Konten dari Pengguna

Mengapa Harus Judi?

Mahdizal Khalila
Nama saya Mahdizal Khalila asal Kota Padang. Saya adalah Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Andalas. Saya senang berbagi opini dalam mengupas permasalahan yang sedang terjadi. Harapan saya, opini ini dapat bermanfaat bagi orang lain
13 Januari 2025 12:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahdizal Khalila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
Di pagi yang cerah, saya berharap dapat menghirup udara segar di halaman rumah. Namun, baru saja keluar dari kamar, saya mencium aroma asap rokok dan mendengar suara game Higgs Domino. Saya melihat seorang laki-laki duduk hanya mengenakan singlet, dikelilingi abu rokok di sekitar kakinya. Sayang sekali, harapan saya untuk menikmati pagi terhalang oleh salah satu anggota keluarga. Mungkin pembaca juga pernah mengalami situasi serupa. Mereka yang seperti ini banyak jumlahnya, meresahkan, dan tidak produktif.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada tahun 2024, tercatat sebanyak empat juta orang di Indonesia sebagai pemain judi online, menjadikan negara kita sebagai yang tertinggi dalam pengguna judi online. Angka ini bahkan belum mencakup keseluruhan penjudi di Indonesia, termasuk mereka yang bermain secara langsung. Penjudi sering kali meresahkan keluarga dan masyarakat. Mereka sulit mencapai kestabilan finansial karena penghasilannya dihabiskan di meja judi. Jika mereka berpendapatan pas-pasan, ujung-ujungnya mereka akan meminta uang kepada keluarga seperti orang tua, kakak, adik, suami, atau istri. Karena tidak ada kepastian di meja judi, uang yang diminta atau dipinjam sering kali tidak pernah dikembalikan.
Dari segi produktivitas, penjudi merugikan negara. Kurangnya motivasi kerja membuat mereka membuang sumber daya waktu dan tenaga yang dimiliki. Bayangkan seorang pria dewasa yang seharusnya bisa bekerja membersihkan satu ruas jalan dalam sehari malah memilih duduk di rumah tanpa melakukan apa pun. Jika kita mengacu pada data empat juta penjudi, dan satu ruas jalan sekitar 200 meter persegi, mereka sebenarnya bisa membersihkan kota Jakarta dan Bandung dalam sehari.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan berjudi sering kali dipicu oleh dua hal utama: pengangguran dan kecanduan judi. Dalam tulisan ini, kita akan fokus pada faktor kedua, karena faktor pertama sering kali menjadi akibat dari kecanduan judi. Berdasarkan pengamatan saya, ada lima faktor utama yang menjadi alasan mengapa penjudi muncul:

1. Aksesibilitas

Kemudahan akses berjudi menjadi salah satu faktor utama. Untuk bermain domino di kedai kopi atau membeli lotre, hanya diperlukan sejumlah uang yang relatif mudah dijangkau semua kalangan. Lebih-lebih jika kita berbicara tentang judi online. Beberapa penyedia situs dan aplikasi justru menyediakan fitur demo bagi calon pemain untuk merasakan pengalaman berjudi sebelum mempertaruhkan uang asli.
Kemudahan ini juga didorong oleh lemahnya batasan-batasan yang ada. Batasan usia, misalnya, sangat lemah. Selain itu, tidak ada batasan waktu bermain, maksimal taruhan, atau pengawasan terhadap aplikasi yang tersedia. Bayangkan saja, seorang penjudi bisa menghabiskan waktu menatap tampilan slot yang berputar tanpa peduli siang atau malam. Beberapa algoritma dalam permainan slot dirancang untuk memenangkan pemain pada taruhan kecil dan mengalahkannya pada taruhan besar. Akibatnya, pemain yang baru mencoba dengan taruhan kecil akan meningkatkan jumlah taruhan hingga akhirnya mengalami kekalahan besar.
ADVERTISEMENT
Lebih ironis lagi, akses ke situs judi tidak dibatasi dengan tegas oleh pemerintah dan masih mudah ditemukan. Dengan menggunakan VPN dan mencari domain yang tepat, siapa pun dapat mengakses situs-situs ini. Bahkan, ada kasus di mana domain situs judi menggunakan nama instansi pemerintah yang sudah diretas.

