Beri Aku Diskon, Kau Kan Kukejar

Magvira Yuliani
Dosen FISIP UHAMKA
Konten dari Pengguna
12 Juli 2023 12:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Magvira Yuliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sale. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sale. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aku suka diskon? Kalau kamu?
Banget….
Masih lekat di ingatan saat di awal tahun ini, tepatnya di akhir bulan Januari, sebuah waralaba roti memberikan diskon sebesar 45% di hari ulang tahunnya yang ke 45 tahun. Program diskon itu pun menjadi viral, banyak orang mengantre bahkan rela hujan-hujanan demi membeli roti dengan diskon khusus tersebut.
ADVERTISEMENT
Budaya kejar diskon bukan sebuah fenomena baru karena sudah menjadi bagian integral dari perilaku konsumen, terlebih ketika informasi tentang progam diskon tersebar luas dan cepat berkat bantuan media sosial saat ini.
Konsumen yang aktif mencari dan berpartisipasi dalam mengejar diskon melihatnya sebagai kesempatan untuk mendapatkan barang atau layanan dengan harga murah, terjangkau kantong. Ini adalah persepsi nilai yang melekat pada pribadi masing-masing orang. Diskon adalah cara cerdas mendapatkan barang berkualitas dengan harga murah daripada harga regular.
Dan, tentunya adanya adrenalin serta kegembiraan yang muncul di diri konsumen saat mengejar diskon. Momen-momen kebahagiaan yang hakiki saat berhasil menemukan penawaran spesial dan mendapatkan produk atau layanan tersebut.
Ilustrasi sale. Foto: Shutterstock
Tak dipungkiri budaya mengejar diskon dapat menciptakan ketergantungan, konsumen hanya membeli ketika ada diskon sehingga menurunkan minat terhadap penjualan regular.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil menjadi buruan para pengejar diskon, gerai waralaba roti itu pun kembali normal di keesokan harinya, tidak ada antrean yang mengular di depan toko atau hiruk pikuk antusiasme konsumen untuk membeli produk.
Waralaba tersebut tetap beroperasi dan melayani pelanggan setianya yang membeli walaupun tanpa diskon dan para konsumen insidental yang percaya akan nama besar serta kualitas produk yang dijual.
Ekuitas merek, diskon dan fenomena media sosial dapat saling mempengaruhi perilaku konsumen dalam pemasaran suatu merek. Ekuitas merek adalah nilai yang melekat pada suatu merek di mana persepsi konsumen sangat berperan dalam menentukan kuat atau lemahnya; atau besar atau kecilnya sebuah merek.
Ilustrasi Roti. Foto: Shutterstock
Ekuitas merek yang kuat menjadikannya berbeda dari kompetitor sejenis, mempengaruhi preferensi konsumen dan dapat menciptakan keberlanjutan bisnis.
ADVERTISEMENT
Produknya roti, tapi roti dengan balutan merek ternama dan dengan persepsi nilai merek premium di masyarakat, sehingga ketika program diskon sehari tersebut diluncurkan, animo masyarakat pun menjadi sangat luar biasa.
Terlebih dengan bantuan media sosial, satu poster digital menyebar dalam hitungan detik dan hinggap di ruang mungil segenggaman tangan. Mata terkesima dan membaca dengan seksama kapan dan di mana lokasi diskon itu di gelar.
Fenomena media sosial mengubah cara konsumen berinteraksi dengan merek, melalui media sosial konsumen diberikan dan memiliki ruang untuk dapat berbagi pengalaman, ulasan dan rekomendasi terhadap produk, di mana hal tersebut mempengaruhi konsumen lainnya dalam menilai merek tersebut.
Ilustrasi diskon. Foto: Shutterstock
Jika diibaratkan saudara, ikatan mereka bertiga mengalir seperti ini: sebuah merek menjadi sangat menarik saat berbalut diskon yang diinformasikan melalui media sosial, merek dengan ekuitas yang kuat menarik perhatian konsumen karena konsumen mengidentifikasi merek tersebut dengan nilai dan kualitas yang diinginkan konsumen.
ADVERTISEMENT
Media sosial memiliki jangkauan yang luas sehingga informasi yang disampaikan seperti gulungan bola salju yang melaju cepat dan semakin membesar.
Ekuitas merek, diskon, dan fenomena media sosial, ketiganya saling terkait dan saling memperkuat dalam hal pemasaran. Merek dengan ekuitas yang kuat dapat memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran merek, memperkuat hubungan dengan konsumen dan menciptakan buzz marketing, salah satunya melalui program diskon yang diberikan. Waralaba roti hanyalah salah satu contoh dari kekuatan sebuah merek, diskon, dan media sosial.