Konten dari Pengguna

Mengenal Uniknya Pemikiran Anak-anak: Benarkah Lebih Pintar dari Orang Dewasa?

Mahdiyyah Lailatus Isti'anah
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
2 Desember 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahdiyyah Lailatus Isti'anah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang anak yang sedang bermain bersama orang tuanya./ Foto: iStock by Erdark
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak yang sedang bermain bersama orang tuanya./ Foto: iStock by Erdark
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasa bahwa anakmu terlihat lebih pintar dibandingkan kamu sebagai orang tuanya? Mengapa anak kecil lebih mudah mempelajari bahasa dibandingkan orang dewasa yang perlu mempelajarinya hingga bertahun-tahun? Pertanyaan seperti ini sering muncul dan dipertanyakan oleh sebagian besar orang tua. Dalam artikel ini, kita akan menguliknya, benarkah otak anak kecil lebih pintar dari otak orang dewasa?
ADVERTISEMENT
Penjelasan secara ilmiah
Seiring bertambahnya usia, seseorang akan lebih unggul dalam berbagai hal dibandingkan anak-anak yang lebih muda. Namun, ternyata, ada saat-saat di mana justru anak-anak yang lebih muda-lah yang lebih unggul menguasai sesuatu. Seperti dalam beberapa kasus, anak-anak memiliki ingatan yang lebih akurat dan jeli, hal tersebut dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan belajar yang begitu cepat, terutama ketika usia emas, yaitu 0-5 tahun.
Dalam jurnal ilmiah yang dikembangkan oleh Debbie Ravenscroft, seorang dosen di University of Chester, Inggris, menyatakan bahwa otak anak-anak itu seperti sebuah spons yang dapat menyerap seluruh informasi yang diterimanya. Anak-anak bisa menyerap keterampilan baru dengan lebih baik dibandingkan orang dewasa. Otak anak memiliki beberapa keistimewaan, salah satunya adalah neuroplastisitas yang tinggi, yaitu kemampuan anak untuk mempelajari banyak hal dengan waktu yang singkat.
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu melihat seorang anak yang mudah meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, atau mungkin anakmu sendiri yang meniru perbuatanmu atau pasanganmu, mulai dari perkataan maupun perbuatan, entah itu adalah hal baik atau negatif? Hal tersebut dikarenakan otak anak yang sangat mudah beradaptasi dan membentuk koneksi baru. Rasa ingin tahu mereka yang tinggi dan otak mereka yang belum dipengaruhi oleh pola pikir yang kaku, menghasilkan berbagai macam kreatifitas yang mereka ciptakan.
Selain mudah meniru perbuatan orang lain, anak-anak lebih mudah mempelajari bahasa baru. Hal tersebut dikarenakan anak-anak sedang mengalami masa “periode sensitif”, adalah di mana ketika otak anak sangat peka terhadap rangsangan yang diterimanya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kecepatan anak-anak dalam menyerap informasi baru yang didapatnya.
ADVERTISEMENT
Teori pembelajaran dalam perspektif psikologis
Teori pembelajaran anak sudah dijelaskan oleh beberapa tokoh psikologi kognitif, salah satunya adalah Jean Piaget. Dalam teori belajar kognitif, kita tidak hanya memerhatikan stimulus dan respon yang diberikan sang anak, tetapi juga harus memerhatikan adanya perubahan mental dan perilaku sang anak dalam mempelajari sesuatu.
Piaget juga menjelaskan bahwa dalam tahap perkembangannya, anak-anak memiliki cara berpikir yang unik. Pada usia 2-7 tahun, anak-anak mulai berpikir intuitif dan pada usia 7-11 tahun, mereka mulai memahami logika secara konkret. Itulah mengapa, usia 7 tahun adalah usia yang tepat untuk memasukkan anak ke sekolah dasar.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan otak anak
Bila kamu berencana menjadi orang tua, atau sekarang kamu memiliki anak yang masih berusia di bawah 5 tahun, penting untuk kamu ketahui bahwa “kepintaran” seorang anak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Lingkungan
Ciptakanlah lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak yang lebih baik, seperti menciptakan hubungan yang kuat antara anak dan orang tua. Peran kedua ayah dan ibu sangat penting untuk menciptakan rasa percaya diri yang tinggi pada diri seorang anak.
Kamu bisa memulainya dari mengajaknya bermain permainan yang edukatif dibandingkan memberi gawai untuk menenangkannya. Jika kita pandai memberikan pengarahan yang baik kepada anak, maka anak pun akan turut mengikuti arahan yang kita berikan tanpa membantahnya.
2. Stimulus
Stimulus yakni terbagi menjadi 2, stimulus motorik dan stimulus kognitif. Stimulasi motorik yang bisa diberikan adalah mengajaknya melakukan aktifitas fisik, seperti olahraga atau bermain di luar rumah. Dari aktifitas fisik tadi, anak akan mempelajari keterampilan motorik, seperti keseimbangan, ketangkasan, dan keseimbangan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, orang tua bisa memberi stimulasi kognitif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan selama sesi bermain. Ciptakan komunikasi dua arah untuk melatih fokusnya. Stimulasi kognitif ini sangat penting untuk anak, karena dapat melatihnya untuk berpikir cepat dan membuatnya percaya diri untuk mengeluarkan banyak kosakata yang baru dipelajarinya. Anak yang menyerap banyak stimulus baik, cenderung lebih pandai dibanding dengan anak yang kurang mengeksplor lingkungannya.
3. Motivasi
Anak yang mendapatkan banyak motivasi dari orang-orang di sekitarnya, akan lebih cepat tumbuh menjadi versi terbaik dirinya. Peran kedua orang tua dalam memberikan dukungan pun sangat penting, karena dapat melahirkan rasa percaya diri yang tinggi dalam diri si kecil. Ajak dirinya untuk membuat keputusan-keputusan kecil dalam hidupnya, karena itu sangat berarti untuk tumbuh kembangnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah otak anak kecil lebih pintar dibanding otak orang dewasa? Keduanya memiliki kelebihannya masing-masing. Otak anak memang dirancang untuk lebih unggul dalam belajar dan menerima informasi, sedangkan otak orang dewasa, cenderung unggul dalam berpikir kritis dan berpikir secara efisien.
Nah, peran kita sebagai orang dewasa adalah memberikan fasilitas kepada setiap anak untuk mengeksplor, dan berkreasi. Berikanlah mereka kesempatan untuk mempelajari banyak hal, seperti bersepeda, bermain alat musik, dan yang lainnya.
Tugas utama kita sekarang adalah berperan dalam menciptakan generasi yang berkualitas dengan membantu memberikan stimulus yang baik kepada anak. Generasi yang berkualitas akan menciptakan masa depan yang cerah.