Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Teror Garam di Rumah Wartawan
28 Juli 2017 14:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Mad Paijo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teror ini bukan representasi dari kegaduhan kelangkaan garam yang terjadi di negeri ini. Bukan, tidak ada kaitannya. Hanya peristiwanya kebetulan terjadi di rentang itu. Rumah rekan saya (nama tidak saya sebutkan) ditaburi garam oleh seseorang, Rabu (26/7/2017) kemarin menjelang petang.
ADVERTISEMENT
Pelakunya seorang wanita tua. Datang dengan mengendarai sepeda motor membonceng seorang pria muda . Tanpa permisi sang perempuan tua langsung masuk ke halaman rumah dan menebar garam hingga beberapa kali. Di pelataran depan sebelah kiri dan persis di depan pintu rumah. Si perempuan tua tak menyadari bila kedatangan dan aksinya itu terlihat istri rekan saya yang berada dibalik jendela besar berkaca riben.
Meski hanya garam namun cukup merisaukan tuan rumah. Teror, demikian rekan saya yang berjambang ini menyebutnya. Teror berselimut magis. Garam dalam mitologi Banyuwangi kerap dijadikan media ritual supranatural. Dukun, pawang hujan, ahli supranatural dkk, adalah penggunanya. Konon, garam ditebar agar sang "korban" bisa menuruti apa maunya sang peneror. Atau bahkan celaka!
ADVERTISEMENT
"Meski hanya garam tapi membuat hati tidak nyaman. Semoga Allah tetap melimpahi saya dan keluarga dengan perlindunganNya," katanya.
Kejadian teror garam ini mengingatkan pengalaman saya pribadi beberapa tahun silam. Dimana kenalan saya yang saat itu mencalonkan diri dalam Pilkades mendapat teror serupa. Nyaris tiap pagi, usai salat Subuh ia mendapati garam bertebaran memenuhi halaman rumahnya. Garam juga saya dapati memenuhi pintu masuk kantor Kepala Desa, usai pemungutan suara. Tapi, kenalan saya tetap terpilih, yang hingga kini masih menjabat.
Teman wartawan tadi masih bersyukur karena teror menggunakan garam. Tak terbayang bila air keras. Seperti yang dialami penyidik KPK, Novel Baswedan, yang membuat salah satu matanya cacat 95 persen. Semoga Allah selalu melindungimu kawan.
ADVERTISEMENT