Mengerti Arti Keluarga Melalui Anime dan Buku

Maaghna Ramadhan
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
15 Februari 2023 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maaghna Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Semasa dan Anime Clannad (sumber: goodreads dan tangkapan layar)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Semasa dan Anime Clannad (sumber: goodreads dan tangkapan layar)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sesudah menamatkan studi di sekolah menengah atas, penulis mencoba mengisi kosongnya keseharian yang tiada kegiatan (sambil menunggu hasil seleksi ujian masuk perguruan tinggi) mencoba menonton anime dan membaca buku.
ADVERTISEMENT
Jujur, penulis bukanlah orang yang gemar membaca buku, bahkan tidak menyukai bau buku yang baru dibeli. Jadi menonton anime adalah sesuatu pilihan yang paling bisa ditelan penulis waktu itu.
Clannad, merupakan anime yang tersugesti ke dalam pikiran penulis waktu itu. Novel ringan karya KEY yang kemudian diadaptasi menjadi anime oleh studio Kyoto Animation tersebut dirilis pada tahun 2004.
Waktu awal menonton, penulis menganggap bahwa anime ini merupakan seri “cengeng” dan “cinta-cintaan” dua orang remaja pada umumnya. Setelah menonton beberapa episode, penulis pun merasa diikat oleh pengembangan karakter dan alur cerita dari Clannad ini.
Satu seri pun dimakan habis dalam waktu satu minggu. Seharusnya penulis berhenti pada akhir cerita yang bahagia di seri pertama Clannad ini. Namun, ada keinginan tersendiri yang berkata “lanjutkan, kau tidak akan menyesal”.
ADVERTISEMENT
Cerita selanjutnya hanya dibasahi dengan air mata yang tidak terhitung jumlahnya.
Beberapa hari sebelum penulis menulis artikel ini, penulis mencoba membaca sebuah novel karangan Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang yang berjudul “Semasa”. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan novel ringan yang mengandung 149 halaman.
Setelah membaca habis novel ini selama 3 jam, tiba-tiba penulis terbang ke masa lalu. Masa-masa di mana di mana air mata jatuh sederas-derasnya saat dan setelah menonton seri kedua dari Clannad.
Clannad dan Semasa sama-sama berporos pada bahasan keluarga dan, seperti yang ditulis pada halaman belakang Semasa, “pada akhirnya, ‘selamanya’ bukan pilihan.”
Mulai dari Clannad.
Clannad pada dasarnya menceritakan mengenai seorang pria SMA (Tomoya) yang tidak begitu peduli dengan keluarga dan lebih memilih untuk hidup di luar rumah dibanding harus di rumah, dipertemukan dengan seorang wanita yang dua tahun lebih tua, namun tetap seangkatan, yang sangat mengamini serta mencintai ide dari keluarga.
ADVERTISEMENT
Singkatnya merekapun menikah dan dikarunai seorang anak laki-laki. Namun, Nagisa, sang pemeran utama perempuan, meninggal saat melahirkan anak laki-laki mereka.
Di saat Tomoya mulai meng-amin-i arti dari sebuah keluarga, tidak lama, poros kehidupannya, Nagisa, dirampas darinya. Ia menyalahkan dirinya dan sekitarnya, bahkan Ushio yang merupakan anak satu-satunya, akibat hilangnya pujaan hatinya.
Namun, setelah hidup dengan Ushio dan mengambil banyak hikmah dari beberapa momen dengan Ushio, ia pun akhirnya memahami konsep keluarga yang ditanam dan dipercayai Nagisa semasa hidupnya.
Novel ‘Semasa’ mencakup spektrum lain dari keluarga. Bercerita mengenai dua kubu keluarga yang ingin menjual suatu Villa yang dibangun di atas tanah peninggalan kakek sang karakter utama. Tentu saja, konsep keseluruhan cerita ini berpusat pada villa ini.
ADVERTISEMENT
Villa yang menyimpan banyak kenangan antara kedua karakter utama, Coro dan Sachi semasa kecil ini harus dijual dengan alasan tertentu.
Namun, kejadian tak terduga pun terjadi dan villa tersebut hampir tidak jadi terjual. Perdebatan pun hadir antara dua keluarga, Bapak dan Bibi, Coro dan Sachi mengenai masa lalu yang mengungkit masa lalu dari kedua belah pihak pemilik villa ini.
Perdebatan yang justru membuka pandangan kedua belah pihak untuk mengerti arti keluarga dan frasa “tidak ada yang ‘selamanya’ di dunia ini, harus ada yang dikorbankan”.
Perdebatan yang membuat dua pandangan yang berbeda akhirnya saling mengerti, perdebatan yang mengharuskan kedua belah pihak harus melangkah, entah ke depan atau kembali ke masa lalu.
ADVERTISEMENT
Setelah menamatkan keduanya, penulis yang dahulu tidak begitu memahami konsep keluarga dan arti dari entitas tersebut, terseret masuk dan terikat kuat dengan konsep keluarga ini.