Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Nira Kelapa Penyambung Nyawa
11 Juli 2017 16:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Mad Paijo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nira kelapa atau air sari pohon kelapa menjadi harapan bagi puluhan kepala keluarga di perkebunan Sumbermanggis, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Nira bila diolah sedemikian rupa akan menjadi gula jawa atau gula merah. Nira ini juga sebagai penyambung nyawa para pengrajin dan keluarganya. Namun sepertinya itu mulai terancam dengan tingkat produktifitas pohon kelapa yang kian tak berdaya.
ADVERTISEMENT
Setiap pengrajin diberi hak dan tanggung jawab pihak pengelola perkebunan untuk menyadap nira dan merawat dari lebih 70 pohon kelapa. Dalam lima tahun belakangan, setiap pohonnya paling banyak bisa menghasilkan satu liter lebih nira. Namun pengrajin hanya mampu menyadap nira kurang dari 25 pohon kelapa saja. Mahfum, dibutuhkan stamina dan kehati-hatian ekstra saat bekerja di ketinggian.
Sebab itu pekerjaan menyadap dilakukan para lelaki. Sedangkan para wanitanya bekerja di dapur pengolahan nira sembari mengasuh anak-anaknya. Untuk membuat gula merah 15 kg dibutuhkan nira sekitar 30 liter. Nira diolah secara tradisional di dapur pengolahan. Nira dituang ke loyang besar diatas tungku perapian yang baranya dari kayu bakar atau sekam padi.
Dibutuhkan waktu berjam-jam untuk memasak nira hingga mengental dengan cara diaduk terus menerus. Agar tidak meluap nira yang sudah mendidih diberi parutan kelapa. Bila adonan nira mengental akan diangkat dan dituang ke mangkok-mangkok kecil dan dibiarkan hingga dingin. Kemudian jadilah gula merah. Gula-gula ini wajib disetorkan ke perkebunan tempat mereka bernaung.
ADVERTISEMENT
"Gula kami tanpa pengawet, " cetus salah satu pengrajin.
Gula merah yang dibuat disini (katanya) dibeli salah satu perusahaan swasta nasional melalui perkebunan. Sepertinya gula tanpa pengawet adalah permintaan khusus dari sang pembeli tersebut.
Sayangnya, para pengrajin merasa resah dengan tingkat produktifitas pohon kelapa yang semakin menurun. Pohon kelapa yang terus menerus disadap niranya butuh sentuhan perawatan pupuk. Sedikitnya satu tahun sekali. Sedangkan pengrajin mengaku tak memiliki dana yang cukup untuk melakukannya.
"Uang hasil dari jula gula merah habis untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan beli kayu bakar serta peralatan kerja," tandasnya.