Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Telaga Rowo Bayu: Hening, Adem dan Magis
4 Juni 2017 10:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Mad Paijo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Telaga ini tersembunyi dibalik rimbunnya hutan di punggungan gunung Raung di Banyuwangi, Jawa Timur. Masyarakat setempat lebih sering menyebutnya "Rowo Bayu". “Rowo” dalam bahasa Indonesia adalah Rawa. Adapun “Bayu” adalah Angin, yang juga menjadi nama desa dimana kawasan danau itu berada.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, air danau ini sangat bening karena mata airnya bersumber dari pegunungan Raung. Warna hijau danau yang tampil, tercipta dari tanaman air yang tumbuh subur didasarnya. Rowo Bayu sendiri berada di kawasan KRPH Perhutani Banyuwangi Barat, atau di Dusun Sambungrejo Desa Bayu, Kecamatan Songgon. Sekitar 50 Km, arah Barat Tenggara dari pusat kota Banyuwangi.
Pesona alamnya yang masih alami menciptakan atmosfir yang menenangkan. Hawa yang sejuk, gemercik air dari pancaran mata air berpadu dengan suara alam lainnya, menghanyutkan dalam heningnya alam.
Rowo Bayu erat dengan nilai historis, religi dan budaya. Tempat ini menjadi juga menjadi destinasi wisata spiritual. Danau unik ini salah satu jejak yang erat kaitannya dengan sejarah babat Banyuwangi. Sumber sejarah menyebutkan, Desa Bayu saat itu menjadi pusat kekuatan masa kerajaan Blambangan dalam memerangi dan mengalahkan kaum penjajah VOC Belanda.
ADVERTISEMENT
Konon, pada masa Prabu Tawang Alun memerintah Kerajaan Blambangan, Rowo Bayu tempat favoritnya untuk meditasi. Lokasi meditasi sang Raja berada di pojok kanan sebelah utara dari telaga. Disana telah berdiri bangunan beraksitektur Bali. Didalam bangunan bersemayam batu yang tercetak bekas kaki Prabu Tawang Alun selama meditasi.
Disekitar bangunan meditasi ada tiga mata air yang mengalirkan air yang sangat bening dan dingin. Yaitu sumber Kamulyan, sumber Kaputren dan sumber Dewi Gangga. Mata air ini belum pernah berhenti mengalir meski musim kemarau sekalipun. Keberadaannya sangat dihormati dan disakralkan.
"Tidak diperkenankan pengunjung untuk buang air kecil di sekitarnya. Sumber air hanya untuk kebutuhan spiritual," demikian kata Mbah Saji, juru kunci Rowo Bayu.
ADVERTISEMENT
Hal unik lainnya adalah rute yang mengelilingi tepian telaga seluas lapangan sepak bola, itu. Jalan setepak ini disediakan bagi pengunjung untuk berjalan mengelilingi danau. Tidak sedikit pengunjung yang tidak menyelesaikan rute yang berawal dan berakhir di tempat yang sama tersebut. Hal ini dianggap menunjukan yang bersangkutan tidak memiliki “nyali” untuk menuntaskan perjalanan hidupnya.
“Kalau sudah berjalan, ya selesaikan perjalanannya," pesan Mbah Saji.
Terlepas dari itu, pesona alam serta atmosfir Rowo Bayu sangat nyaman sebagai tempat menenangkan diri. Entah sekedar relaksasi ataupun untuk meditasi ringan yang berguna bagi kesehatan. Untuk bersantai di sini tarif tiket masuk Rp 4 ribu per orang.