Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Propaganda Menjadi Mimpi Buruk Demokrasi Politik
1 Desember 2022 17:41 WIB
Tulisan dari Mahdizal Khalila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini kita mulai disuguhkan dengan bentuk aksi nyata dari para calon-calon presiden yang akan mengusulkan diri pada pemilihan presiden 2024. semakin mendekati tahun 2024, progres dari gerakan kampanye dan promosi mulai terlihat. Bentuk kampanye ini sangat beragam, mulai dari aksi nyata ke berbagai wilayah pedesaan, atau penyampaian visi misi dalam kampanye publik di perkotaan.
ADVERTISEMENT
Sosial media memiliki peran penting bagi para kandidat. Mulai dari konten video sukarela, hingga tulisan-tulisan yang memersuasi masyarakat. Baru-baru ini konten salah seorang bakal calon presiden menjadi sorotan banyak orang. Beliau melakukan aksi ke daerah pedesaan. Aksi ini terlihat dalam foto yang di posting di media sosialnya yang terlihat beliau sedang menanam padi di sawah warga. Tentu saja ini hanyalah salah satu bentuk kampanye yang dilakukan oleh para kandidat.
Namun ada beberapa bentuk kampanye menjadi permasalahan yang sudah turun-temurun di negara demokrasi . Salah satunya metode propaganda (brainwashing) politik.
Propaganda adalah bentuk doktrin yang disampaikan oleh kandidat kepada masyarakat agar masyarakat tertarik untuk memilih nya. Cara ini menggambarkan tujuan kandidat yang seakan-akan memberikan angan-angan yang akan menguntungkan banyak pihak. Contohnya janji kandidat untuk memeratakan pembangunan infrastruktur, meningkatkan lapangan kerja, memberikan pendidikan murah, atau janji-janji lainnya.
ADVERTISEMENT
Propaganda selalu mengedepankan mimpi masyarakat yang akan bisa terwujud dengan memilih mereka. Berbagai media massa digunakan untuk menggapai masyarakat misalnya, sosialisasi di daerah, konten yang persuasif di laman sosial media, atau memuat informasi di media TV atau berita lainnya.
Target utama dari propaganda adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah. Penduduknya yang banyak dan pendidikan yang rendah memberikan kesempatan emas bagi kandidat untuk menarik minat dan suara yang banyak.
Terlebih dahulu kandidat meninjau kebutuhan masyarakat yang akan diberikan doktrin. Contohnya jika target nya kalangan buruh, maka kandidat akan berjanji untuk meningkatkan kualitas hidup buruh dengan memberi asuransi kerja, beasiswa kepada anak buruh, atau bantuan finansial lainnya.
Dalam propaganda, kandidat hanya menjadikan janji tersebut sebagai angan-angan saja. Pada dasarnya mereka tidak bersungguh-sungguh dalam mewujudkan janji itu. Namun karena masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang mumpuni, mereka cenderung memercayai janji itu.
ADVERTISEMENT
Secara prinsip, propaganda bisa saja menjadi tindakan yang merugikan masyarakat. Niat dari kandidat yang semata-mata hanya ingin suara saja, dan tidak memiliki consent penuh dalam mewujudkan nya sama saja dengan pembodohan publik. Akibatnya, banyak masyarakat yang merasa tertipu dengan janji manis yang ditawarkan.
Propaganda juga menjadi penyebab dari perasaan tidak puas dari masyarakat terhadap pemerintahan. Akibatnya, munculnya banyak gerakan demonstrasi untuk menuntut janji pemerintah. Bukan hanya di lingkup daerah (regional) saja, tapi juga bisa di ranah nasional.
Propaganda biasanya dilakukan secara semu oleh kandidat sehingga sulit untuk diklasifikasikan sebagai tindakan kriminal. Kandidat bisa saja menggunakan berbagai alasan sebagai dasar penolakan terhadap protes warga, misalnya kondisi daerah yang berubah seiring berjalan nya waktu sehingga pemenuhan janji tidak bisa dilakukan secara maksimal, atau masa jabatan yang terlalu singkat sehingga tidak sempat untuk memenuhi janji itu. Akibatnya, hukum juga akan sulit untuk mengidentifikasi propaganda sebagai tindak kriminal.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tidak melakukan propaganda merupakan tanggung jawab moral yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Kandidat seharusnya dapat mengambil hati masyarakat dengan tindakan nyata, dan janji yang jujur. Ini dapat dibuktikan dengan memenuhi semua janji yang telah ditawarkan di kampanye ketika sudah menjabat.
Masyarakat juga harus lebih kritis dan tidak bersikap apatis dalam berpolitik. Mulai lah untuk mengetahui isu-isu politik dan pergerakan politik yang terjadi terkhusus bagi generasi muda. Jika kita tetap bersikap apatis, maka kita tidak akan bisa mencapai demokrasi yang baik. Mulai untuk tidak mudah tergiur dengan janji politik dan bentuk suap menjadi tindakan awal mencegah dan melawan oknum yang melakukan propaganda.