Soeharto, Mahathir, dan Kenangan 'Macan Asia'

Konten dari Pengguna
24 Mei 2018 13:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M. SYA'RONI ROFII tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Soeharto dengan Wiranto di belakangnya. (Foto: Reuters.)
zoom-in-whitePerbesar
Soeharto dengan Wiranto di belakangnya. (Foto: Reuters.)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi masyarakat Indonesia, ternyata Soeharto adalah presiden paling berhasil. Persepsi ini dikonfirmasi oleh lembaga survei Indo Barometer bertepatan dengan 20 tahun Reformasi, (kumparan, 20/05). Hasil survei di Indonesia memang selalu bisa diperdebatkan, namun dari survei itu terselip satu pesan bahwa Soeharto masih mendapat tempat di hati penggemarnya.
ADVERTISEMENT
Soeharto memang dikenal sebagai bapak pembangunan karena kerja presiden pada periode itu sangat rapi. Para menteri direkrut berdasarkan kapasitas dan kompetensi. Para menteri ditugaskan untuk fokus pada kerja kementerian, sementara Soeharto sebagai pimpinan tertinggi menjadi pusat gravitasi yang mengelola isu politik, keamanan, dan sejenisnya.
Soeharto mengelola pemerintahannya secara tegas dan otoriter. Lepas dari kekurangan rezim Soeharto, akan tetapi pada periode itu Indonesia begitu disegani di kawasan Asia Pasifik dan mendapat predikat 'Macan Asia' bersama Singapura dan Malaysia.
Pada periode itu Malaysia dipimpin oleh Mahathir Mohamad, seorang politisi yang dibesarkan dari partai Melayu-Malaysia yaitu United Malays National Organisation (UMNO). Di bawah Mahathir, Malaysia menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang begitu disegani menikmati masa kejayaan, baik segi ekonomi maupun politik.
Mahathir Mohamad menangkan pemilu Malaysia. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Mahathir Mohamad menangkan pemilu Malaysia. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
Jika Mahathir memiliki mimpi memproduksi mobil nasional Proton, Soeharto juga memiliki obsesi menerbangkan pesawat produk sendiri berupa N-250 yang berhasil mengudara untuk pertama kalinya di langit Bandung pada 10 Agustus 1995.
ADVERTISEMENT
Di balik sukses dua pemimpin itu ada biaya yang harus dikeluarkan, yaitu meredam setiap kritik dengan tangan besi. Soeharto dan Mahathir memiliki resep yang sama bahwa pembangunan akan berjalan mulus ketika stabilitas nasional terwujud.
Di Indonesia, Soeharto telah pergi bersama memori yang telah diciptakannya selama berkuasa. Pencapaian Soeharto coba dihidupkan kembali oleh putra-putrinya yang belakangan mendirikan partai politik. Sementara di Malaysia terdapat sebuah arus baru di mana sosok Mahathir yang kini berusia 92 tahun turun gelanggang.
Narasi yang dibangun oleh Mahathir selama kampanye adalah misi menyelamatkan Malaysia. Berkali-kali Mahathir menyerang rezim Najib Razak sebagai pemimpin yang tidak lagi layak memimpin Malaysia. Skandal korupsi 1MDB yang dialamatkan kepada rezim Najib menjadi amunisi utama barisan oposisi menyerang rezim berkuasa.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalannya, ternyata kemunculan kembali Mahathir di panggung politik mendapat sambutan positif dari publik Malaysia. Niat baik Mahathir mendapat sambutan dari Anwar Ibrahim yang merupakan korban dari kebijakan Mahathir di masa lalu.
Kebesaran hati Anwar Ibrahim untuk menerima Mahathir menjadi satu faktor penentu yang mampu menciptakan tsunami politik di Malaysia.
Koalisi guru dan murid itu akhirnya mampu menumbangkan rezim Barisan Nasional. Melalui Pilihan Raya Umum (PRU) yang berlangsung 9 Mei, koalisi Pakatan Harapan dan Parti Warisan Sabah meraih 121 kursi di parlemen.
Pencapaian ini melebihi target minimum 113 kursi untuk bisa membentuk pemerintahan sendiri, (The Straits Times, 10/05). Hasil ini membawa Mahathir kembali ke posisi yang pernah didudukinya antara tahun 1981 hingga 2003.
ADVERTISEMENT
Kekalahan yang diderita oleh Barisan Nasional membuat Najib tersudut. Beberapa saat setelah panitia penyelenggara mengumumkan hasil pemilihan, Najib meyampaikan sikap penerimaan atas hasil pemilihan dan menyatakan mundur dari kursi Ketua Umum UMNO.
Selanjutnya, setelah menunjuk sejumlah posisi kunci di pemerintahan, Mahathir menunjukkan sikap tegasnya terhadap Najib. Aparat penegak hukum bekerja cepat dengan mencegah Najib terbang ke luar negeri dan melakukan penggeledahan di rumah-rumah milik putra mantan Perdana Menteri Tun Razak itu.
PM Malaysia Najib Razak (Foto: REUTERS/Nikhil Monteiro)
zoom-in-whitePerbesar
PM Malaysia Najib Razak (Foto: REUTERS/Nikhil Monteiro)
Langkah penegak hukum Malaysia yang bergerak cepat mendapat apresiasi dan kritik. Bagi Mahathir, langkah aparat penegak hukum menggeledah tempat tinggal Najib di malam hari merupakan wewenang mereka dan pasti memiliki alasan untuk melakukan itu.
Sementara Nurul Izzah Anwar yang merupakan putri Anwar Ibrahim menyatakan bahwa sebagai orang yang pernah merasakan proses hukum yang tidak adil di masa lalu, Izzah berharap agar aparat penegak hukum memberikan sedikit simpati kepada keluarga Najib yang tengah menjalankan ibadah puasa (BBC, 17/05).
ADVERTISEMENT
Kini, Malaysia tengah memasuki era baru bersama politisi lama. Mahathir selaku politisi senior dalam banyak kesempatan menyampaikan bahwa ia telah kehilangan ambisi untuk kekuasaan, ia hanya memiliki misi untuk menyelamatkan Malaysia dari kehancuran akibat rezim terdahulu.
Sementara Anwar, yang merupakan menteri ekonomi terbaik era Mahathir, baru bebas dari penjara dan mendapat pemaafaan dari kerajaan berpotensi menjadi kolaborasi yang akan mengembalikan Malaysia kepada derajat yang pernah mereka raih di masa lalu sebagai salah satu 'Macan Asia'.
Setelah 20 tahun Reformasi, Indonesia memang tengah berupaya mencari keseimbangan, persoalan lama berupa korupsi yang menjadi musuh bersama saat rezim Soeharto tumbang ternyata masih belum mampu diselesaikan secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT