini mencerminkan posisi strategis Indonesia dalam diplomasi internasional dan komitmen untuk berkontribusi pada stabilitas global. Kita harus memanfaatkan posisi ini untuk membangun aliansi strategis dan kerja sama internasional, terutama dalam hal pertukaran teknologi dan kerja sama pertahanan.
Melalui pembahasan ini, kita telah membuka banyak peluang dan tantangan dalam membangun kekuatan pertahanan yang tangguh. Dengan menggabungkan pragmatisme, inovasi, dan visi jangka panjang, saya yakin kita dapat menavigasi kompleksitas modernisasi pertahanan dengan bijaksana.
Kunci dari proses ini adalah keseimbangan antara efisiensi, keandalan, dan adaptabilitas. Mengadopsi alutsista berumur yang terawat baik, sambil memastikan upgrading dan maintenance yang teratur, akan memberikan kesiapan operasional yang kita perlukan tanpa membebani anggaran negara secara berlebihan.
ADVERTISEMENT