Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) di Kampus: Antara Kebebasan dan Larangan
12 Mei 2024 9:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Madjid Fahdul bahar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam era di mana teknologi berkembang dengan kecepatan yang luar biasa, mahasiswa menjadi salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh inovasi-inovasi tersebut. Salah satu contoh terkini adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu dalam mengerjakan tugas-tugas akademis. Kemajuan dalam bidang AI telah memberikan mahasiswa akses kepada alat yang dapat memfasilitasi dan mempercepat proses penyelesaian tugas-tugas mereka. AI menjadi solusi yang sangat berguna bagi sebagian mahasiswa dalam mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis mereka. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, masih banyak mahasiswa yang terjerumus dalam penggunaan AI tanpa memahami sepenuhnya implikasi etisnya.
ADVERTISEMENT
Penggunaan AI dalam konteks akademis sering kali menimbulkan pertanyaan tentang etika dan kejujuran. Beberapa institusi pendidikan memandang penggunaan AI sebagai bentuk kecurangan dalam mengerjakan tugas. Mereka berpendapat bahwa mahasiswa seharusnya mengandalkan kemampuan dan pengetahuan mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis, tanpa bantuan dari teknologi AI. Namun, di sisi lain, beberapa mahasiswa berpendapat bahwa penggunaan AI seharusnya dianggap sebagai alat bantu semata, bukan sebagai bentuk kecurangan. Perspektif ini muncul karena tidak adanya larangan yang tegas terhadap penggunaan AI dalam pedoman penulisan karya ilmiah di Universitas Jember.
Namun, permasalahan muncul ketika mahasiswa yang menggunakan AI untuk membantu tugas-tugas mereka dihukum tanpa dasar yang jelas. Kehadiran AI dalam konteks pendidikan memicu pertanyaan tentang keadilan dan konsistensi dalam penilaian. Jika tidak ada larangan yang spesifik terhadap penggunaan AI, apakah wajar untuk menghukum mahasiswa yang menggunakannya? Ini menyoroti masalah subjektivitas dalam penilaian, di mana keputusan tentang apakah penggunaan AI dianggap sebagai kecurangan atau tidak, seringkali bergantung pada pandangan subyektif dari pihak yang menilai.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah lingkungan pendidikan yang terbuka terhadap inovasi, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dari penggunaan teknologi baru. Universitas dan lembaga pendidikan harus bekerja sama untuk mengembangkan pedoman yang jelas tentang penggunaan teknologi AI di lingkungan akademis. Pedoman ini harus mencakup penjelasan yang jelas tentang bagaimana AI dapat digunakan secara etis sebagai alat bantu dalam pembelajaran dan penelitian, sambil juga menetapkan batasan yang jelas tentang apa yang dianggap sebagai kecurangan.
Dengan demikian, penting bagi institusi pendidikan untuk mengadopsi pendekatan yang seimbang dalam mengelola penggunaan teknologi AI di lingkungan akademis. Sementara memfasilitasi akses terhadap teknologi canggih, mereka juga harus memastikan bahwa penggunaannya dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai etika dan integritas akademis. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa perkembangan teknologi AI memberikan kontribusi positif yang berkelanjutan dalam dunia pendidikan, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran. Peran etika dan integritas harus senantiasa dijunjung tinggi dalam menghadapi tantangan penggunaan teknologi AI di lingkungan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Live Update