Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Hilangnya Bintang di Langit Jakarta
7 Juli 2023 16:37 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rizki Rahmat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Sudah lama enggak melihat bintang yang terang di Jakarta ,” mungkin itulah yang tergambar di pikiranku saat keluar rumah di waktu malam. Bagi masyarakat yang berada di daerah lain, terutama daerah yang masih dapat dikategorikan sebagai “kampung halaman” mungkin menganggap kalimat tersebut hanya guyonan.
ADVERTISEMENT
Padahal kata yang keluar dari benak saya itu merupakan sebuah kenyataan bahwa bintang-bintang sudah lama menghilang dari langit Jakarta. Salah seorang teman ku saat sekolah pun merasa demikian.
Salah satu teman saya yang juga memiliki hobi mengobservasi bintang pun terheran-heran dengan keadaan langit di Jakarta. Bahkan, di kota-kota besar lain seperti kota Bandung pun mengalami hal serupa.
Keindahan langit seharusnya bisa dinikmati saat malam hari. Sebab malam hari adalah waktu yang sangat tepat untuk bisa melihat berbagai macam benda-benda langit meskipun melihatnya tanpa bantuan alat seperti teropong bintang.
“Di tempat saya kuliah pun sama seperti di Jakarta ini, bintang yang terang benderang jarang banget bisa kita liat dengan mata telanjang,” katanya.
ADVERTISEMENT
Walaupun bintang-bintang di langit Jakarta terlihat telah hilang, bukan berarti tidak mungkin kita tidak dapat melihat bintang. Kita tetap dapat melihat bintang-bintang menggunakan alat bantu seperti teropong bintang.
Alat-alat tersebut dapat kita jumpai di Planetarium Jakarta yang terletak di Taman Ismail Marzuki. Tetapi, saat ini Planetarium Jakarta di renovasi oleh pihak TIM yang membuat akses ke tempat observasi bintang menjadi terbatas.
Saya sebagai salah satu orang yang sangat menyukai observasi bintang merasa kurang puas jika saya hanya dapat melihat bintang dan benda langit lain menggunakan teropong bintang. Karena rasa ketidakpuasan tersebut saya pun bertanya-tanya kembali kepada teman saya, “Kenapa di kota-kota besar seperti Jakarta susah sekali melihat bintang tanpa alat bantu?”
ADVERTISEMENT
Teman saya yang juga belum lama melakukan hobi ini pun belum mempunyai Jawaban yang pasti mengapa fenomena tersebut dapat terjadi. Tetapi, dirinya yakin bahwa penyebab utama nya adalah karena polusi udara telah menggumpal diseluruh kota Jakarta. Menurutnya, padatnya penduduk di Ibukota yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi.
Saya sendiri masih merasa kurang puas dengan jawaban tersebut, terucap di dalam pikiran saya, “Bukankah polusi udara di Jakarta hanya menyebabkan udara yang tidak enak untuk di hirup masyarakat?” Tetapi karena saya yang terlalu takut salah untuk bertanya hal itu, akhirnya mengurungkan niat untuk bertanya kembali.
Dihantui rasa penasaran, akhirnya saya pun mencari internet terkait alasan bintang hilang di Jakarta menggunakan smartphone. Sebagai seseorang yang ingin menggiati bidang ini, rasa penasaran yang mengganggu ini harus terjawab. Akhirnya, rasa penasaran tersebut reda setelah menemukan beberapa sumber yang dapat dipercaya untuk menjelaskan fenomena ini.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pengamat bintang yang juga merupakan astronom Planetarium Jakarta, Ronny Syamara juga mengeluhkan fenomena hilangnya bintang di langit Jakarta. Ronny menjelaskan menjelaskan bahwa fenomena ini dapat terjadi karena Jakarta telah terdapat banyak cahaya yang mengitari kota Jakarta, atau singkatnya telah terjadi banyak polusi cahaya.
“Beberapa benda langit tertentu masih bisa diamati dengan teropong, seperti planet, bulan, bintang-bintang terang itu masih, tapi untuk objek-objek yang kategorinya deep sky object, objek-objek yang cukup redup, secara kasat mata sudah susah dilihat. Jakarta sendiri termasuk cukup parah untuk kualitas cahaya,” kata Ronny.
Polusi cahaya merupakan hamburan dari cahaya di daerah perkotaan yang mengakibatkan langit akan tampak lebih terang dibandingkan cahaya bintang. Hasil penelitian mengatakan bahwa setidaknya sepertiga langit di dunia sudah tidak dapat lagi melihat galaksi Bima sakti akibat dampak dari polusi cahaya.
ADVERTISEMENT
Setelah membaca artikel dan hasil wawancara dari seorang astronom, diri saya merasa setuju dengan pernyataan tersebut. Jakarta yang telah dikelilingi gedung-gedung tinggi, rumah-rumah padat penduduk, dan lampu-lampu jalan yang tersebar di mana-mana, menyebabkan polusi cahaya yang cukup tinggi bagi Ibukota.
Pertanyaan selanjutnya yang berada di benak saya adalah, alasan mengapa polusi cahaya dapat menyebabkan fenomena bintang menjadi hilang di langit Jakarta.
Setelah membaca sumber-sumber lain, saya menemukan alasan mengapa polusi cahaya dapat menyebabkan fenomena tersebut terjadi. Ternyata, polusi cahaya yang dikeluarkan cahaya-cahaya buatan tersebut menjadi sumber cahaya artifisial yang berkontribusi dalam polusi cahaya adalah glare atau cahaya silau yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada penglihatan, serta sky glow.
Sky glow adalah cahaya yang dipancarkan secara langsung ke atmosfer yang membentuk seperti kubah menutupi langit di malam hari. Sky glow inilah yang menjadi penyebab penduduk di perkotaan tidak dapat melihat bintang-bintang di langit saat malam hari.
Bintang tidak menghilang di langit kecuali terjadi supernova. Posisinya tidak akan berubah hanya saja cahayanya terhalangi oleh sinar dari lampu-lampu di perkotaan.
ADVERTISEMENT
Terdapat peristiwa menarik tentang “menghilangnya” bintang yang terjadi pada tahun 1994. Saat itu terjadi gempa bumi di Los Angeles dan menyebabkan padamnya seluruh sumber listrik di sana. Kota metropolitan tersebut menjadi gelap gulita dan membuat warga di sana terlihat panik dan keluar rumah.
Saat melihat langit, di sana terdapat awan berukuran raksasa berwarna perak yang aneh dan mereka mencoba untuk menghubungi 911. Mereka tidak tahu jika awan tersebut adalah galaksi Bima Sakti dan itu adalah pertama kalinya mereka melihat galaksi.
Setelah membaca peristiwa tersebut, terdapat pemikiran ‘konyol’ yang lewat secara cepat dalam pikiran saya. “Mungkin Jakarta harus mengalami mati listrik secara total agar saya dapat melihat bintang yang terang secara kasat mata”. Tentu hal tersebut tidak mungkin karena kota metropolitan ini telah sangat ketergantungan dengan sumber daya tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui seluruh hal tersebut, rasa penasaran yang saya alami telah terjawab dengan cukup sempurna. Fenomena hilangnya bintang di langit yang dialami oleh Ibukota ternyata memiliki penyebab yang cukup kompleks yang bahkan tidak mudah untuk mengatasinya.
Walaupun saya sedikit kecewa karena harapan yang saya bangun untuk melihat bintang di tempat tinggal saya saat ini telah pupus, tetapi tidak menutup kemungkinan saya dapat melihat langit penuh bintang saat berada di kota lain nantinya.