Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Nakes Interaktif, Rekonstruksi Mental Health Pasca Bencana
1 Mei 2024 8:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Haris Rizki Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Good Mental Health atau kesehatan mental yang baik merupakan kondisi psikologis dan jiwa dalam keadaan tenang, nyaman, dan damai. Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan pada mental-pun harus di jaga dengan baik.
ADVERTISEMENT
Kondisi ketidak nyamanan terhadap mental, dipengaruhi dari beberapa penyebab yang membuat kondisi mental menjadi bermasalah. Jika berbicara penyebab, beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan terhadap mental health salah satunya yaitu karena disebabkan oleh bencana alam.
Reaksi-reaksi umum yang sering terjadi pasca bencana sehingga mempengaruhi terhadap mental health yaitu reaksi emosianal, seperti stress, trauma, kecemasan, dan bahkan hingga terjadi depresi.
Tidak ada yang menginginkan terjadinya bencana alam, akan tetapi, dengan adanya bencana tersebut, dapat menimbulkan traumatik bagi keluarga, yang mengalami (korban), bahkan yang melihat dan membaca berita terkait bencana alam. Banyak sekali bencana alam yang berdampak gangguan mental health, tidak hanya yang bersifat ringan, terutama bencana alam yang dampak kerusakan dan korban jiwanya berskala besar, misalnya banjir, angin puting beliung, kebakaran, tsunami, gempa bumi, dan terjadinya gunung meletus.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa bulan terkhir, jika melihat berita di media sosial, koran, dan stasiun televisi, banyaknya kejadian bencana yang terjadi di Indonesia, terutama soal gempa bumi dan letusan atau aktifnya (erupsi) kembali gunung merapi.
Melihat berita di Kumparan.com pada tanggal 30 April 2024 kemarin, tentang evakuasi warga terhadap potensi batu pijar karena erupsi gunung Ruang, bahkan dikabarkan pula, hinggal jam 08.00 Wita, Kota Manado masih terlihat gelap.
Tidak hanya perihal erupsi gunung Ruang, bahkan dikabarkan, Kumparan.com juga memberitakan gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Utara berkekuatan 4,4 Magnitudo (30/4/2024).
Dari bencana alam yang terjadi, memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap kesehatan mental (Mental Health) kepada masyarakat yang terdampah dari bencana tersebut.
ADVERTISEMENT
Tentang mental healt, Lalu bagaimana nakes (Tenaga Kesehatan) dalam hal ini memainkan perannya?.
Dari berbagai aspek, sebagai nakes, memang menjadi beban moral kepada masyarakat yang terdampak dari bencana alam. Nakes tetap harus ber-empati dan hadir di tengah-tengah masyarakat yang terdampak, tidak hanya cukup sekedar memberikan edukasi tentang, bagaimana pertolongan pertama dalam mengatasi bencana. Melainkan jauh lebih dalam lagi, sebagai nakes tentu memberikan dukungan serta bersama, membersamai dan caring terhadap kesehatan mental masyarakat pasca bencana.
Kolaborasi Sektoral
Dalam hal ini, tenaga kesehatan ( Nakes), lebih interaktif dalam menanggulangi resiko mental health masyarakat yang terdampak sehingga tidak menjadi lebih buruk. Kolaborasi dengan beberapa sektor di berbagai bidang, baik pada tokoh masyarakat dan pemerintah. Upaya kolaboratif ini di peruntukkan dalam memberikan dukungan terutama soal memperkuat infrastruktur serta pengendalian mental health pada masyarakat yang terdampak.
ADVERTISEMENT
Dukungan dan empati dari beberapa sektor, khususnya nakes ini meberikan manfaat yang signifikan dalam membantu kondisi mental masyarakat. Bagaimana memberikan rasa nyaman, pengendalian stress, trauma, serta depresi yang bahkan timbul apabila adanya korban jiwa.
Rekonstruksi Mental Health
Cangkupan lebih luas lagi, dalam membangun kembali kesehatan mental yang terjadi kepada masyarakat yang terdampak bencana. Setelah adanya kolaboratif artar sektoral di setiap bidang profesionalnya, maka hendaknya berbondong-bondong melakukan tanggung jawabnya sesuai dengan bidang masing-masing. Pengendalian tenaga kesehatan di peruntukkan dalam segi kesehatan, pemerintah memberikan bantuan secara logistik serta finansial, dan tokoh-tokoh masyarat ikut serta membantu daripada dua bidang tersebut.
Dalam segi kesehatan mental yang perlu dilakukan nakes yaitu; Pertama, memberikan waktu kepada masyarakat yang terdampak waktu untuk beradaptasi. Pasalnya, cukup sulit bagi seseorang yang mengalami kejadian tersebut, sehingga berikan ruang dan waktu untuk mereka berduka dan meratapi kejadian yang ditimpa. Menunggu hingga kondisi emosionalnya berubah cukup membaik barulah diberikan pendekatan dan dukungan dengan rasa nyaman dan kepercayaan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
kedua, dukungan sosial memberikan pemulihan terhadap seseorang pasca bencana. Nakes mencari dukungan sosial dari keluarga dan teman serta sanak famili yang terdampak, memberikan pehaman tentang pentingnya dukungan dalam pemulihan psikologisnya.
ketiga, bimbingan psikologis, nakes dan profesi yang membidangi tersebut membantu memberikan support personal kepada seseorang yang terdampak bahwa, mereka tidak sendirian dalam perasaan yang dialaminya. Keempat, rekontsruksi rutinitas, dalam hal ini juga meliputi pola makan, tidur, dan olahraga rutin dan tepat waktu. Serta membuat rutinitas yang sifatnya positif bagi masyarakat yang terdampak bencana.
Nakes sangat interaktif dalam melakukan perannya, mengurangi bahkan mencegah resiko-resiko yang berdampak lebih buruk dalam menangani mental health pasca bencana. Memberikan edukasi, dukungan serta melakukan pemeriksaan fisik dan mental kepada korban terdampak bencana. Beban moral yang di tanggung oleh nakes sungguh mulia di mata tuhan yang maha pencipta, bahwa, bencana alam yang terjadi semata-mata hanyalah ujian dan cobaan dalam meningkatkan ketaqwaan dan kualitas hidup dalam bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Dari pemaparan diatas, sudah seyogyanya bagi nakes dan seluruh elemen masyarakat turut serta dan andil, dalam mengaggulangi dampak pasca bencana terutama perihal kesehatan mental (Mental Healt) pada korban. Seperi pepatah kuno "siapa yang berbuat baik kepada orang, maka kebaikan itu kembali bagi dirinya sendiri". Mari menjaga nama baik tenaga kesehatan lebih baik lagi kedepannya dalam segi empati dan simpati sesama warga negara, serta menjunjung tinggi kemanusiaan.