Konten dari Pengguna

Menari Bersama Roh Suci Penjaga Desa di Banyuwangi

Mad Paijo
Mencintai Bumi Allah beserta isinya.
28 Juni 2017 9:00 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mad Paijo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menari Bersama Roh Suci Penjaga Desa di Banyuwangi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bicara Banyuwangi, bukan hanya gunung dan pantai saja, tapi juga tradisi asli yang masih asri hingga kini. Di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, masyarakat Osing-penduduk asli Banyuwangi- disana punya upacara adat Seblang. Sebuah tarian supranatural untuk bersih desa yang diperankan seorang perempuan (belum akil baliq) yang masih suci. Tahun ini, dilihat dari agenda Banyuwangi Festival, Seblang Olehsari akan digelar dua hari kedepan (30 Juni 2017).
ADVERTISEMENT
Jadwal itu belumlah final. Karena sejatinya penentuan waktu dan siapa yang menarikan tarian Seblang akan dilakukan secara supranatural. Dimana tetua adat akan mengalami kerasukan roh leluhur. Ditahun sebelumnya, tari Seblang Olehsari digelar lebih lambat dari jadwal semulal. Namun biasanya, waktu pelaksanaan masih dalam suasana Idul Fitri.
Lantas siapa penarinya? Sang penari Seblang haruslah perempuan yang belum dewasa-masih perawan-dan keturanan dari penari Seblang pertama. Sekali lagi, hasilnya tergantung dari petunjuk roh leluhur yang merasuki tubuh tetua adat. Meski begitu persiapan segala sesuatunya akan disegerakan saat mendekati Idul Fitri, seperti sekarang ini.
Menari Bersama Roh Suci Penjaga Desa di Banyuwangi (1)
zoom-in-whitePerbesar
Keharusan gelarannya mutlak tak bisa ditunda masyarakat Osing setempat. Dan kewajiban itu berlangsung turun temurun hingga kelak. Seblang menjadi upacara adat penolak bala (marabahaya). Kata Seblang sendiri akronim dari kata "Sebele Ilang" yang artinya bahayanya hilang. Kira-kira maksudnya seperti itu.
ADVERTISEMENT
Pada hari pelaksanaan, sang penari akan diiringi keluarga dan para tokoh adat. Berjalan dari rumah menuju pentas yang ada di jantung desa. Sebelum mulai berjalan, tetua adat akan merapalkan mantera sembari membakar kemenyan pada smahkota Seblang yang diletakan di nampan bambu.
Nampan berisi mahkota Seblang itu nantinya akan dipegang penari di pentas utama yang ditengahnya terpasang payung berukuran besar (payung agung). Jika nampan tersebut jatuh ke tanah, pertanda raga penari telah berganti jiwa. Alunan perkusi dan nyanyian sinden mulai bergema hingga 40-an judul gending.
Menari Bersama Roh Suci Penjaga Desa di Banyuwangi (2)
zoom-in-whitePerbesar
Yang menjadi deg-degan saat penari melempar selendang ke arah penonton. Siapa yang terkena selendang, itu maka dia wajib untuk naik ke pentas dan menari bersama Seblang. Berapa lama? tergantung dari penari Seblang yang memintanya. Siapa yang menolak, dalam hitungan tak lebih dari satu menit akan tak sadarkan diri. Percaya atau tidak, silahkan datang untuk menyaksikan saja.
ADVERTISEMENT
Saat-saat yang ditunggu adalah saat memasuki alunan gending "Kembang Dirmo". Dimana sang penari yang kesurupan berjualan sekuntum kembang ke penonton. Harganya tak lebih dari Rp 5 ribu saja. Beberapa kuntum bunga yang ditancapkan dibilah bambu, ini menjadi rebutan. Warga disana percaya bahwa dengan meminum rendaman kembang, itu menjadi media enteng rejeki, jodoh serta keselamatan.
Menari Bersama Roh Suci Penjaga Desa di Banyuwangi (3)
zoom-in-whitePerbesar
Meski sangat kental dengan aroma mistis, daya tarik Seblang tak lekang dimakan kemajuan jaman. Pemerintah Daerah Banyuwangi sendiri memproteksi warisan budaya, itu dengan menjadikannya sebuah atraksi budaya di agenda resmi Banyuwangi Festival.
Meski kekinian "bermetamorforsa" menjadi sebuah daya tarik wisata, Pemerintah Daerah Banyuwangi (harusnya) tak berani jauh intervensi. Ini karena sebuah tradisi yang menjadi jejak eksistensi suku asli Banyuwangi. Dengan harapan, tradisi ini akan lestari sekaligus bisa mendongrak pundi-pundi ekonomi.
ADVERTISEMENT