Konten dari Pengguna

Masa Depan Tanpa Pekerjaan Manusia: Bagaimana AI Mengubah Dunia Kerja

Mahirah Azzah Luthfiyyah
Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara
15 Januari 2025 11:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahirah Azzah Luthfiyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
AI (Sumber : https://www.pexels.com/id-id)
zoom-in-whitePerbesar
AI (Sumber : https://www.pexels.com/id-id)
ADVERTISEMENT
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa dekade terakhir telah membuka cakrawala baru dalam dunia kerja, namun juga memunculkan pertanyaan besar: apakah kita akan memasuki masa depan tanpa pekerjaan manusia? Meskipun AI membawa banyak manfaat, seperti efisiensi yang lebih tinggi dan otomatisasi tugas-tugas rutin, ada kekhawatiran mendalam tentang dampaknya terhadap angkatan kerja global. Dalam hal ini, peran manusia dalam dunia kerja akan mengalami transformasi yang sangat signifikan, dengan banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini dapat dilakukan oleh mesin yang lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih akurat.
ADVERTISEMENT
Salah satu perubahan utama yang akan terjadi adalah hilangnya pekerjaan di sektor-sektor yang bergantung pada tugas-tugas manual dan repetitif. Misalnya, pekerjaan di bidang manufaktur, logistik, atau bahkan di industri jasa seperti customer service, yang saat ini sudah mulai digantikan oleh chatbot dan asisten virtual. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak hanya mengurangi kebutuhan akan pekerja manusia, tetapi juga berpotensi menghilangkan jenis pekerjaan yang memiliki tingkat keterampilan menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung banyak ekonomi di seluruh dunia. Hal ini membawa kita pada sebuah tantangan besar: bagaimana mempersiapkan tenaga kerja untuk menghadapi kenyataan ini?
Namun, meskipun AI menggantikan banyak pekerjaan, itu tidak berarti bahwa masa depan dunia kerja akan sepenuhnya tanpa manusia. Peran manusia akan bertransformasi menjadi lebih fokus pada pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, empati, pengambilan keputusan strategis, serta keterampilan sosial dan emosional yang sulit digantikan oleh mesin. Pekerjaan yang melibatkan interaksi langsung dengan orang, misalnya dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan seni, akan tetap membutuhkan sentuhan manusia. Pekerjaan kreatif dan pekerjaan yang bergantung pada pemahaman kompleks tentang konteks sosial dan budaya juga tidak mudah diotomatisasi.
ADVERTISEMENT
Sebagai tanggapan terhadap perubahan ini, pendidikan dan pelatihan ulang menjadi hal yang sangat penting. Pemerintah, perusahaan, dan individu perlu bekerjasama untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan yang relevan di era AI, seperti kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru, keterampilan teknis, dan keterampilan yang lebih mengarah pada kreativitas dan kolaborasi. Selain itu, di tingkat kebijakan, perlu adanya dukungan sosial yang lebih kuat untuk memastikan bahwa peralihan ini tidak menambah kesenjangan sosial. Misalnya, konsep universal basic income atau penghasilan dasar universal yang banyak dipertimbangkan di beberapa negara sebagai solusi bagi mereka yang kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi.
Masa depan dunia kerja yang didominasi oleh AI mengharuskan kita untuk melihat teknologi bukan hanya sebagai ancaman, tetapi juga sebagai peluang untuk menciptakan jenis pekerjaan baru yang lebih menarik dan penuh tantangan. Tetapi agar perubahan ini berjalan dengan baik, kita perlu mempersiapkan diri dengan bijak, baik dari sisi kebijakan maupun kesiapan individu. Dengan demikian, meskipun AI akan mengubah banyak hal, manusia masih tetap akan memiliki tempatnya di dunia kerja—hanya saja dalam bentuk yang berbeda dari yang kita kenal sekarang.
ADVERTISEMENT
Mahirah Azzah Luthfiyyah, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara