Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Berbagi Tanpa Batas Membuat Manusia Bahagia dengan 5 Cara
23 Oktober 2021 21:54 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Mutia Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbagi tanpa batas membuat hidup lebih bermakna. Hidup akan menyenangkan ketika kita bisa menemukan keindahan dalam kesederhanaan. Hidup menjadi tanpa beban ketika kita tidak perlu banyak hal untuk bahagia. We don't need to be constantly happy, but we need to constantly move forward.
ADVERTISEMENT
Hidup lebih sederhana jadi cara kita bisa survive di masa pandemi ini tanpa harus menuturkan semangat berbagi tanpa batas ke sesama. Hiduplah dengan tahu arti kata ‘cukup,’ kemudian berikan apa yang kita punya untuk saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan.

Tak perlu pusing memikirkan bagaimana Tuhan merancang hidup kita. Ketika kita belajar menghargai orang-orang di sekitar kita, memetik pelajaran dari sekecil apa pun pengalaman, selalu ingin bangkit setiap kali jatuh, maka hidup akan berjalan dengan sendirinya.
Orang cerdas berpikir dengan cara cerdas. Orang bahagia berpikir dengan cara bahagia. Kita tak perlu khawatir apa yang akan terjadi nanti, tetapi lihatlah apa yang kita miliki saat ini dan langkah apa yang bisa kita lakukan untuk nanti yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Satu kita berikan, dua yang kelak kita dapatkan. Investasi mana lagi yang lebih menguntungkan dari ini, ya kan? Profitnya bahkan kita dapatkan di dunia dan akhirat.
Berikut adalah lima cara berbagi tanpa batas bisa membuat kita bahagia.
1. Berbagi tanpa batas melepaskan oksitosin, hormon yang meningkatkan perasaan bahagia.
Ketika kita berbagi, kemudian kita bersyukur, kita merasa terhubung dengan orang yang kita bantu. Otak secara otomatis melepaskan oksitosin atau hormon bahagia. Jadi, hormon oksitosin ini bukan cuma dimiliki ibu-ibu menyusui saja.
Oksitosin juga dikenal sebagai hormon yang menghilangkan stres, meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dan mempertebal positive thinking dalam hidup kita yang semuanya berkontribusi pada kebahagiaan lebih besar.
2. Berbagi membangun kepercayaan, dan kepercayaan berkorelasi positif dengan kebahagiaan.
Ketika kita membagikan sebagian yang kita punya pada orang lain yang bahkan belum kita kenal, maka kita mengambil kepercayaan mereka terhadap kita. Rasa percaya akan berkembang secara alami dan mengarahkan kita pada kebahagiaan yang lebih pribadi.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan sangat penting untuk hidup lebih bahagia. Rasa nyaman membuat kita memegang teguh kepercayaan terhadap sesuatu.
3. Berbagi tanpa batas meningkatkan kualitas kesehatan, dan itu adalah kebahagiaan pribadi.
Stephen Post, seorang profesor dan dokter di Stony Brook University, New York, Amerika Serikat dalam bukunya berjudul Why Good Things Happen to Good People menuliskan bahwa berbagi pada orang lain terbukti meningkatkan kualitas kesehatan orang-orang dengan penyakit kronis, termasuk HIV AIDS dan multiple sclerosis.
Percaya atau tidak, saat kita memberi sejumlah uang kepada orang lain, itu lebih bisa meningkatkan kesejahteraan orang yang kita beri ketimbang kita membelanjakannya untuk diri sendiri.
Contohnya, kita setidaknya merogoh Rp 100 ribu dari dompet ketika nongkrong 1-2 jam di kafe. Nominal yang kita habisin dalam 1-2 jam itu seandainya kita sedekahkan untuk bapak pengemis di perempatan lampu merah, itu mungkin bisa menghidupi dan memberi makan anak istrinya selama 2-3 hari.
ADVERTISEMENT
Kira-kira lebih bernilai mana? Uang Rp 100 ribu yang kita belanjakan untuk nongkrong dan ngopi 1-2 jam di kafe, atau uang Rp 100 ribu yang kita sumbangkan untuk makan fakir miskin 2-3 hari? Silakan dijawab sendiri.
4. Berbagi tanpa batas meningkatkan interaksi sosial positif dengan orang lain, dan itu memperpanjang hidup kita.
Manusia memang lahir secara individu, tapi sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Sampai mati pun kita akan tetap membutuhkan orang lain.
