Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melatih Otak Sehat untuk Menguasai Bahasa Baru dengan Metode Listening
3 Desember 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Haris Rizki Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Otak merupakan pusat sistem saraf pada vertebrata, dan atau memiliki lebih 100 miliyar sel saraf dan neuron. Otak dapat menerima bunyi melewati indra pendengaran, serta otak manusia juga mengatur seluruh badan dan pemikiran manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam pemahaman publik, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara orang satu dengan orang lainnya. Setiap orang tidak akan bisa berinteraksi dengan orang lain, apabila tidak adanya saling memahami dari masing-masing bahasa yang disampaikan, sederhananya, setiap orang dapat berinteraksi dengan sesamanya apabila bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sama dan dapat sama-sama dimengerti.
Terdapat beribu-ribu bahasa yang ada di dunia, dan bahasa yang paling dikuasai adalah bahasa orang tua. Kita Akan merasa susah dalam belajar bahasa asing, karena bahasa asing bukanlah bahasa orangtua yang memang sejak lahir kita belum pernah mendengarkan sama sekali. Ada beberapa macam cara ataupun metode dalam mempelajari bahasa asing, namun pada hal ini, penulis ingin lebih men-spesifikkan pada metode listening. You know, listening merupakah salah satu cara ampuh dalam memahami bahasa asing yang ingin kita pelajari. Banyak para tutor terutama para tutor bahasa inggris yang mengatakan bahwa dengan listening kita mampu lebih cepat dalam mengetahui dan menguasai bahasa asing. Bahkan listening itu sendiri lebih cepat daripada kita menggunakan metode Memorize (Menghafal).
ADVERTISEMENT
Metode Listening itu sendiri berasal dari kata "Listen" artinya adalah mendengarkan, jadi, metode listening yaitu metode mendengarkan bahasa yang ingin kita pelajari sehingga kita dapat menguasai bahasa tersebut.
Coba kita refleksikan bersama, bagaimana kita diwaktu masih balita, apakah seorang balita menghafal kosa kata, penulis rasa, it's No, akan tetapi, balita hanya cukup dengan mendengar bahasa orangtua setiap hari, dari mendengarkan itulah, suara yang masuk melewati telinga ataupun alat pendengeran manusia, menstimulus otak, sehingga otak dengan sendirinya atau dalam bahasa awamnya secara alamiah me-memorize bahasa tersebut.
Perlu diketahui bahwa, terkadang, otak manusia itu enggan untuk dipaksa dalam hal yang asing terdengar oleh indra pendengaran, menolak paksaan, karena ketika kita menghafal sesuatu yang menurut otak kita susah, dan sangat tidak familiar didengar mungkin kita akan hafal beberapa kosa kata, akan tetapi tidak bisa di pungkiri bahwa, akan cepat pula hilang apabila kita tidak sesering mungkin melafalkan dan mengaplikasikannya dalam keseharian, karena otak kita tidak benar-benar mem-freez Bahasa yang kita hafal.
ADVERTISEMENT
Penulis menganalogikakan metode listening seperti ibarat batu yang keras yang hancur karena tetesan air. Sekeras-kerasnya batu, jika setiap waktu di terkena tetesan air, maka batu tersebut akan retak bahkan hancur dengan sendirinya. Begitupun dengan otak manusia, serumit ataupun sesusah apapun seseorang dalam mempelajari bahasa, jika telinga dan otak kita dalam setiap waktunya selalu di dengarkan dengan bahasa yang ingin kita pelajari, maka akan dengan sendirinya otak kita mem-freez setiap kata yang sering kita dengar.
Analogi lain dalam metode listening, setiap kita ingin maupun bisa menyanyikan lagu, seringkali kita lebih lancar dengan mendengarkan lagu itu secara terus menerus, sehingga result-nya secara sendirinya otak yang sering mendengar musik tersebut akan menghafal dan bisa mengaplikasikannya.
ADVERTISEMENT
Korelasi otak dengan kemampuan bahasa
Pada INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Penelitian yang dilakukan oleh Sintia Hepi Andini DKK (2023) menjelaskan bahwa, "belahan kiri otak dilibatkan dalam hubungannya dengan bahasa". Pada penelitian tersebut, beberapa kerusakan pada otak kiri memberikan dampak yang cukup signifikan mempengaruhi kinerja otak seseorang dalam memahami suatu bahasa.
Otak kiri yang mengalami masalah amnesia akan berdampak pada pemahaman ataupun kehilangan bahasa. Jika mengacu pada hasil penelitian yang disebutkan diatas, kerusakan pada otak kiri sangat berdampak pada sesorang dalam mempelajari bahasa. Tetapi tidak dapat dilepas, jika otak kanan juga berdampak pada seseorang dalam memahami suatu materi yang ia pelajari atau didengar.
Kita coba lebih mengkerucut lagi, atau kita spesifikkan lagi lebih terperinci. Secara alamiah, Suara bahasa yang sering kita dengar atau bahasa yang kita dengar, melewati indra pendengaran manusia pada hal ini adalah telinga, akan masuk menuju otak, sehingga menstimulus otak, setelah suara bahasa menstimulus otak, otak mengalami memorezing automatic atau mengalami istilah terngiang-ngiang didalam otak, setelah otak mengalami hal tersebut dan lebih sering mendengar bahasa yang masuk, maka otak mengaplikasikan bahasa tersebut melewati mulut untuk berbicara.
Pada otak manusia, terdapat bentuk seperti kacang yang terbagi menjadi 2 bagian. Menurut arifin DKK, (2008), mengatakan bahwa " Sebenarnya ada jarak yang kecil antara 2 bagian dalam otak". Dua bagian itu di sebut hemisfer, hemisfer kanan dan hemisfer kiri.
ADVERTISEMENT
Secara umum, masing-masing hemisfer tersebut memiliki fusinya sendiri, hemisfer kiri lebih dikenal dengan berbicara, menulis dan berfikir, sedangkan hemisfer kanan lebih dikenal dengan kemampuan spesial dan pengenalan pola. Walaupun dalam pembahasan ini, bahasa lebih tercondong pada otak kiri, akan tetapi pasti perlu adanya kesinambungan dan keseimbangan antara fungsi otak kanan dan otak kiri. Pada otak pula terdapat korpus kolosum yang berfungsi sebagai penghubung 2 hemifes tersebut juga sebagai mengkordinasi dan mengintegrasi apa yang dilakukan oleh 2 hemisfer.
So, pada hal ini, penulis mencoba mengajak serta menyarakan kepada pembaca untuk mempelajari suatu bahasa asing, perlu kiranya membaca mencoba metode listening ini diaplikasikan dalam proses pembelajarannya.
Coba buktikan sendiri, bagaimana kerja listening itu sendiri dalam mencerna pemahaman secara cepat mengelola bahasa dalam otak. Pembaca dapat membuat rescedhule your daily for listening, buatlah semacam mapping keseharian dalam melakukan listening, for example, kamu ingin belajar memahami atau bisa bahasa inggris, cobalah untuk membuat jadwal menonton film yang berbahasa inggris, misalnya hollywood, konsisten untuk menonton setiap hari. Bisa kita rasakan bagaimana metode listening ini membantu pembaca dalam memahami hal yang baru terutama persoalan bahasa.
ADVERTISEMENT