Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Demak : Kerajaan Maritim Islam Pertama di Jawa
25 November 2024 17:47 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Yusron tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago state. Kata archipelago sering diterjemahkan sebagai “kepulauan” yaitu berupa kumpulan pulau yang dipisahkan oleh permukaan air laut. Sebenarnya ada perbedaan pengertian fundamental antara kepulauan dan archipelago. Kepulauan diartikan sebagai kumpulan pulau, sedangkan istilah archipelago berasal dari bahasa latin “archipelagus” yang berasal dari kata archi yang berarti utama dan pelagus yang berarti laut, sehingga memiliki arti “laut utama”. Istilah ini mengacu pada laut tengah masa Romawi. Maka dari itu, makna asli dari kata archipelago sebenarnya bukan merupakan kumpulan pulau, tetapi laut yang dimana terdapat sekumpulaan pulau.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara bahari, Indonesia tidak hanya mempunyai satu “laut utama” atau heartsea setidak ada tiga laut utama yang membentuk Indonesia sebagai sea system yaitu laut Jawa, laut Flores, dan laut Banda. Pada zaman kerajaan Islam, jalur perdagangan antar pulai di Indonesia (antara Sumatera-Jawa, Jawa-Kalimantan, Jawa-Maluku, Jawa-Sulawesi, Sulawesi-Maluku, Sulawesi-Nusa Tenggara, dan lain sebegainya) menjadi bagian yang inheren dalam konteks perdagangan internasional.
Banyaknya rute pelayaran dan perdagangan di perairan Nusantara, rute pelayaran dan perdagangan yang melintasi laut Jawa merupakan rute yang paling ramai. Hal ini mudah dipahami karena laut Jawa berada di tengah kepulauan Indonesia. Laut Jawa hanya mempunyai ombak yang relatif kecil dibandingkan dengan laut lain yang ada di Indonesia dan sekitarnya, seperti laut Cina Selatan, Samudra Hindia, Samudra Pasifik, Laut Arafuru, Laut Banda, dan lain sebagainya. Dalam konteks ini laut jawa berfungsi sebagai jembatan penghubung pusat dagang di sepanjang pantai yang berkembang karena pelayaran dan perdagangan melalui laut Jawa, salah satu kota perdagangan yang berkembang adalah Demak.
ADVERTISEMENT
Setelah raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Kemunduran kerajaan ini disertai dengan kehilangan bagian wilayahnya yang berturut-turut melepaskan diri serta bertepatan dengan kedatangan agama Islam. Berdasarkan cerita babad, Brawijaya yang merupakan raja Majapahit merupakan ayah Raden Patah, Raja Demak. Menurut cerita, setelah Raden Patah berhasil merobohkan Majapahit, kemudian dia memindahkan semua alat upcara kerajaan dan semua pusaka Majapahit ke Demak.
Tujuan pemindahan itu adalah sebagai lambang tetap berlangsungnya kerajaan kesatuan Majapahit, namun dalam bentuk yang baru di Demak. Secara geografis, Demak sangat menguntungkan baik untuk perdagangan ataupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu sedikit lebar dan bisa dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang bisa mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan tradisi Mataram Jawa Timur, raja Demak yang pertama adalah Raden Patah merupakan putra raja Majapahit yang terakhir, dalam legenda bernama Brawijaya. Menurut cerita babad dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, pengganti Raden Patah adalah “Pangeran Sabrang Lor”. Nama itu berasal dari daerah tempat tinggalnya di “Seberang Utara”. Tetapi, menurut Tome Pires penguasa kedua di Demak ialah Pate Rodin Jr. Dia memiliki armada laut yang terdiri dari 40 kapal jung. Pada masa ini beberapa wilayah bisa ditaklukkan. Berdasarkan babad, penguasa ketiga adalah Tranggana atau Trenggana. Raja ini telah meresmikan Masjid Raya di Demak.
Pada tahun 1546 dalam berita Portugis menyebutkan raja Trenggana gugur dalam ekspedisi ke Panarukan di ujung timur Jawa. Tome pires menyebut nama sultan ini Pate Rodin Jr atau Patih Rodin Muda. Dalam kurun waktu itu wilayah kerajaan telah diperluas ke barat dan ke timur serta masjid Demak telah dibangun sebagai lambang kekuasaan Islam. Kekuataan Demak yang terpenting ialah kota pelabuhan Jepara, yang merupakan kekuatan laut terbesar di laut Jawa. Pada masa trenggana, dia berusaha memimpin sebuah koalisi Islam yang bisa menghancurkan kerajaan Hindu-Budha utama terakhir yang berpusat di Kediri.
ADVERTISEMENT
Kerajaan Demak di pandang sebagai pengganti Majapahit pada tahun 1515 yang wilayahnya meliputi daerah pesisir utara pulau Jawa dari Demak sampai Cirebon dan Palembang. Kerajaan Demak juga meliputi Jepara, merebut Banten di tahun 1524 dan Sunda Kelapa tahun 1526. Adapun wilayah-wilayah sebelah timur Demak ditaklukkan dengan peperangan antara tahun 1525-1546. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh daerah pesisir utara pulau Jawa, di sebelah timur sampai Panarukan.
Selama abad ke-16, terjadi juga suatu perubahan di bidang budaya di kota-kota pelabuhan di Jawa, yang saat itu merupakan pusat kekayaan dan ide yang menarik minat orang Jawa yang berbakat. Masjid dan makam suci dibangun dengan paduan batu bata dan seni hias Majapahit serta pilar-pilar raksasa dari kayu meniru pendopo Jawa untuk keperluan ritual Islam. Kreativitas seni panggung Jawa diubah atau diciptakan bisa jadi berupa penggantian bentuk manusia dengan bentuk wayang yang disesuaikan agar tidak mengganggu orang-orang Islam.
ADVERTISEMENT
Norma-norma Islam tentunya bukan satu-satunya yang terdapat di kota pesisir di abad ke-16. Dapat dibayangkan adanya sebuah inti orang saleh di sekitar masjid di kota-kota pelabuhan mempunyai hubungan internasional, arus tidak terputus-putus (konstan) dari orang-orang Jawa non Muslim dari pedalaman serta keraton yang berusaha untuk memperoleh dukungan baik dari Islam ataupun dari orang Jawa.