Berbagi membantu kita menjangkau kehidupan sosial lebih luas. Saya terasa sekali betapa sepinya hidup selama #dirumahaja dua tahun terakhir. Saya kangen bersilaturahmi dengan teman-teman. Saya kangen menerima tamu di rumah. Saya kangen mudik bawa anak-anak berjumpa nenek kakeknya di kampung halaman.
Rasa ikatan sosial yang kuat membuat seseorang panjang umur. Kita tak perlu berkaca pada negara-negara maju yang rakyatnya bahagia dan kaya, kita lihat saja di negara kita sendiri, yaitu Bali.
ADVERTISEMENT
Angka harapan hidup dan indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) Bali tertinggi nasional. Kira-kira kenapa ya? Jawabannya karena orang Bali always happy.
Enam tahun tinggal di Pulau Dewata, saya tak heran melihat nenek-nenek berusia 75 tahun atau 80 tahun masih belanja mandiri ke pasar. Mereka bahkan masih kuat mengangkat keranjang belanja di atas kepala.
Bali bergantung penuh pada sektor wisata. Masyarakatnya tak punya sumber daya tambang, tak punya pabrik, tak punya kebun kelapa sawit ratusan hektar, tapi kok mereka pada bisa panjang umur ya?
Jika kita jalan-jalan ke Ubud, kita mungkin heran, kok satu desa semuanya jadi pengrajin perak? Kita pindah lagi ke Karangasem, kok satu desa peternak semua? Kita jalan lagi ke Jembrana, kok satu desa nelayan semua? Bagaimana masyarakat di sana kaya jika pekerjaan mereka seragam?
ADVERTISEMENT
Jawabannya karena kaya itu relatif. Kaya harus dimulai dari hati, bukan dari materi.
Orang Bali memegang teguh tradisi ngayah sebagai bentuk kewajiban sosial. Bagi masyarakat Bali, ketika mereka ngayah, artinya mereka sudah menunaikan kewajiban sosial, budaya, sekaligus agama.
Ngayah melahirkan gotong royong dan kerja sama, sehingga pekerjaan apa pun cepat selesai dan kesulitan apa pun bisa diatasi bersama. Inilah kebahagiaan dan kekayaan sejati sesungguhnya.
5. Berbagi tanpa batas mengurangi disparitas antara si kaya dan si miskin untuk melahirkan masyarakat sejahtera.
Ketika sumber daya yang begitu besar dibagi sama rata, tidak dimonopoli atau diduopoli, maka semakin banyak orang bisa mendapatkan akses ke sumber daya tersebut tanpa perlu mengeluarkan banyak uang. Itu bisa mengurangi ketimpangan sosial ekonomi di negara ini.
ADVERTISEMENT
Kita bermimpi setidaknya kebutuhan dasar seluruh masyarakat Indonesia terpenuhi, sehingga kesenjangan kekayaan dan pendapatan akan mengecil, masyarakat pun akhirnya bahagia.
Mungkin belum semuanya tahu bahwa Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB telah memasukkan akses terhadap internet sebagai bagian dari kebutuhan dasar (primer) manusia.
Alasannya penggunaan WiFi internet sekarang menyentuh berbagai sendi kehidupan, mulai dari kebutuhan informasi, alat untuk bekerja, berkomunikasi, bersosialisasi, dan menyalurkan bantuan sosial ke pondok pesantren, seperti yang dilakukan IndiHome di Pondok Pesantren Tahfidz Ar-Rahmani, Tangerang Selatan, dalam rangka Hari Santri Nasional bertema Santri Siaga Jiwa dan Raga yang jatuh pada 22 Oktober 2021.
Kita sebagai manusia adalah makhluk paling mulia yang diciptakan dengan rasa kepedulian sosial tinggi, bahkan sejak kita lahir ke dunia ini. Jika kita ingin berkontribusi lebih menciptakan masyarakat yang lebih baik, mulailah dengan berbagi hal-hal kecil kepada orang-orang sekitar kita yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Apabila kita memiliki hal-hal baik, jangan disimpan untuk diri sendiri. Bagikan, sebab seperti halnya senyum, kebahagiaan itu menular dan akan kembali lagi pada kita. Selamat Hari Santri Nasional 2021.