Konten dari Pengguna

"Namanya Juga Anak-Anak": Antara Pemakluman dan Tanggung Jawab

M Tri Ikbal F S
Saya adalah seorang mahasiswa manajemen di Universitas Negeri Yogyakarta
27 Februari 2025 19:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Tri Ikbal F S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pentingnya disiplin dan tanggung jawab. Foto oleh M Tri Ikbal F S (Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Pentingnya disiplin dan tanggung jawab. Foto oleh M Tri Ikbal F S (Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Pernyataan “namanya juga anak-anak” sering digunakan oleh orang tua dan masyarakat untuk normalisasi perilaku anak yang dianggap wajar sesuai dengan usia mereka. Pernyataan ini mencerminkan pemahaman bahwa anak-anak masih dalam proses belajar dan berkembang. Namun, jika digunakan secara berlebihan tanpa diimbangi dengan bimbingan yang tepat, hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, terutama dalam aspek disiplin, sosial, dan kognitif.
ADVERTISEMENT
Dampak pada Disiplin
Anak yang terus-menerus dimaklumi tanpa diberikan aturan yang jelas risiko tumbuh tanpa memahami batasan dalam etika dan bertindak. Mereka mungkin kesulitan membedakan perilaku yang dapat diterima dan yang tidak di lingkungan masyarakat. Akibatnya, anak cenderung mengabaikan tanggung jawab dan sulit mengikuti aturan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sosial. Contohnya anak yang selalu dibiarkan tidak membereskan mainannya dengan alasan “namanya juga anak-anak” mereka bisa tumbuh menjadi individu yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya di masa yang akan datang. Tanpa disiplin, anak juga kesulitan mengelola waktu dan menyelesaikan kewajiban, seperti mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) atau membantu orang tua dalam membersihkan rumah.
Dampak pada Sosial
Terlalu banyak pemakluman dapat membuat anak kurang memahami konsekuensi dari tindakan mereka terhadap orang lain. Anak yang terbiasa dimaklumi saat bersikap kasar atau tidak sopan mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. Mereka cenderung kurang peka terhadap perasaan orang lain, kurang menghargai norma sosial, atau bahkan kesulitan bekerja sama dalam kelompok. Jika dibiarkan, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang egois dan kurang rasa empati. Contohnya anak yang selalu dibiarkan memotong pembicaraan orang lain tanpa diberi tahu bahwa hal itu tidak sopan, mungkin akan kesulitan memahami pentingnya mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
ADVERTISEMENT
Dampak pada Kognitif
Terlalu sering menoleransi kesalahan anak tanpa memberikan arahan atau bimbingan yang tepat dapat menghambat perkembangan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Anak yang selalu dimaklumi tanpa diberikan tantangan atau koreksi cenderung kurang terlatih dalam menghadapi masalah dan mencari solusinya secara mandiri. Selain itu, jika orang tua atau pendidik terlalu sering menggunakan pola pikir “namanya juga anak-anak” mereka mungkin tidak mendapatkan stimulasi intelektual yang cukup. Dorongan untuk bertanya, mengeksplorasi, dan belajar dari kesalahan mereka sendiri bisa terhambat. Penelitian oleh Sundari (2016) menunjukkan bahwa stimulasi bahasa dari orang tua, seperti percakapan aktif dan membacakan cerita, berperan penting dalam meningkatkan kemampuan bahasa dan kognitif anak. Tanpa stimulasi yang memadai, pemahaman berpikir dan komunikasi anak bisa terhambat.
ADVERTISEMENT
Keseimbangan antara Pemakluman dan Bimbingan
Di satu sisi, memahami bahwa anak masih dalam proses belajar dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan mereka. Ketika kesalahan mereka tidak langsung dihukum dengan kasar, anak tumbuh lebih percaya diri, kreatif, dan mandiri. Selain itu, pemakluman yang tepat juga bisa membuat anak merasa didukung, sehingga membangun hubungan emosional yang sehat dengan orang tua. Namun, di sisi lain, terlalu sering menggunakan pernyataan “namanya juga anak-anak” tanpa diimbangi dengan bimbingan dapat berdampak negatif. Anak perlu memahami batasan, aturan, dan tanggung jawab agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, membangun hubungan yang sehat, dan mengembangkan rasa empati terhadap orang lain.
Solusi untuk Orang Tua
Untuk menghindari dampak negatif tersebut, orang tua perlu menerapkan pendekatan yang seimbang antara pemahaman dan pendidikan. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
ADVERTISEMENT
1. Tetapkan aturan yang jelas dan konsisten, karena ini dapat membantu anak menjadi disiplin dan bertanggung jawab
2. Berikan contoh yang baik, karena anak akan meniru perilaku orang tua dalam membentuk karakter positif.
3. Berikan stimulasi kognitif, dengan cara mengajak anak berbicara, membaca buku bersama, atau bermain permainan yang merangsang berpikir kritis.
4. Ajarkan empati dan tanggung jawab, bantu anak memahami perasaan orang lain dan konsekuensi dari tindakan mereka.
Kesimpulan
Pemakluman terhadap anak memang penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, tetapi harus diimbangi dengan bimbingan dan batasan yang jelas. Dengan pendekatan yang seimbang, orang tua tidak hanya membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka. Anak-anak adalah pembelajar yang hebat, dan dengan dukungan yang tepat, mereka dapat berkembang menjadi individu yang disiplin, mandiri, dan berempati.
ADVERTISEMENT
Referensi
Sundari, H. (2016). Pengaruh Input Bahasa Orang Tua Terhadap Kompleksitas Bahasa Anak: Studi Kasus Pada Anak Usia 5 Tahun Melalui Interactive Shared Reading. Volume 16(1), 110-121. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v16i1.3067