Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Ada Festival Tari Seblang Banyuwangi di Idul Fitri
19 Juni 2017 21:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Mad Paijo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berhari raya Idul Fitri di Desa Olehsari Kecamatan Glagah, Banyuwangi, selalu menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat Osing (penduduk asli Banyuwangi) di sana, punya tradisi Seblang. Tarian supranatural yang diperankan seorang perempuan (belum akil baliq) yang masih suci. Tahun ini, dilihat dari jadwalnya akan digelar 30 Juni atau 5 hari lebaran Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Jadwal itu belumlah menjadi keputusan. Karena sejatinya penentuan waktu dan siapa yang menarikan tarian Seblang dilakukan secara supranatural. Dimana tetua adat akan mengalami kerasukan roh leluhur. Ditahun sebelumnya, 6 hari sebelum Idul Fitri. Biasanya, waktu pelaksanaan masih dalam suasana Idul Fitri. Bisa 5 hari lebaran atau seminggu setelah Idul Fitri.
Lantas siapa penarinya? Sang penari Seblang haruslah perempuan yang belum dewasa-masih perawan-dan keturanan dari penari Seblang pertama. Sekali lagi, hasilnya tergantung dari petunjuk roh leluhur yang merasuki tubuh tetua adat. Meski begitu persiapan segala sesuatunya akan disegerakan saat mendekati Idul Fitri, seperti sekarang ini.
Keharusan gelarannya mutlak tak bisa ditunda masyarakat Osing setempat. Dan kewajiban itu berlangsung turun temurun hingga kelak. Seblang menjadi upacara adat penolak bala (marabahaya). Kata Seblang sendiri akronim dari kata "Sebele Ilang" yang artinya bahayanya hilang. Kira-kira maksudnya seperti itu.
ADVERTISEMENT
Pada hari pelaksanaan, sang penari akan diiringi keluarga dan para tokoh adat. Berjalan dari rumah menuju pentas yang ada di jantung desa. Sebelum mulai berjalan, tetua adat akan merapalkan mantera sembari membakar kemenyan pada smahkota Seblang yang diletakan di nampan bambu.
Nampan berisi mahkota Seblang itu nantinya akan dipegang penari di pentas utama yang ditengahnya terpasang payung berukuran besar (payung agung). Jika nampan tersebut jatuh ke tanah, pertanda raga penari telah berganti jiwa. Alunan perkusi dan nyanyian sinden mulai bergema hingga 40an judul gending.
Yang menjadi deg-degan saat penari melempar selendang ke arah penonton. Siapa yang terkena selendang, itu maka dia wajib untuk naik ke pentas dan menari bersama Seblang. Berapa lama? tergantung dari penari Seblang yang memintanya. Siapa yang menolak, dalam hitungan tak lebih dari satu menit akan tak sadarkan diri. Percaya atau tidak, silahkan datang untuk menyaksikan saja.
Saat-saat yang ditunggu adalah saat memasuki alunan gending "Kembang Dirmo". Dimana sang penari yang kesurupan berjualan sekuntum kembang ke penonton. Harganya tak lebih dari Rp 5 ribu saja. Beberapa kuntum bunga yang ditancapkan dibilah bambu, ini menjadi rebutan. Warga disana percaya bahwa dengan meminum rendaman kembang, itu menjadi media enteng rejeki, jodoh serta keselamatan.
ADVERTISEMENT
Meski sangat kental dengan aroma mistis, daya tarik Seblang tak lekang dimakan kemajuan jaman. Pemerintah Daerah Banyuwangi sendiri memproteksi warisan budaya, itu dengan menjadikannya sebuah atraksi budaya di agenda resmi Banyuwangi Festival.
Meski kekinian "bermetamorforsa" menjadi sebuah daya tarik wisata, Pemerintah Daerah Banyuwangi (harusnya) tak berani jauh intervensi. Sekali lagi, ini dikarenakan adalah tradisi yang menjadi jejak eksistensi suku asli Banyuwangi. Dengan harapan tradisi ini akan lestari, sekaligus bisa mendongrak pundi-pundi ekonomi.