Konten dari Pengguna

Legitimasi Kedaulatan Maritim Indonesia Lewat Pertempuran Laut Aru 1962

Mahatma Fattah Rama Romansa
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember
2 Oktober 2023 20:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahatma Fattah Rama Romansa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Patung Yos Sudarso. Sumber: Nia G (Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Patung Yos Sudarso. Sumber: Nia G (Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan sebuah negara yang merdeka sejak dibacakannya proklamasi oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Pasca tahun 1945, Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka secara Independen dan mempunyai kekuasaan de facto, namun untuk de jure hal ini masih memiliki berbagai kendala terutama dari pihak Belanda.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia berhak menjalankan roda pemerintahannya secara independen tanpa adanya ikut campur dari pihak lain. Namun, pada tahun 1948 telah terjadi pelanggaran kedaulatan oleh Belanda yang melamcarkan agresi militer 2 di Kota Yogyakarta.
Hal tersebut memaksa Indonesia melakukan perlawanan bukan hanya dari segi militer namun juga dari segi diplomasi yang nantinya akan berujung pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Konferensi Meja Bundar sendiri memiliki arti terkait perjuangan diplomasi Indonesia diambang keberhasilan karena mampu membawa Indonesia di puncak kemerdekaan yang seutuhnya. Namun, lambat laun Belanda mengingkari kesepakatan dengan tidak menyegerakan untuk menarik diri dari Irian barat.
Akibat penyelewengan yang dilakukan Belanda tersebut, pemerintah Indonesia mengambil sebuah tindakan tegas dengan melakukan Operasi Trikora yang bertujuan sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Gagalkan pembentukan “Negara Boneka Papua” buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan sang merah putih di Irian barat tanah air Indonesia.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.
Pada akhir 1961 Operasi Trikora diluncurkan sebagai salah satu legitimasi kedaulatan maritim Indonesia, yakni dengan mengerahkan kesatuan ALRI yang dipimpin oleh Komodor Yos Sudarso dengan KRI Macan Tutul. Tidak hanya itu, Operasi Trikora sendiri di pihak ALRI dilengkapi juga dengan 4 kapal perang berjenis Motor Torpedo Boat (MTB), yakni: KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, KRI Harimau, dan KRI Singa.
Pada tanggal 15 Januari 1962 di Laut Arafuru, terjadi sebuah pertempuran hebat antara ALRI dengan angkatan laut Belanda. KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau melakukan pergerakan secara senyap, namun pada akhirnya pergerakan mereka diketahui oleh Belanda yang kemudian dengan cepat menghalau kapal-kapal Indonesia tersebut. Pesawat terbang jenis firefly dan neptune menghalau mereka dari udara.
ADVERTISEMENT
Pertempuran sengit masih berlangsung di Laut Aru, kini kapal Belanda juga mulai mengikuti pertempuran. Kapal Fregat Hs Ms eversten dan Korvet Hr Ms Kortenaer menyerang Kapal-kapal ALRI dengan menembakkan suar, namun masih dapat dihindari. Pada akhirnya KRI Macan Tutul yang dikomando oleh Komodor Yos Sudarso melakukan manuver untuk menyerang kapal Belanda. Akhirnya KRI Macan Tutul tenggelam bersamaan dengan gugurnya Komodor Yos Sudarso yang jasadnya abadi di Laut Aru.
Usaha ALRI tersebut untuk mempertahankan martabat Indonesia melalui pertempuran laut menunjukkan legitimasi kedaulatan maritim Indonesia sebagai negara yang merdeka. Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda harus dilawan dengan cara yang bersifat militeristik meskipun harus bertaruh nyawa oleh Komodor Yos Sudarso beserta rekan-rekan ALRI lainnya.
ADVERTISEMENT