2. Motivasi Bertahan Hidup

Faktor ini sering kali menjadi alasan utama, meskipun terdengar sangat pengecut. Ketidakpastian pekerjaan dan penghasilan mendorong seseorang untuk mencoba berjudi demi memperoleh kekuatan finansial. Beberapa penjudi yang pernah saya wawancarai menyebutkan alasan seperti mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari, menafkahi keluarga, atau membeli sesuatu yang mendesak sebagai motivasi mereka.
Misalnya, ada penjudi yang ingin membeli hadiah ulang tahun untuk anaknya atau membayar biaya sekolah. Karena gaji yang terbatas dan kebutuhan mendesak, mereka memilih untuk memutar uang melalui judi dengan harapan mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT

3. Periklanan

Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi, saya mempelajari bagaimana media memiliki pengaruh besar dalam memberikan brand awareness kepada masyarakat. Iklan judi tersebar luas melalui berbagai platform, seperti media sosial, iklan pop-up di website, hingga pesan berantai yang masuk ke group chat. Secara umum, iklan ini dapat dibagi menjadi dua jenis: pasif dan aktif.
Iklan pasif hanya menampilkan situs atau poster tanpa interaksi langsung, seperti poster, teks berjalan, dan iklan pop-up. Sementara itu, iklan aktif melibatkan pengalaman langsung bagi calon penjudi, seperti demo permainan, video iklan, atau konten kreator yang bekerja sama dengan situs judi. Kita sering kali melihat video di YouTube yang membahas pola scatter atau memberikan rekomendasi link judi gacor. Tentu saja, video tersebut hanya menampilkan kemenangan pemain, yang sebenarnya sudah dirancang untuk menarik lebih banyak orang berjudi.
ADVERTISEMENT

4. Lingkungan

Pergaulan dan lingkungan sosial memiliki pengaruh besar terhadap perilaku seseorang. Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung beradaptasi dan mencari pengakuan dari orang-orang di sekitarnya. Jika seseorang tinggal di lingkungan yang menormalisasi perjudian, kemungkinan besar mereka akan ikut terlibat.
Masyarakat menengah ke bawah sering kali menciptakan lingkungan yang mendukung perjudian. Berbagai alasan, seperti faktor ekonomi, pekerjaan, atau bahkan tren sosial, digunakan untuk membenarkan kebiasaan ini. Demi mendapatkan perhatian dan pengakuan dari lingkungannya, seseorang mungkin akan berjudi, meskipun sebenarnya tidak berminat atau hanya sekadar tidak ingin merasa kesepian.

5. Kecanduan Hormon

Perilaku manusia tidak terlepas dari dorongan untuk mencari kesenangan, yang sering kali dipicu oleh hormon di otak. Dalam berjudi, dua hormon utama yang berperan adalah dopamin dan adrenalin.
ADVERTISEMENT
Dopamin memicu perasaan nyaman dan bahagia, yang muncul ketika penjudi memenangkan taruhan atau mendapatkan pola yang bagus (scatter). Sementara itu, adrenalin memberikan semangat dan lonjakan energi, terutama ketika penjudi mengambil risiko besar dengan bertaruh pada uangnya sendiri. Ketergantungan pada perasaan ini mendorong penjudi untuk terus bermain, meskipun mereka mengalami kerugian.

Dampak dan Implikasi

Kelima faktor di atas secara bersama-sama membentuk mental seorang penjudi. Akibatnya, mereka cenderung menginginkan hasil instan, kurang memiliki motivasi untuk berusaha, dan sering kali mengambil risiko besar dalam kondisi kritis. Jika dibiarkan, dampak negatifnya terhadap masyarakat dan negara akan sangat besar.
Dalam jangka panjang, jika negara didominasi oleh penjudi, produktivitas masyarakat akan menurun drastis. Mereka akan terbiasa bertaruh pada janji-janji utopis dengan jaminan yang rendah, yang dapat merusak stabilitas ekonomi. Lebih parah lagi, jika pola pikir seperti ini merambah ke pemegang kekuasaan, keputusan irasional dapat diambil, yang pada akhirnya akan menghancurkan negara.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, kita perlu bersama-sama menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh perjudian. Tidak hanya merugikan individu dan keluarga, tetapi juga memberikan dampak sistemik yang merugikan masyarakat luas. Edukasi, regulasi yang tegas, dan penguatan nilai-nilai sosial yang positif menjadi langkah penting untuk mencegah generasi bangsa terjebak dalam lingkaran perjudian.