Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kegunaan Media Framing dalam Pemberitaan G20
21 November 2022 22:08 WIB
Tulisan dari Maheswari Alvina Indita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Upaya pembangunan Indonesia dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 tengah menjadi sorotan. G20 merupakan gerakan Indonesia kembali bangkit, gerakan ini dilakukan bersama 19 negara lainnya, dengan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) sebagai puncak kegiatannya. Terdapat tiga isu utama yang diangkat dalam kegiatan G20 ini, yakni transisi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur kesehatan global.
Dalam melaksanakan kegiatan ini, tentu membutuhkan dukungan masyarakat, seperti misi-misi pemerintah lainnya. Masyarakat memiliki peran yang besar dalam menyukseskan misi-misi tersebut. Misalnya, PP No. 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pengeluaran peraturan pemerintah tersebut merupakan akibat dari perkembangan usaha rumahan pada saat Covid-19.
ADVERTISEMENT
Selain peran masyarakat, media massa juga memiliki peran yang penting. Media massa berperan sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Melalui pemberitaan yang disajikan, media memiliki cara tersendiri untuk menggiring opini dan memengaruhi tindakan masyarakat.
Salah satu cara menggiring opini dan memengaruhi tindakan adalah framing. Media framing merupakan konstruksi oleh media mengenai realitas atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Media ini mampu memengaruhi secara sistematik bagaimana khalayak memahami realitas. Cara ini sejalan dengan peran dan fungsi media, yakni penggiringan opini publik untuk mencapai tujuan tertentu.
Hal ini merupakan cara media membantu kerja sama antara masyarakat dan pemerintah. Pada pemberitaan G20, media terlihat membawakan berita yang bias terhadap pemerintah sebagai bentuk dukungan. Pemberitaan persuasif tersebut kemudian sampai di masyarakat sehingga masyarakat terajak untuk menyetujui kegiatan G20. Berikut contoh analisis berita framing.
ADVERTISEMENT
"Kementrian BUMN dan Kemenko Marves Apresiasi 'Pahlawan' Pandemi di G20"
Dilansir oleh jpnn.com, terdapat konstruksi dalam pemilihan bahasa pada judul berita di atas. Kata "apresiasi" dalam KBBI berarti penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. Penggunaan kata "apresiasi" dalam penulisan judul memberikan makna bahwa pihak BUMN dan Kemenko Marves menghargai perjuangan pengusaha individu, serta perusahaan-perusahaan dalam masa pandemi kemarin. Selain itu, pada isi berita disebutkan bahwa anugerah kemanusiaan tersebut diberikan kepada 14 pengusaha individu sebagai perwakilan dari masyarakat.
"Pemberian anugerah kemanusiaan ini diberikan kepada 14 pengusaha (individu) yang pada saat itu memberikan donasinya melalui Yayasan BUMN untuk Indonesia"
Diketahui 14 pengusaha individu tersebut merupakan pengusaha yang pada saat pandemi telah memberikan donasinya melalui Yayasan BUMN untuk Indonesia. Informasi tersebut secara pragmatik memiliki makna ilokusi, yakni siapa pun dapat memberikan donasi kemanusiaan kepada Yayasan BUMN. Serta memiliki makna perlokusi berupa ajakan untuk memberikan donasi kemanusiaan melalui Yayasan BUMN.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hal tersebut, media framing terlihat melakukan konstruksi bahasa dengan tujuan tertentu. Inilah kegunaan framing dalam media. Konstruksi media dilakukan dengan memilih kata-kata yang tepat sehingga pesannya dapat tersampaikan dengan baik. Jika aspek bahasa, sastra, dan media dijalankan dengan baik maka cara media framing ini akan memberikan dampak yang efektif.