Konten dari Pengguna

Candi Ngempon dan Pemandian Air Panas: Wisata Budaya dan Alam dalam Satu Tempat

Muhamad Khoerul Mahfud
Mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang
25 Februari 2025 21:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Khoerul Mahfud tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
candi ngempon , sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
candi ngempon , sumber: dokumen pribadi
Candi Ngempon di Desa Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik. Peninggalan Hindu abad ke-8 hingga ke-9 ini tidak hanya menyajikan jejak sejarah, tetapi juga keindahan alam yang menenangkan. Ditambah dengan keberadaan pemandian air panas alami, kawasan ini menawarkan perpaduan wisata edukasi dan relaksasi.
ADVERTISEMENT
Candi Ngempon pertama kali ditemukan dalam kondisi runtuh dan mengalami pemugaran pada tahun 2006 dan 2009 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah. Dari sembilan struktur yang ada, baru empat yang berhasil direkonstruksi. Di dalamnya pernah ditemukan arca Durga, Ganesha, Kinara Kinari, dan Nandi, yang kini disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang.
Menurut penelitian Avandi Okta Syahputra dan Aurilia Triani Aryaningtyas dalam ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Candi Ngempon memiliki nilai sejarah yang tinggi dan dapat menjadi daya tarik wisata edukasi. Namun, pengelolaannya masih menghadapi tantangan seperti kurangnya promosi, minimnya fasilitas pendukung, serta keterbatasan informasi sejarah di lokasi.
Salah satu daya tarik tambahan di kawasan ini adalah pemandian air panas alami yang dipercaya memiliki manfaat kesehatan terutama untuk mengobati pernyakit kulit. Banyak wisatawan yang mengunjungi candi juga memanfaatkan fasilitas ini untuk berendam dan bersantai setelah menikmati wisata sejarah candi ngempon maupun hanya untuk berendam air panas.
ADVERTISEMENT
kolam air panas di lokasi candi ini ada beberapa kolam yang berada di ruangan terbuka dan ada juga yang tertutup dengan dua tempat yang memisahkan laki-laki dan perempuan.
Sayangnya, keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala utama. Wisatawan menyebutkan bahwa akses menuju candi kurang baik, petunjuk arah minim, serta fasilitas umum seperti toilet dan area istirahat masih perlu diperbaiki. Seperti yang dituliskan dalam penelitian Avandi Okta Syahputra dan Aurilia Triani Aryaningtyas bahwa seorang pengelola wisata mengungkapkan bahwa “Kami masih kekurangan tenaga pemandu yang terlatih dalam menyampaikan narasi sejarah candi dengan cara yang menarik.”
Walaupun disebutkan ada kekurangan dalam akses dan fasilitas, hal tersebut bukanlah suatu halangan karena pengelola kawasan candi terus melakukan upaya dalam memperbaiki dan juga senantiasa meningkatkan kekurangan-kekurangan yang ada, untuk sekarang jalan tetap bisa dilalui dengan lancar dan aman oleh sepeda motor maupun mobil walaupun tidak terlalu mulus, parkiran luas untuk sepeda motor dan ada juga parkiran untuk mobil dengan penjagaan dari tukang parkir yang akan memberikan keamanan kepada kendaraan kita.
ADVERTISEMENT
Fasilitas-fasilitas yang ada saat ini cukup untuk para pengunjung dimana kamar mandi banyak berjejeran di sekitar pemandian air panas dengan berbagai warung masyarakat yang berada di sana yang dapat digunakan untuk beristirahat, mushola juga tersedia walaupun tidak terlalu besar.
Untuk mengoptimalkan potensi wisata Candi Ngempon, beberapa strategi mulai diterapkan, seperti:
1. Peningkatan Fasilitas Wisata, termasuk pembangunan jalur pejalan kaki dan papan informasi sejarah.
2. Pemanfaatan Teknologi Digital, seperti tulisan serta gambar candi di web yang memberikan informasi yang dapat diakses dari mana saja.
3. Pelatihan Pemandu Wisata bagi masyarakat lokal agar dapat menyampaikan sejarah candi dengan lebih menarik.
4. Promosi dan Kolaborasi, termasuk menggandeng sekolah-sekolah dan memanfaatkan media sosial untuk menarik lebih banyak wisatawan.
ADVERTISEMENT
Dengan berbagai upaya ini, diharapkan Candi Ngempon semakin dikenal sebagai destinasi wisata edukasi dan relaksasi di Kabupaten Semarang, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Muhamad Khoerul Mahfud, mahasiswa pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang