Penelusuran Gua di Pegunungan Mengkuris

EPIC Adventure
Untuk para petualang, penjelajah dan pengembara. Kami menyediakan berbagai informasi bagi para petualang nusantara yang mendambakan petualangan unik setiap harinya. Credits by : Mahitala - UNPAR
Konten dari Pengguna
19 Januari 2017 19:44 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari EPIC Adventure tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Percayalah padaku kawan, setiap perjalanan akan kamu mulai dengan bermimpi"
ADVERTISEMENT
This is Borneo!
Itu adalah satu kalimat yang selalu kami ucapkan sejak menginjakkan kaki di Balikpapan, ibukota provinsi Kalimantan Timur. Kalimat itu mengandung kekaguman, semangat dan syukur. Kekaguman atas buah dari perjuangan berbulan berusaha mewujudkan mimpi, adrenalin yang terus memompa semangat eksplorasi dan rasa syukur atas mimpi yang terwujud. Sejak kaki kami menjejak bumi Borneo, sejak saat itu petualangan kami selama 23 hari dimulai.
Petualangan kami untuk melakukan penelusuran gua di Pegunungan Mengkuris adalah mimpi besar lima orang ‘anak-anak gua’ begitu kata pembimbing dan pelatih kami. Nampak mustahil di awal persiapannya karena semua begitu samar dan tidak pasti. Semua begitu bermasalah, berkonflik hingga muak. Tapi mimpi indah tidak terwujud dengan mudah. Setuju?
ADVERTISEMENT
Baru beberapa hari kemudian kami diantarkan menuju Pegunungan Mengkuris. Terik matahari, rimbunnya hutan di kiri-kanan jalan, biawak sepanjang kurang lebih 1,5 meter dan babi hutan kali itu keluar dari persembunyiannya untuk menyambut kedatangan kami. Tergucang-guncang di atas mobil selama perjalanan sejauh dua puluh tiga kilo meter, akhirnya lebatnya hutan digantikan kemegahan karst Pegunungan Mengkuris. Tebing-tebing batu gamping itu menjulang tinggi berlomba mencapai langit. Dinding-dinding karst terus memancarkan pesona seolah tahu kami sedang mengagumi keindahannya. Di beberapa sisi tebing terlihat lubang besar hitam yang merupakan pintu masuk gua. Jantung berdegub kencang ketika mobil semakin mendekati rumah kayu yang akan menjadi basecamp selama kami melakukan kegiatan penelusuran gua.
ADVERTISEMENT
Mobil berhenti, kami langsung diajak menempuh perjalanan kurang lebih sejauh 1,5 kilo meter melintasi belantara hutan untuk mencapai Gua Lubang Haji tempat akan dilangsungkannya upacara adat. Menurut Kepala Desa, upacara adat ini dilakukan untuk meminta izin dan perlindungan roh-roh hutan agar kegiatan kami dapat berjalan lancar. Ketua Adat Dayak Basap lalu mengucapkan mantra-mantra dan berdialog dengan roh-roh, beliau tak lupa memberikan persembahan lalu sekali lagi menunduk memberi hormat untuk mengakhiri upacara adat.
Seusai upacara adat di Gua Lubang Haji, bersama Pemerintahan Desa Batu Lepoq Hari-hari selanjutnya adalah hari eksplorasi yang panjang. Menelusuri hutan dari pagi hari menuju pegunungan karst, mengeksplorasi gua, pemetaan dan pendokumentasian lalu pulang saat senja. Senangnya, petualangan kami menelusuri kegelapan gua tidak pernah hanya kami lakukan berlima. Kami selalu di temani oleh satu atau dua perwakilan masyarakat adat Dayak Basap yang mengerti keadaan hutan dan gua. Keberadaan mereka merupakan syarat wajib selama kami berkegiatan. Keadaan daerah dengan kepercayaan mistis yang masih tinggi, keberadaan pemburu yang memasang jerat di hutan juga keberadaan perompak gua sarang Walet menjadi salah satu pertimbangan Kepala Desa untuk tidak membiarkan kami masuk sendirian ke dalam hutan.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan gua di pegunungan ini merupakan gua mati dengan sedikit oranmen namun memiliki chamber dengan ukuran yang sangat besar, salah satunya adalah Gua Gedung. Gua dengan ukuran terbesar yang kami jelajahi ini di dalamnya dapat di jadikan dua lapangan basket lengkap dengan kursi-kursi penontonnya. Ukuran panjang dan lebar mulut guanya adalah 19 meter, di dalam gua sendiri ketinggian chamber ada yang mencapai 54 meter.
Selain Gua Gedung, kami juga menelusuri Gua Tengkorak dan Gua Lungun. Gua Tengkorak adalah gua yang terkenal di Batu Lepoq dan sering di kunjungi karena memiliki nilai sejarah yang menarik perhatian karena keberadaan tengkorak dan tulang belulang dan keramik peninggalan nenek moyang atau mereka menyebutnya Orang Bahari. Menurut kisah masyarakat adat, Gua Tengkorak adalah gua keramat karena merupakan makam orang-orang Bahari. Oleh karenanya beberapa hari sebelum memasuki gua ini kami kembali melakukan upacara adat untuk meminta izin masuk ke gua ini.
ADVERTISEMENT
“Nanti disana kalian lihat tulang Orang Bahari yang ukuran panjang dari lengan kiri, bahu hingga ke lengan kanannya saja 7 depa panjangnya!”
begitu kata Kepala Desa sambil merentangkan tangannya lebar-lebar. Kami telah membayangkan akan menemukan tulang raksasa di dalam gua, namun kenyataannya kami sama sekali tidak menemukan keberadaan tulang tersebut. perkataan Kepala Desa pun dibantah Kepala Adat saat kami melakukan klarifikasi. Menurut beliau, tidak semua orang bisa melihat tulang tersebut. Ketika beliau melakukan upacara adat dan berkomunikasi dengan roh-roh, beliau diberitahukan bahwa kami akan di ijinkan memasuki Gua Tengkorak namun tidak akan melihat keberadaan tulang raksasa tersebut. Kami hanya menemukan tulang-belulang ukuran manusia normal, manik-manik, dan keramik jaman dahulu.
ADVERTISEMENT
Pernahkah petualang muda menjumpai tulang-belulang manusia dalam perjalanan kalian? Ikuti terus kisahnya untuk mengungkap rahasia purba Pegunungan Mengkuris!