Konten dari Pengguna

Honda Win, Lebih dari Sekedar Motor

Maghfira I'zzani Ramadhani Manaf
Nama saya Maghfira I'zzani. Mahasiswa aktif angkatan 2023 di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia. Gemar menulis sebagai freelancer.
12 November 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maghfira I'zzani Ramadhani Manaf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Honda Win 100 Sumber : Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Honda Win 100 Sumber : Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Pernah denger motor Honda Win? Motor jadul yang sering muncul di sinetron Si Doel Anak Sekolahan itu lho. Saya memiliki banyak kenangan mengesankan dengan motor ini, dari pertama kali diajari naik motor sama bapak. Motor apa lagi kalau bukan Honda Win. Waktu itu saya masih kelas 1 SMA. Bokap ngajarin cara naik motor kopling sampai dari nol bisa. Awalnya sih agak takut, tapi setelah beberapa kali coba, akhirnya saya bisa jalan pelan-pelan di halaman rumah. Rasanya kayak lagi jadi si Doel beneran.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, pas udah kuliah keterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Solo, satu semester kemudian berkesempatan buat beli motor pertama, yaitu Honda Win. Setelah beberapa saat hunting unit, akhirnya saya nemuin Honda Win biru keluaran terakhir 2005 milik bapak-bapak di Boyolali. Platnya AD Boyolali pula. Warna aslinya di STNK hitam. Karna memang keluaran muda warnanya tidak sevariatif keluaran tahun 2000 kebawah. Jadilah saya harus ngurus balik nama dan ganti warna STNK. Prosesnya lumayan ribet, tapi asal ada fulus semuanya selesai dengan mudah.
Honda Win jadi teman setia saya selama kuliah. Hampir setiap akhir pekan, saya pasti balik ke Magelang, kampung halaman. Jalur yang paling sering saya lewatin adalah jalur Selo. Bayangin aja, bisa motoran di jalanan yang sepi, sambil menikmati pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu yang gagah. Dinginnya udara, kabut pegunungan bikin perjalanan jadi makin berkesan. Berasa di pilem-pilem.
ADVERTISEMENT
Apalagi kalo lagi musim hujan. Jalanan Selo yang berlubang, berasa lagi jalan di kubangan air. Tapi Honda Win saya dengan ban semi trail-nya seperti menemukan habitat aslinya. Perjalanan jadi lebih menantang, bikin adrenaline terpacu. Soalnya harus milih antara berhenti kedinginan atau jalan terus. Syukurlah selama bertahun-tahun tidak pernah ada masalah yang berarti karena sebagai pengendara tetap mengutamakan prinsip safety. Sampai di Magelang, badan capek, tapi puas.
Kalau dibandingin sama motor-motor modern sekarang, Honda Win memang punya kekurangan. Sistem suspensi belakangnya masih pakai lengan ayun, jadi kalau kena jalanan yang nggak rata, getarannya cukup terasa. Belum lagi remnya yang masih tromol, bikin pengereman kurang pakem, apalagi kalau lagi hujan. Belum lagi fitur-fitur modern kayak speedo digital, lampu LED, atau sistem injeksi bahan bakar, Honda Win nggak punya sama sekali.
ADVERTISEMENT
Tapi, di balik kekurangannya, Honda Win tetep juara di hati saya, namanya juga cinta. Mesinnya yang sederhana bikin perawatannya jadi lebih mudah dan murah. Tinggal servis karbu, ganti oli, busi, dan filter udara secara rutin, motor udah siap diajak jalan sampe Arab. Selain itu, spare part Honda Win juga masih mudah dicari dan harganya relatif terjangkau. Dari ori sampai KW 10 nya.
Dengan kapasitas mesin 100cc, motor ini punya tenaga yang cukup untuk diajak berpacu di jalanan. Apalagi konsumsi bensinnya yang irit banget, bisa mencapai 45-50 km/liter dengan cara berkendara yang santai. Bayangkan aja, dengan satu tangki bensin, saya bisa keliling kota seharian penuh. Bandingin aja sama motor-motor matic kekinian yang kapasitas mesinnya lebih besar tapi konsumsi bensinnya jauh lebih boros.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Honda Win juga punya nilai sentimental yang tinggi. Motor ini bukan sekadar alat transportasi, tapi juga saksi bisu perjalanan hidup saya. Dari mulai belajar naik motor, sampai beli motor pertama dengan uang sendiri, Honda Win selalu setia menemani. Setiap kali naik Honda Win, rasanya seperti pertama kali naik motor ini, saat saya masih kuliah dan punya banyak mimpi. Honda Win itu kayak sahabat yang selalu ada buat saya, yang ngajarin saya tentang kemandirian, tanggung jawab, dan arti sederhana.
Banyak yang bilang Honda Win itu motornya orang tua, tapi menurut saya, orang tua justru yang lebih ngerti gimana cara menikmati hidup yang sederhana. Di zaman yang serba cepat dan instan kayak sekarang, punya motor klasik kayak Honda Win itu kayak punya oase di tengah gurun. Nggak perlu ribet mikirin fitur-fitur canggih, yang penting bisa bikin kita happy dan nyaman. Terkadang, kebahagiaan itu sederhana, kok. Nggak harus punya motor matic terbaru atau motor sport gede. Yang penting, kita bersyukur dengan apa yang kita punya dan menikmati setiap perjalanan hidup.
ADVERTISEMENT
Mungkin suatu saat nanti, saya akan ganti motor dengan yang lebih baru. Tapi, Honda Win akan selalu punya tempat tersendiri di hati saya. Motor ini bukan sekadar alat transportasi, tapi juga sahabat yang setia menemani petualangan hidup saya. Melalui Honda Win, saya belajar bahwa kebahagiaan itu nggak selalu tentang punya barang-barang yang paling baru atau paling canggih, tapi tentang menghargai hal-hal sederhana dan menikmati setiap momen dalam hidup.